Tujuan 3 : Memformulasikan skenario pengembangan kebijakan

Mekanisme pengisian tabel tersebut adalah dengan memberi skor 3 jika pengaruh langsung antar faktor sangat kuat; skor 2 jika pengaruh langsung antar faktor sedang; skor 1 jika pengaruh langsung antar faktor kecil, dan skor 0 jika tidak ada pengaruh langsung antar faktor. Faktor-faktor kunci yang diperoleh pada penelitian ini Tabel 5 selanjutnya dilakukan analisis dengan matrik pengaruh dan ketergantungan dengan software analisis prospektif. Analisis ini untuk melihat posisi setiap faktor dalam model pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu, disajikan pada Gambar 12. Faktor-faktor yang berada di masing-masing kuadran mempunyai karakteristik faktor yang berbeda dan bisa di ”adjust” diintervensi untuk memperoleh skenario strategis Bourgeois and Jesus, 2004, yaitu : 1 Kuadran pertama faktor penentu 2 Kuadran dua driving variables : memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan antar faktor rendah. Faktor-faktor pada kuadran ini termasuk kategori faktor paling kuat dalam sistem yang dikaji; faktor penghubung 3 Kuadran tiga leverage variables: memuat faktor-faktor dengan pengaruh kuat dan ketergantungan yang kuat antar faktor. Faktor- faktor di dalam kuadran ini dinilai sebagai faktor penghubung yang kuat; faktor terikat output variables : mewakili faktor output dengan pengaruh kecil tetapi mempunyai ketergantungan yang tinggi; Gambar 12 Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam skenario pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu 97 4 Kuadran empat faktor bebas Lebih lanjut Bourgeois 2007 menyatakan bahwa terdapat dua tipe sebaran variabel dalam grafik pengaruh dan ketergantungan, yaitu: marginal variables : merupakan faktor marjinal dengan pengaruh kecil dan tingkat ketergantungan rendah. Faktor ini bersifat bebas antar faktor di dalam sistem yang dikaji. 1 Tipe sebaran cenderung mengumpul pada diagonal kuadran IV ke kuadran II. Tipe ini menunjukkan bahwa sistem yang dibangun tidak stabil karena sebagian besar variabel yang dihasilkan termasuk variabel marginal atau leverage variable . Tipe sebaran menyulitkan dalam membangun skenario strategis untuk masa mendatang. 2 Tipe sebaran yang mengumpul di kuadran I ke kuadran III, sebagai indikasi bahwa sistem yang dibangun stabil karena memperlihatkan hubungan yang kuat dimana variabel penggerak mengatur variabel output dengan kuat. Selain itu dengan tipe ini maka skenario strategis bisa dibangun lebih mudah dan efisien. Tahapan berikutnya setelah Analisis Prospektif adalah Analisis Morfologis. Analisis Morfologis dilakukan untuk memperoleh kemungkinan perubahan faktor-faktor di masa depan. Ketepatan dalam memprediksi ini penting karena sangat menentukan alternatif skenario strategis yang diperoleh agar lebih konsisten, relevan dan kredibel. Tahapan ini dilakukan dengan mendefinisikan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang dari semua viabel kunci yang terpilih. Sebagai contoh variabel luas dengan tingkat penutupan hutan, kebun campuran atau permukiman. Variabel ini akan memiliki tiga kemungkinan keadaan di masa yang akan datang yaitu luasan penutupan hutan menurun, luasan kebun campuran menurun, luasan permukiman akan bertambah. Keadaan perubahan yang mungkin di masa yang akan datang disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Variabel-variabel kunci dan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Variabel Keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang 1 2 3 Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3 Variabel 4 Variabel 5 dst Tahapan akhir dari analisis prospektif adalah membangun skenario strategis model pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu. Skenario ini merupakan kombinasi dari beberapa keadaan variabel-variabel kunci yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dalam penelitian ini skenario dikelompokkan ke dalam 3 cluster skenario yaitu cluster skenario pesimis, cluster skenario moderat, dan cluster skenario optimis . Secara ringkas jenis, sumber, cara pengumpulan data, metoda analisis dan output dari setiap proses dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Jenis data, sumber, cara pengumpulan data, metoda analisis dan output No. Tujuan Jenis data primer sekunder Sumber data Cara pengumpulan Metoda analisis Output 1 Menganalisis tingkat keberlanjutan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu Primer : Bobot antar dimensi keberlanjutan, persepsi pelaku kebijakan, situasi property right, batas yurisdiksi, aturan keterwakilan, koordinasi antar instansi pelaku kebijakan. Sekunder : Data penduduk, ekonomi masyarakat, ekonomi wisata, aksesibilitas, institusi lokal, penutupan lahan, penggunaan kawasan, kualitas lahan, kualitas air sungai, koordinasi antar instansi, sinergi kebijakan, kinerja poktan. Bapeda Kab. Bogor, Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan, Badan Lingk Hidup, BPN, Kecamatan Cisarua, Megamendung, Ciawi, Pakar Perguruan Tinggi IPB, Univ Pakuan, LitbangPertanian, Litbang Kehu- tanan, poktan gapoktan, penyuluh pemerintah, penyuluh swadaya, tokoh lokal. Desk study, konsultasi, konfirmasi, penelusuran dokumen kebijakan, wawancara mendalam, triangulasi, fotocopy, softcopy MDS Multi- dimensional scaling RapDAS- Ciliwung Hulu Indeks dan status keberlanjut an, faktor- faktor pengungkit per- dimensi keberlan- jutan DAS Ciliwung Hulu. 2 Menganalisis arena aksi lokal DAS Ciliwung Hulu. Sekunder : Data aspek sosial, poktan, ekonomi petani, organisasi sosial, aturan formal, aturan informal, kearifan lokal. BPS, Dinas Kabupaten anstansi terkait, kecamatan, kantor desa, publikasi, Rencana Kerja Penyuluhan, laporan, jurnal, hasil penelitian. Desk study, konsultasi, wawancara mendalam, kuesioner. data series Deskriptif Kualitatif Eksploratif, ISM. Arena aksi lokal DAS Ciliwung Hulu : Situasi aksi dan efektivitas institusi lokal. 99 No. Tujuan Jenis data primer sekunder Sumber data Cara pengumpulan Metoda analisis Output Kebijakan pengelolaan DAS, sumberdaya air, sumberdaya lahan, penataan ruang, pengelolaan Bopunjur, sumberdaya air, sumberdaya agraria, pendirian bangunan, dll. Instansi pemerintah, pelaku kebijakan, masyarakat penerima dampak kebijakan, pengamat kebijakan. Desk study, konsultasi, konfirmasi, penelusuran dokumen kebijakan, wawancara mendalam, fotocopy, softcopy . Analisis deskriptif kualitatif eksploratif dengan Analisis Isi Content Analysis . Sinergisitas kebijakan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu. Efektivitas pengelolaan DAS Ciliwung Hulu Primer : Data sosial ekonomi petani, aktivitas poktan, sumber pendapatan keluarga petani, permasalahan lingkungan per-desaan, pelaksanaan penyuluhan pertanian. Responden : petani, poktan,gapoktan, penyuluh swa- daya, petugas penyuluh peme- rintah, petani penggarap, to-koh masyarakat. Wawancara mendalam, brainstorming, triangulasi. 3 Memformula- sikan skenario pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu. Faktor pengungit leverage factors per- dimensi keberlanjutan, faktor kunci keberlanjutan DAS Ciliwung Hulu. Analisis tingkat keberlanjutan DAS Ciliwung Hulu; kondisi perubahan faktor2 ke depan, pelaku dan pengamat kebijakan. Diskusi mendalam, Analisis konteks hubungan antar faktor. Analisis Prospektif Analisis Morfologis. Analisis Deskriptif Kualitatif. Alternatif skenario kebijakan pengelolaan berkelanjut- an DAS Ciliwung Hulu. 99 IV KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG HULU

