108
4.2.5 Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor skala 1:250.000, jenis tanah di DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh tanah latosol cokelat, asosiasi
latosol cokelat kemerahan dan latosol cokelat, dan asosiasi latosol merah, latosol cokelat kemerahan dan laterik air tanah. Sisanya sebagian kecil berupa tanah
komplek regosol kelabu dan lisosol, tanah latosol cokelat kemerahan, dan tanah andosol cokelat kekuningan.
Berdasarkan Peta Tanah Semidetail Tahun 1992 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, beberapa jenis tanah di DAS
Ciliwung Hulu adalah order Inceptisol 48, Andosol 38,9. Ultisol 11, dan sisanya Entisol 2,1.
Tanah Andosol merupakan tanah yang sedang berkembang tetapi belum matang yang ditandai dengan profil yang lemah dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya. Andisol berasal dari hasil pelapukan bahan induk volkan yang menghasilkan bahan amorf. Bahan amorf ini terdiri atas alofan, ferrihidrit,
dan senyawa kompleks humus-aluminium. Tanah ini berwarna hitam kelam, mempunyai berat jenis 0,85 gcm3, dan dikenali seperti terasa berminyak
smeary-bila diremas- karena mengandung bahan organik 8-30. Tanah ini banyak ditemukan di pegunungan berelevasi tinggi. Tanah andosol umumnya
ditemukan dalam bentuk konsosiasi typic hapludents, dan asosiasi typic tapludents dan typic tropopsamments.
Ultisol merupakan tanah yang memiliki horison argilik dengan kejenuhan basa yang kurang dari 35. Tanah Ultisol terbentuk di daerah dengan bahan
induk yang berumur lebih tua. Dengan adanya proses liksviasi lebih lanjut sehingga membentuk adanya horison argilik. Tanah Ultisol berada di DAS
Ciliwung Hulu dalam konfigurasi lahan dengan landform sangat terjal dalam bentuk asosiasi Typic hapludents, dengan bahan induk abu volkan. Tanah ini
rentan terhadap erosi dan dijumpai di daerah bagian Utara DAS Ciliwung Hulu. Inceptisol merupakan tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang.
Tanah ini ditandai dengan perkembangan profil yang lemah dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Tanah inceptisol yang ada dalam bentuk
109
Asosiasi andic humitropepts-Typic Dystropepts, konsosiasi typic dystropepts, dan konsosiasi typic eutropepts. Jenis tanah ini berada pada landform bergunung, di
wilayah lereng tengah hingga lereng bawah Ciliwung Hulu. Tanah ini bertekstur halus, dengan drainase baik, dan berbahan induk tuf andesit.
Sedangkan tanah Entisol adalah tanah-tanah dengan tingkat perkembangannya yang relatif baru. Tanah jenis ini dijumpai di sepanjang
bantaran Sungai Ciliwung Hulu dalam bentuk kompleks Typic troporthents-typic fluvaquents. Peta Jenis Tanah dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.2.6 Tutupan Lahan land cover
Kondisi penutupan lahan pada tahun 1981, DAS Ciliwung Hulu masih didominasi dengan penutupan berupa hutan lebat 29,96, persawahan
25,69, kebun teh 19,62, kebun campuran 7,22 dan dengan permukiman masih 4,69. Hingga tahun 1985 dan 1990, kondisi tersebut terus
mengalami penurunan hingga komposisi penutupan menjadi hutan 21,07, kebun teh 25,73, persawahan berkurang 18,12 dan kebun campuran
7,72. Di lain pihak, telah terjadi perluasan secara massive yaitu permukiman dan pekarangannya bertambah pesat menjadi 16,64 Janudianto, 2004.
