Belajar dan Pembelajaran TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Disadari atau tidak disadari, belajar merupakan bagian dari proses kehidupan manusia. Setiap manusia dalam hidupnya pasti mengalami suatu proses yang disebut belajar. Belajar mempunyai beberapa arti. Banyak sekali pendapat oleh para pakar psikologi tentang definisi dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dan praktik yang dilakukannya Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007. Morgan dkk. 1986: 140 menyatakan bahwa belajar merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan imprinting, dan hambatan. Sedangkan Ani 2007: 02 menyaakan bahwa belajar merupakan proses terpenting dalam diri manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan, belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang berkaitan dengan perubahan perilaku manusia baik berupa hasil pemikiran siswa maupun pengalaman siswa. Sementara menurut aliran behavioristik upaya untuk membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan agar terjadi hubungan antara lingkungan dengan tingkah laku si belajar disebut pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan mmperkuat perilaku, sebaliknya pembelajaran yang kurang menyenangkan akan memperlemah perilaku Sughandi dkk., 2007: 34. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar Isjoni, 2012: 14. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa. Pembelajaran sains harus dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan kebiasaan berpikir dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Sekolah tidak perlu dituntut untuk mengajarkan terlalu banyak materi tetapi sebaiknya lebih difokuskan pada hal-hal pokok yang bersifat fungsional dalam rangka literasi sains serta mengajarkannya secara lebih efisien dan efektif. Fisika sebagai ilmu merupakan landasan pengembangan teknologi sehingga teori-teori fisika sangat membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi. Oleh karena itu, fisika berkembang dari ilmu yang bersifat kualitatif menjadi ilmu yang bersifat kuantitatif. Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman kuantitatif terhadap berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Semua proses fisika ternyata dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar. Pemahaman ini memerlukan pengetahuan abstraksi dari proses yang bersangkutan dan penalaran teoretis secara terperinci dalam komponen-komponen dasarnya secara berstruktur agar dapat dirumuskan dan diolah secara kuantitatif. Perumusan kuantitatif ini memungkinkan dilakukan analisis secara mendalam terhadap masalah yang dikaji dan melakukan prediksi tentang hal-hal yang bakal terjadi berdasarkan model penalaran yang diajukan. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya prediksi dan kontrol fisika.

2.2 Active Learning