Kondisi Pengelolaan DAS Ciliwung Hulu

257 Kebijakan publik yang ditempuh oleh pemerintah melalui pendekatan sektoral telah menimbulkan fragmentasi terhadap permasalahan di lapangan. Kebijakan pemerintah melalui pendekatan sumberdaya air telah menimbulkan dissinergi dengan sektor lainnya. Melalui UU 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan PP 42 tahun 2008 telah mengamanatkan bahwa pengelola sumberdaya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumberdaya air. Kegiatan pengelolaan air meliputi air yang berada pada, di atas, maupun di bawah permukaan tanah maupun air hujan PP 20 tahun 2006 pasal 1 mencakup kegiatan konservasi SDAir, pendayagunaan SDAir dan perlindungan, pengendalian daya rusak air dan sistem informasi SDAir pasal 5. Pengelolaan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan pasal 3 dan pasal 11 UU No. 72004. Pengelolaan air permukaan didasarkan pada wilayah sungai dan air tanah pada cekungan air tanah. pasal 12 ayat 1-2. Penetapan wilayah sungai ditentukan melalui keputusan Presiden setelah memperhatikan pertimbangan Dewan SDAir Nasional. Pengelolaan SDAir mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air dilakukan melalui wadah koordinasi yaitu Dewan SDAir pasal 85-86. Pasal 88 ayat 86, wadah koordinasi yang bersifat multisektoral dan multipelaku ini menilai bahwa dengan koordinasi dalam wadah Dewan SDAir sudah cukup. Pengelolaan SDAir tidak didasarkan pada karakteristik ekosistem DAS yang salah satu komponen penyusunnya adalah SDAir dan sumberdaya manusia komponen pelaku terpenting di dalam DAS. DAS merupakan wilayah dengan keterkaitan hubungan hidrologi antar wilayah DAS. Hal ini menimbulkan kesan bahwa pengelolaan SDAir cukup dilaksanakan secara sektoral , dan tidak perlunya penyusunan rencana pengelolaan berbasis ekosistem wilayah. Belum ada komitmen antar sektor dan antar pihak dalam pengelolaan sumberdaya alam di dalam DAS dengan berpedoman pada rencana bersama yang dipedomani oleh berbagai sektor dan pelaku Berdasarkan wilayah spasialnya pengelolaan SDAir mencakup seluruh wilayah daratan dan juga merupakan wilayah pengelolaan DAS. Keberadaan SDAir secara spasial berada di dalam sumber air yaitu tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan air pasal 1. Pemahaman pengelolaan sumber air tersebut dimaknai serupa atau 258 mirip dengan daerah aliran sungai DAS dan dipandang DAS merupakan salah satu sumber air . Pemahaman demikian mengakibatkan pandangan bahwa pengelolaan air adalah juga pengelolaan DAS . Hal ini menghasilkan persepsi bahwa pengelolaan SDAir Terpadu adalah sama identik dengan pengelolaan DAS Terpadu. Persepsi ini bertentangan dengan pandangan DAS sebagai satu ekosistem dengan faktor interdependensi berupa proses hidrologi. Di dalam ekosistem DAS terdapat komponen SDLahan, SDAir, dan terutama SDManusia. SDAir merupakan salah satu komponen di dalam sistem DAS. Dengan pemahaman demikian maka unsur SDAir lebih dominan daripada ekosistem DAS yang di dalamnya terdapat manusia yang lebih dinamis dan pelaku DAS. SDManusia sebagai pusat tujuan layanan, air bukan sebagai tujuan tetapi sebagai komoditas layanan. Perencanaan pembangunan berbasis ekosistem dalam Satu Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu yang tidak terwujud atau pembangunan bersifat sektoral maka cenderung pemanfaatan SDAlam secara eksploitatif. Perilaku pelaku kebijakan sektoral disajikan pada Gambar 33. Gambar 33 Perilaku pelaku kebijakan sektoral dalam pengelolaan DAS SD Lahan SD Air SD Energi dan Mineral SD Hutan, Flora Fauna SD Lainnya PPLBB RP-SDA RHL, RP- KPHP, RPKPHL, RP- KPHK KP-KP Rencana Tata Ruang Wilayah RP DAS Terpadu Rencana Tata Ruang Wilayah Komponen DAS Perilaku Sektoral Posisi RPDAS Terpadu Dampak - Tidak ada keterpaduan tetapi sektoral - Pemanfaatan SDaya sektoral maksimal eksploitatif - Dampak negative sektoral tidak tertangani - Degradasi SD lahan, SDAir, SDUdara - Pemberdayaan SDManusia tidak tergarap - Akuntabilitas DAS tidak jelas, karena lebih sektoral - Kelembagaan buruk. SD Manusia Catatan : PLPPB = Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan RP-SDA = Rencana Pengelolaan SDAir RKP-HP, HL, HK = Rencana Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, Hutan Lindung, Hutan Konservasi KP = Kuasa Pertambangan = Dicakup 259 Peraturan pemerintah 382007 tentang Pembagian urusan pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupatenkota telah memberikan kewenangan kepada penyelenggaran urusan subbidang