41 pemanfaatan layanan VCT adalah sejauh mana orang yang pernah melakukan
perilaku berisiko tinggi tertular HIVAIDS merasa perlu menggunakan layanan VCT untuk mengatasi masalah kesehatannya, untuk mengurangi perilaku berisiko dan
merecanakan perubahan perilaku sehat.
2.4. Landasan Teori
Health Belief Model HBM adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio- psikologis. Munculnya ide ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem
kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh
provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit preventive health behavior, yang oleh Becker 1974
dikembangkan dari teori lapangan Fieldtheory, Lewin, 1954 menjadi model kepercayaan kesehatan the health belief model.
HBM berasal dari teori yang telah mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku terutama pendekatan value-expectancy dan sama dengan pengambilan
keputusan decision making model yang dikemukakan Lewin, Tolman, Rotter, Erdward, Atkinson, dll Maiman dan Beckers, 1954. Fokus asli dari HBM adalah
perilaku pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis dan mencakup berbagai macam perilaku seperti check up untuk pencegahanpemeriksaan awal screening
misalnya tes tuberkolosis dan vaksinasiimunisasi seperti vaksinasi influenza, hepatitis B.
Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 1950-an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada pogram deteksi dini toberkolosis. Analisis terhadap
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
42 berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut
kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Dalam teori ini dipercaya bahwa perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya, tanpa mempedulikan
apakah motif tersebut sesuai atau tidak dengan realitas atau dengan pandangan orang lain tentang apa yang baik untuk individu tersebut.
Sangat penting untuk membedakan antara kebutuhan kesehatan yang obyektif dan subyektif. Kebutuhan kesehatan yang obyektif adalah yang profesional, yaitu
adanya gejala yang dapat menganggumembahayakan kesehatan individu. Sebaliknya individu menentukan sendiri apakah dirinya mengandung penyakit berdasarkan
perasaan dan penilaiannya sendiri. Pendapatkepercayaan ini dapat sesuai dengan realitas, namun dapat pula
berbeda dengan kenyataan yang dilihat oleh orang lain. Meskipun berbeda dengan realitas, menurut Rosenstock, pendapat subyektif inilah yang justru merupakan kunci
dari dilakukannya atau dihidarinya suatu tindakan kesehatan. Artinya, individu itu baru akan melakukan suatu tindakan untuk menyembuhkan penyakitnya jika ia benar-
benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak, maka dia tidak akan melakukan tindakan apa-apa.
Pada dasarnya model ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : 1.
Kesiapan seseorang untuk melakukan suatu tindakan ditentuan oleh pandangan orang itu terhadap bahaya penyakit tertentu dan persepsi mereka
terhadap kemungkinan akibat fisik dan sosial bila terkena penyakit tersebut. 2.
Penilaian seseorang terhadap perilaku kesehatan tertentu, dipandang dari sudut kebaikan dan kemanfaatan misalnya perkiraan subyektif mengenai
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
43 kemungkinan manfaat dari suatu tindakan dalam mengurangi tingkat bahaya
dan keparahan. Kemudian dibandingkan dengan persepsi terhadap pengorbanan fisik, uang, dll.
3. Suatu kunci untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat harus ada
baiknya dari sumber internal misalnya gejala penyakit, maumpun eksternal misalnya interaksi interpersonal, komunikasi massa.
Dalam HBM ini dapat dipahami bahwa perbedaan faktor demografis, personal, struktural, dan sosial mempengaruhi perilaku kesehatan, namun semua
variabel itu sebenarnya mempengaruhi persepsi dan motivasi individu, bukan berfungsi sebagai penyebab langsung dari suatu tindakan Becker dkk, 1977.
Modifikasi utama yang dilakukan SV.Kasl dan S.Cobb 1966 menyangkut perilaku tertentu yang dijalankan seseorang pada saat mengalami suatu gejala penyakit, seperti
rasa sakit dan kurang enak badan, terkanan psikologis, tingkat toleransi terhadap rasa sakit, kurang daya dan tenaga, dan keadaan sosiodemografik, semuanya ini
memegang peranan penting. Hipotesis dalam model HBM adalah orang tidaklah akan mencari pertolongan
medis atau pencegahan penyakit bila mereka kurang mempunyai pengetahuan dan motivasi minimal yang relevan dengan kesehatan, bila mereka memandang keadaan
tidak cukup berbahaya, bila tidak yakin terhadap keberhasilan suatu intervensi medis, dan bila mereka melihat adanya beberapa kesulitan dalam melaksanakan perilaku
kesehatan yang disarankan Rosenstock, 1974. Perilaku pada saat mengalami gejala penyakit dipengaruhi secara langsung
oleh persepsi individu mengenai ancaman penyakit dan keyakinannya terhadap nilai
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
44 manfaat dari suatu tindakan kesehatan. Bagaimanapun juga rasa sakit dan kurang
enak badan yang berkaitan dengan gejala penyakit dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap ancaman penyakit dan juga mempengaruhi perilaku, sedangkan
karakteristik sosial, tingkat toleransi sesorang terhadap rasa sakit, kekurangan daya dan semangat diperkirakan mempunyai pengaruh tidak langsung atas suatu tindakan
atau perilaku. Health Belief Model HBM mencakup 4 komponen utama Fieldtheory,
Lewin, 1954; Becker, 1974, yaitu : 1.
Percieved Suspectibility Kerentanan yang dirasakan Merupakan persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu
penyakit. Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia
merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentanan yang dirasakan setiap individu berbeda tergantu persepsi tentang risiko yang dihadapi
individu pada suatu keadaan tertentu. 2.
Percieved SeveritySeriousness Keseriusankeparahan yang dirasakan Merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita.
Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit
misalnya, kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
45 3.
Percieved Benefit and Barriers Persepsi manfaat dan hambatan-hambatan yang dirasakan
Individu akan mempertimbangkan apakah alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan
ketersediaan sumber daya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya.
Sementara persepsi rintangan barriers adalah persepsi terhadap biayaaspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan,
misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit. 4.
Cues to Action Isyarat untuk bertindak Ada faktor pencetus untuk memutuskan menerima atau menolak alternatif
tindakan tersebut, isyarat dapat bersifat: a.
Internal, isyarat untuk bertindak yang berasal dari dalam diri individu, misal gejala yang dirasakan.
b. Eksternal, isyarat untuk bertindak yang berasal dari interaksi
interpersonal, misal media massa, pesan, nasehat, anjuran, atau konsultasi
dengan petugas kesehatan.
Persepsi terhadap kerentanan dan keparahan penyakit, pertimbangan manfaat dan biaya melakukan tindakan kesehatan serta isyarat untuk bertindak dipengaruhi
oleh: a. Variabel demografi yaitu, usia, jenis kelamin, perkerjaan, latar belakang
budaya. b. Variabel sosio-psikologis yaitu kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
46 c. Variabel struktural yaitu pengetahuan dan pengalaman masalah.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa health belief model adalah model kognitif yang menjelaskan dan memprediksi health behavior apa yang
akan dilakukan dengan fokus pada belief individu akan percieved seriousness, percieved suspectibility, precieved benefits and barriers, dan cues to action.
2.5. Kerangka Konsep