4.1 Pendahuluan

Keadaan umum DAS Ciliwung Hulu menyajikan karakteristik biofisik wilayah yang mencakup letak dan luas DAS Ciliwung Hulu, topografi lahan, iklim, geologi, jenis tanah, tutupan lahan land cover, pemanfaatan lahan, produksi budidaya pertanian dan perkebunan, pemanfaatan jasa wisata, tata air sungai Ciliwung Hulu, kualitas air, dan kualitas sumberdaya lahan. Karakteristik sosial ekonomi menyajikan keadaan sosial penduduk, mata pencaharian dan tingkat pendidikan dan sumberdaya sosial lainnya. Karakteristik organisasi masyarakat DAS Ciliwung Hulu menyajikan keadaan organisasi pemerintah dan organisasi petani lokal yang berperan besar dalam pengelolaan DAS. Karakteristik biofisik wilayah dan sosial ekonomi berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam menentukan perilaku dan pilihan strategi untuk memperoleh tujuan yang diharapkan dalam melakukan interaksi antar komponen masyarakat DAS. 4.2 Karakteristik Biofisik Wilayah 4.2.1 Letak dan Luas DAS Ciliwung seluas 34.700 ha merupakan salah satu DAS yang mencakup dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta dan melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Jakarta, dan bermuara di teluk Jakarta. Panjang sungai utama Sungai Ciliwung 117 km Pawitan 2002. Berdasarkan wilayah pengelolaannya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian hilir, bagian tengah dan bagian hulu. Wilayah bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk dalam wilayah pemerintahan Kota Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, dan kemudian mengarah ke hilir lagi hingga masuk ke saluran buatan Kanal Barat. Di wilayah hilir ini Sungai Ciliwung melintasi wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. 100 SubDAS bagian tengah, aliran Sungai Ciliwung melintasi wilayah Kabupaten Bogor Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede, dan Cimanggis, Kota Bogor Bogor Timur, Bogor Utara, dan Tanah Sereal dan Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas, Sukmajaya, dan Beji. Bagian hulu DAS Ciliwung meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor Kecamatan Ciawi, Megamendung, Cisarua, dan Sukaraja, dan Kota Bogor sebagian kecil Kecamatan Bogor Timur. DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha secara geografis terletak pada 106º 49º 40” – 107º 00’ 15” BT dan 6 o DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha terdiri dari 6 sub-DAS yaitu : 38’ 15“ LS – 6º 46’ 05” LS. Secara administratif DAS Ciliwung Hulu mencakup 30 desa di Kabupaten Bogor yaitu 2 desa Kecamatan Sukaraja, 7 desa Kecamatan Ciawi, 10 desa Kecamatan Cisarua, 11 desa Kecamatan Megamendung dan 1 desa di Kecamatan Kota Bogor Timur. Lokasi penelitian DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Gambar 13 dan Peta Administrasi Pemerintahan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Lampiran 1. a. Sub DAS Ciesek seluas 2.504,76 ha 16,86 terletak di Kecamatan Megamendung dan Cisarua; b. Sub DAS Ciliwung Hulu seluas 5.885,78 ha 39,61 terletak di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua; c. Sub DAS Cibogo seluas 1.375,40 ha 9,26 terletak di Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua; d. Sub DAS Cisarua seluas 2.218,92 ha 14,92 terletak di Kecamatan Cisarua; e. Sub DAS Cisukabirus seluas 1.696,91 ha 11,42 terletak di Kecamatan Ciawi dan Megemendung; f. Sub DAS Ciseuseupan seluas 1.178,23 ha 7,93 terletak di Kecamatan Ciawi dan Megamendung. Peta SubDAS pada DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Lampiran 2. 99 Gambar 13 Lokasi penelitian DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor Ciawi 101