Skenario Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan DAS

242 menjadi 51,84 berarti cukup berkelanjutan. Nilai indeks tersebut diperoleh terbesar dari dimensi ekologi dan ekonomi dan sumbangan terkecil dari dimensi kelembagan dan dimensi aksesibilitas dan teknologi konservasi. Skenario III optimis mampu meningkatkan nilai indeks keberlanjutan menjadi 57,60 berarti cukup berkelanjutan. Skenario III telah mampu meningkatkan nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan dari 37,64 menjadi 58,37 cukup berkelanjutan, yang sebelumnya dengan skenario II hanya mampu meningkatkan nilai indeks dari 28,77 menjadi 37,64. Nilai indeks dimensi sosial tetap rendah yaitu 47,76 dan dimensi aksesibilitas dan teknologi tetap 55,64 karena kedua dimensi tersebut tidak dilakukan intervensi. Secara keseluruhan dengan Skenario III maka nilai indeks keberlanjutan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu telah meningkat menjadi 57,60 di atas 50,00 atau dengan status cukup berkelanjutan . Peningkatan nilai indeks per-dimensi keberlanjutan dari ketiga skenario disajikan pada Gambar 31. 55,66 58,37 55,64 65,95 20 40 60 80 100 Ekologi Ekonomi Kelembagaan Sosial Aksesibilitas dan T eknologi 51,84 44,74 37,64 47,76 62,62 60,53 Gambar 31 Diagram layang-layang peningkatan indeks per-dimensi keberlanjutan hasil skenario pengembangan kebijakan DAS Ciliwung Hulu Skenario III Skenario II Skenario I 243

