22 Tahap keempat yang merupakan tahap sakit HIV berat severe HIV atau
fullblown AIDS atau berarti penderita telah masuk dalam tahap AIDS. Pada tahapan ini terjadi penurunan berat badan lebih dari 10, diare terjadi lebih dari 1 bulan,
panas yang tidak diketahui penyebabnya dan terjadi lebih dari 1 bulan, kandidiasis oral, tuberkolosis paru dan pneumonia bakteri. Beberapa infeksi oportunistik sangat
sering terjadi pada tahapan ini Nasronudin, 2007.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penularan
Menurut Susilowati 2011, faktor-faktor yang mempengaruhi penularan HIVAIDS adalah sebagai berikut :
1. Faktor Biologis
a. Tingkat Infeksi orang yang telah terinfeksi HIV.
b. Adanya cairan semen dan sekresi genital.
c. Tingginya jumlah virus yang ada dalam darah, apakah penderita ada pada
stadium awal infeksi atau stadium lanjut. d.
Adanya perlukaan exposure to blood misalnya trauma pada saat kontak seksual, menstruasi pada saat kontak seksual atau bsiul genital.
e. Menyusui bayi pada ibu yang terinfeksi HIV.
f. Kerentanan suspectibility dari resipien.
g. Adanya gangguan pada wilayah genital atau mucosa rektal area dubur.
h. Laki-laki yang tidak bersunat lack of circumcision in heterosexual men.
i. Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi akan meningkatkan
risiko pada perempuan karena adanya perlukaan pada endometrium yang memungkinkan menjadi pintu masuk virus HIV.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
23 j.
Adanya infeksi menular IMS. k.
Resistensi virus terhadap antivirus. l.
Kapasitas virus. 2.
Faktor Sosioekonomi a.
Adanya mobilitas sosial seperti perdagangan bebas dan ekonomi global yang menyebabkan orang-orang melakukan perjalanan atau bekerja jauh
dari rumah. Penyebaran HIVAIDS mengikuti pola perdagangan dan perniagaan. Laki-laki melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks
komersial, tertular HIV dan membawanya ke rumah, menularkan kepada istri yang pada akhirnya dapat menularkan kepada janin yang dikandung
atau bayi pada saat menyusui. b.
Stigma dan penolakan. Pemikiran negatif mengenai HIV sudah menjadi norma. Banyak orang yang berpendapat kurang tepat HIV adalah penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dan beronset lambat, menyebabkan kondisi sakit dan berakibat kematian. Kebanyakan orang tidak mengetahui
bagaimana HIV bisa ditularkan secara tidak rasional takut tertular dari orang terinfeksi HIV. Penularan HIV sering dihubungkan dengan
pelanggaran moral yang berkaitan dengan perilaku seksual, sehingga orang yang terindeksi HIV dicap telah melakukan hal yang buruk.
c. Masa perang. AIDS ditularkan melalui wilayah yang penuh dengan
konflik misalnya perang. Anggota militer melakukan hubungan seksual dengan pekerja seks komersial. Mereka melakukan perkosaan sebagai cara
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
24 untuk mempermalukan dan mengontrol penduduk sipil atau untuk
melemahkan musuh melalui perusakan ikatan keluarga atau masyarakat. 3.
Faktor Budaya a.
Adat-istiadat, budaya, keyakinan, dan praktik-praktik tertentu dalam masyarakat mempengaruhi pemahaman dan sudut pandang seseorang
mengenai kesehatan, penyakit dan penerimaan mereka pada perawatan medis konvesional. Budaya memperlihatkan perilaku-perilaku gender,
agama, kelompok etnis, bahasa, masyarakat, dan kelompok umur. b.
Gender. Peran gender mempunyai pengaruh yang kuat dalam penularan HIV. Di banyak budaya, laki-laki justru diharapkan menjalin banyak
hubungan seksual. Tekanan sosial dalam masyarakat menyebabkan laki- laki melakukan hal tersebut. Hal ini meningkatkan risiko laki-laki terkena
infeksi HIV. Karena perempuan seringkali mengalami ketidaksetaraan ekonomi sehingga mereka menjadi pekerja seks sebagai upaya untuk dapat
bertahan hidup. Hal ini menyebabkan mereka mudah terpapar risiko ketika mereka mencoba menegosiasikan seks yang aman.
c. Penggunaan obat-obatan terlarang dan konsumsi alkohol. Penggunaan
obat-obatan terlarang dengan cara menyuntikkan berbagai jarum suntik dan peralatan injeksi akan meningkatkan risiko penularan HIV.
2.1.4. Kelompok Risiko