Berdasarkan data yang lain pada tahun 1992, kondisi penutupan lahan berupa hutan 41,62, perkebunan 14,93, semak belukar 8,64 dan lahan
tegalan 20. Secara dinamis telah terjadi perubahan penutupan lahan hingga tahun 2009 dengan kondisi penutupan lahan berupa hutan 4.318,17 29,06, dan
perkebunan 1.910,15 12,85. Di sisi lain, telah terjadi peningkatan permukiman 3.356,73 ha 22,59 dan tegalan 3.884,99 26,14. Pada selang tahun 1992 sd
2009, telah terjadi pengurangan penutupan hutan dengan laju rata-rata per tahun sebesar 1,95 dan semak belukar 9,96; sedangkan laju peningkatan
permukiman lahan terbangun 12,34 . Perubahan penutupan lahan tahun 1992 sd 2009 dapat dilihat pada Tabel 11.
Penutupan lahan sangat terkait dengan konservasi hulu DAS sebagai wilayah tangkapan air. Sebagai daerah tangkapan air catchment area, wilayah
hulu sangat diharapkan perannya untuk melakukan infiltrasi dan perkolasi di dalam lapisan tanah sehingga mampu menambah persediaan air tanah.
110 Kemampuan yang tinggi dalam infiltrasi dan perkolasi ini juga sangat penting
dalam upaya pengendalian banjir di wilayah hilir yang berasal dari wilayah hulu. Hal demikian penting artinya mengingat bahwa kondisi curah hujan di wilayah
DAS Ciliwung Hulu lebih dari 3.000 mmth curah hujan tahun 1995 sd 2009 mencapai 2.797-3.748 mmth. Hal ini memberikan pilihan berupa ancaman
banjir bagi wilayah hilir. sekaligus peluang untuk menambah persediaan air tanah bagi suplai air yang berupa dari aliran bawah tanah subsurface run-off. Semakin
tinggi ketersediaan air tanah maka diharapkan mampu memberikan pasokan aliran bawah tanah sehingga debit air sungai dapat dijaga menjadi lebih stabil dan tidak
besar perbedaan debitnya antara aliran pada musim hujan dengan aliran sungai pada musim kemarau. Peta Penutupan Lahan tahun 2000, 2003, 2006 dan 2009
disajikan pada Lampiran 4. Tabel 11 Penutupan lahan DAS Ciliwung Hulu tahun 1992-2009
No. Jenis
penutupan lahan
Luas Ha 1992
1995 2000
2001 2003
2006 2009
1 Hutan
6.184,73 5.834.04 5.611,13 4.436,50 4.467,46 4.391,13 4.318,17
41,62 39,26
37,76 29,86
30,06 29,55
29,06 2
Semak Belukar 1.284,47
827,49 574,25
404,67 336,63
106,35 118,73
8,64 5,57
3,86 2,72
2,27 0,72
0,80 3
Perkebunan 2.218,60 1.954,09 1.992,74 2.841,03 2.786,79
1.902,08 1.910,15 14,93
13,15 13,41
19,12 18,75
12,80 12,85
4 Lahan Terbuka
326,98 129,24
85,89 250,09
341,75 220,53
240,31 2,20
0,87 0,58
1,68 2,30
1,48 2,20
5 Permukiman
588,46 849,99 1.261,62 1.485,93 1.820,18
2.997,26 3.356,73 3,96
5,72 8,49
10,00 12,25
20,17 22,59
6 Sawah
297,20 710,31 499,15
815,06 788,96
546,83 550,26
2,00 4,78
3,36 5,48
5,31 3,68
3,70 7
SemakRumput 987,31 1.113,11 1.080,76
990,96 288,54
540,18 480,12
6,64 7,49
7,27 6,67
1,94 3,64
3,23 8
Tegalan 2.972,25 3.441,73 3.754,46 3.635,77 4.029,67
4.155,64 3.884,99 20,00
23,16 25,27
24,47 27,12
27,97 26,14
Jumlah 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00
14.860,00 14.860,00
Sumber : 1. Hutapea. T. 2005.
2. BPDAS Citarum-Ciliwung 2010. 3. Badan Planologi Kehutanan 2011 diolah