7.4 Alternatif Skenario Pengembangan Kebijakan Pengelolaan

Berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu Kebijakan yang dapat dikembangkan agar pengelolaan DAS Ciliwung Hulu menjadi lebih berkelanjutan didasarkan pada model P = f n, w, v, s, k yaitu hasil interaksi faktor-faktor n Pendapatan petani dari kegiatan non-pertanian, w Pemanfaatan jasa wisata untuk pengembangan ekonomi wilayah, v Perubahan penutupan lahan bervegetasi menjadi non vegetasi maupun menjadi lahan terbangun, s Kegiatan penyuluhan pembangunan pertanian, kehutanan.dan pertanian, dan k Kapasitas koordinasi organisasi pemerintah. Pengembangan kebijakan dilakukan secara integratif dengan meningkatkan kinerja faktor kunci yang bersifat sensitif tersebut sehingga mampu meningkatkan nilai indeks keberlanjutan DAS. Skenario yang paling memungkinkan ditempuh untuk meningkatkan tingkat keberlanjutan DAS Ciliwung saat ini adalah dengan Skenario II karena beberapa faktor kunci tersebut hanya mungkin dapat ditingkatkan menjadi setingkat lebih baik. Dengan menggunakan Skenario II maka nilai indeks keberlanjutan dapat ditingkatkan dari 47,23 menjadi 51,84 cukup berkelanjutan walaupun nilai indeks dimensi kelembagaan dan dimensi sosial masih rendah kurang berkelanjutan. Nilai indeks hasil Skenario II sebesar 51,84 masih berdekatan dengan 50,00 sehingga dengan Skenario II masih diperlukan kewaspadaan dalam pengelolaan faktor-faktor kunci karena nilai tersebut hanya sedikit lebih besar dari nilai indeks batas 50,00 atau cenderung kepada kurang berkelanjutan. Dimensi kelembagaan memerlukan penanganan yang lebih intensif dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu. Peningkatan kapasitas kelembagaan membutuhkan komitmen semua pihak untuk memperbaiki dan mengembangkan tugas pokok dan fungsinya masing-masing dan dengan meningkatkan koordinasi, sinkronisasi dan sinergi dari semua pihak aktor terkait dengan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu. Peningkatan kinerja dengan Skenario II dilakukan dengan peningkatan kinerja faktor kunci meningkatkan n pendapatan petani dari kegiatan non pertanian tanaman pangan, v Perubahan penutupan lahan bervegetasi menjadi non vegetasi maupun menjadi lahan terbangun dan k Kapasitas koordinasi organisasi pemerintah; dan dengan menjaga dan meningkatkan kualitas faktor w Pemanfaatan jasa wisata untuk pengembangan ekonomi wilayah, s Kegiatan penyuluhan pembangunan pertanian, kehutanan.dan perikanan. Dengan peningkatan kinerja faktor setingkat lebih tinggi ini nilai indeks keberlanjutan sudah mengalami peningkatan menjadi 51,84. Walaupun faktor kelembagaan 244 masih 37,64 atau di bawah 50,00 tetapi mengalami peningkatan dari 28,77 menjadi 37,64. Pendapatan petani dari kegiatan non-pertanian n. Peningkatan pendapatan petani non-pertanian diupayakan melalui perluasan alternatif kegiatan produktif dengan tidak berbasis pada lahan pertanian. Kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat petani yang dapat dikembangkan diantaranya peternakan budidaya kambing, sapi perah, kelinci, perikanan air tawar, warung rumah tangga, budidaya jamur tiram dan kegiatan ekonomi lainnya. Budidaya ternak rakyat dapat didukung dengan ketersediaan rumput dan hijauan makanan ternak HMT di DAS Ciliwung Hulu. Lahan gontai dan kiri-kanan sungai atau alur sungai serta tegalan merupakan alternatif sumber pengambilan HMT. Pihak yang berkepentingan dalam peningkatan pendapatan petani diantaranya Dinas Peternakan melalui program pengembangan ternak rakyat, Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian melalui penguatan wadah koperasi, pemberian modal bagi masyarakat lokal dan pembinaan usaha melalui diklat teknis industri rumah tangga, Dinas Pertanian dan Kehutanan melalui pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar, dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan BP4K. BP4K berperan dalam kegiatan penyuluhan dalam rangka trnasfer ilmu pengetahuan, teknologi dan pengumpulan program pembangunan yang dibutuhkan masyarakat lokal. Dalam rangka integrasi kegiatan maka dibutuhkan koordinasi, dukungan program dan anggaran antar dinas teknis terkait di Pemerintah Kabupaten Bogor sehingga dibutuhkan peran Bappeda Kab. Bogor. Bappeda Kabupaten Bogor berpean dalam mengkoordinasikan perencanaan program pembangunan berdasarkan program kegiatan prioritas yang dibutuhkan masyarakat lokal. Bappeda mengkoordinasikan program kegiatan tersebut dengan seluruh instansi teknis daerah terkait maupun UPT pemerintah pusat di daerah untuk merancang program secara terpadu. Perubahan lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun terus diupayakan pengendaliannya. Lahan bervegetasi berupa hutan rakyat, perkebunan, maupun tanaman campuran antar musim dan tahunan ditingkatkan luasnya. Sementara itu pembangunan vila dan rumah peristirahatan perlu dikendalikan secara ketat untuk menungjang fungsi DAS Ciliwung Hulu sebagai daerah tangkapan air DTA. Perambahan kawasan hutan maupun lahan HGU perkebunan agar ditertibkan agar tidak berubah menjadi permukiman semi- permanen maupun permanen. Strategi Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Dinas Tata Bangunan dan Permukiman serta Satpol PP Kabupaten Bogor dalam menyikapi kondisi ini dengan upaya pengendalian bangunan permukiman lebih ditingkatkan. Strategi penertiban bangunan tidak berijin atau melanggar ketentuan zonasi, serta pemberian izin yang lebih selektif diharapkan mampu menurunkan laju perubahan lahan bervegetasi menjadi lahan terbangun. 245 Keberadaan vegetasi maupun permukaan air dapat menurunkan suhu karena sebagian energi radiasi matahari yang diserap permukaan akan dimanfaatkan untuk menguapkan air dari jaringan tumbuhan transpirasi atau langsung dari permukaan air atau permukaan padat yang mengandung evaporasi Lakitan 1994. Penelitian di Cekungan Kota Bandung menunjukkan adanya hubungan yang erat antara perubahan penutupan lahan dengan suhu udara permukaan, ditandai oleh kesamaan pola perubahan luas penutupan lahan dan perubahan distribusi spasial suhu udara permukaan Adiningsih et al. 2001. Perubahan permukaan bumi akibat perataan tanah akan mempengaruhi cara sinar matahari diserap dan dipancarkan kembali ke atmosfer dan mengubah tahanan gesek terhadap angin. Perubahan ini juga akan mempengaruhi penyerapan dan pelimpasan hujan, serta penguapan air ke udara Neiburger 1995. Aktivitas pembangunan yang mengakibatkan perubahan bentuk penutupan lahan bervegetasi menjadi lahan non-vegetasi dapat mengakibatkan sengatan yang kuat terhadap permukaan tanah sehingga menimbulkan kenaikan suhu tanah, dan kemudian diikuti dengan laju evaporasi yang semakin kuat Indrowuryatno 2004. Pemanfaatan jasa wisata . DAS Ciliwung Hulu atau wilayah Puncak memiliki nilai kompetitif tinggi berbasis ekologi dan telah berkembang sebagai daerah tujuan ekowisata bagi masyarakat Bogor, DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya. Wilayah DAS Ciliwung Hulu dengan kondisi ekologi yang sesuai untuk tujuan ekowisata maka perlu dipertahankan atau ditingkatkan daya dukungnya. Menjaga atau meningkatkan daya dukung wilayah berarti menjaga kelestarian keberadaan dan fungsi ekologi wilayah agar mampu memberikan produk barang maupun jasa secara berkelanjutan berupa pemandangan yang indah, suhu udara sejuk sampai dingin, landscape alam yang menarik serta potensi wanawisata yang lebih natural yang tidak dijumpai di wilayah lain, dan keramah-tamahan atau tingkat penerimaan pelaku ekowisata oleh warga DAS Ciliwung Hulu. Beberapa pihak yang terkait dengan upaya pengembangan jasa wisata diantaranya Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian dan Kehutanan berperan dalam peningkatan daya dukung wilayah untuk pengembangan ekowisata dan pemeliharaan landscape, Perum Perhutani KPH Bogor sebagai pelaku wisata, Dinas Pekerjaan Umum dalam penyediaan dan peningkatan prasarana, Bapeda dalam pengambilan kebijakan dan strategi pengembangan ekowisata, BLHD dalam pengendalian permukiman kiri-