kehutanan di pusat untuk menyusun Rencana Pengelolaan DAS Terpadu. Berdasarkan PP tersebut maka telah diterbitkan peraturan Menteri Kehutanan nomor P.42Menhut-II2009 tentang Pola Umum, Kriteria dan Standar Pengelolaan DAS Terpadu dan P.39Menhut-II2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu telah menguraikan secara rinci cakupan dan lingkup pengelolaan terpadu menyangkut pengelolaan SDLahan, SDAir, SDRuang, SD energi dan sumberdaya mineral, peningkatan pemberdayaan masyarakat serta mekanisme hubungan hulu-hilir terkait dengan permasalahan banjir dan manfaat dari pengelolaan SDAir dan keterpaduan lainnya. Peraturan Menteri Kehutanan tidak bisa mengikat antar kementerian atau lembaga tinggi lainnya sehingga hanya operasional di dalam lingkup Kementerian Kehutanan. Hal yang sama, tidak ada undang-undang yang berada di atas undang-undang lainnya. Hal ini mengakibatkan tidak terbentuknya Rencana Pengelolaan DAS Terpadu yang mengikat antar lembaga tetapi hanya mengikat dan berlaku di dalam lingkungan Kementerian Kehutanan. Untuk lebih operasional pentingnya perencanaan terpadu dalam pengelolaan multi- sumberdaya alam dan SDM di dalam DAS atau SDAir maka diperlukannya persamaan persepsi dari aspek keilmuan dan aspek komitmen bersama terhadap kondisi ekosistem SDAlam yang sedang mengalami degradasi. Hal ini membutuhkan komitmen bersama antar disiplin ilmu pengetahuan maupun antar pelaku sektoral terhadap pengelolaan SDAlam berbasis ekosistem DAS atau berdasarkan komoditas SDAir. Perilaku pelaku kebijakan sektoral seharusnya dipadukan melalui perencanaan pengelolaan dalam wadah satu Sistem Rencana Pengelolaan DAS Terpadu. Dalam implementasinya dikoordinasikan bersama oleh Kementerian Perekonomian dan Bappenas sehingga tidak ada lagi perencanaan sektoral yang tanpa wadah multisektoral dengan memperhatikan karakteristik ekosistem 260 wilayah. Kelebihan Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu adalah adanya upaya bersama dalam mengendalikan degradasi sumberdaya alam atau eksternalitas akibat kegiatan sektoral mulai dari tahap perencanaan sampai implementasinya. Kelebihan lain adalah adanya pemberdayaan SDM dilaksanakan terpadu oleh sektoral, akuntabilitas pengelolaan DAS lebih jelas, kelembagaan tertata dengan baik dan jelas serta dimungkinkannya implementasi cost sharing maupun payment environmental service PES dalam pemanfaatan SDAlam. Mekanisme dan kelebihan RPDAS Terpadu disajikan pada Gambar 34. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu tersebut seharusnya hanya memuat rencana kegiatan yang bersifat inter-sektoral antar sektor dan multi-sektoral sedangkan murni-sektoral diterjemahkan perencanaannya oleh instansi sektoral. Perencanaan inter-sektoral dan multi-sektoral merupakan hasil koordinasi, SD Lahan SD Air SD Energi dan SD Hutan, Flora Fauna SD Lainnya Komponen DAS Perilaku Sektoral PLPPB RPSDA RHL, RP- KPHP, RPKPHL, RP- KPHK KP-KP Rencana Tata Ruang Wilayah RP DAS Terpadu Rencana Tata Ruang Wilayah Posisi RPDAS Terpadu Dampak - Pemanfaatan SDaya sektoral optimal konservatif - Dampak negatif dikendalikan dari awal secara bersama - Degradasi SD lahan, SDAir, SDUdara bisa dikendalikan - Pemberdayaan SDManusia menyatu dengan RP-sektoral - Akuntabilitasi DAS jelas, karena saling lintas sektoral - Mekanisme Cost Sharing maupun PES - Kelembagaan Baik dan Jelas. SD Manusia RP- SDLainnya Gambar 34 Perilaku pelaku kebijakan dalam satu Sistem Pengelolaan Berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu 261 integrasi, sinkronisasi dan sinergisitas yang menjadi tugas bersama antar sektor. RPDAS Terpadu disusun dengan basis spasial, suatu wilayah di dalam DAS dilakukan kegiatan tertentu dan tata waktu yang jelas. Beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan RPDAS Terpadu adalah : a. Memenuhi kebutuhan multisektoral terhadap sumberdaya yang dikelola sasaran2 pencapaian bersifat holistik. b. Rencana kegiatan disusun berbasis spasial where. c. Program kegiatan antar-sektor what. d. Pelaku sektoral atau perorangankelompok who mencakup level pelaku sd masyarakat lokal. e. Penanganan eksternalitas dari kegiatan dampak sektoral controlling antar sektor. f. Tata waktu pelaksanaan when : kesesuaian waktu kesinambungan antar komponen. g. Pendanaan kegiatan multiinter-sektoral fund : pendanaan sektoral dan pendanaan bersama untuk memperoleh efisiensi. h. Kelembagaan berupa aturan main, wadah koordinasi, sistem insentif dan pengaturan lainnya how. i. RPDAS Terpadu dapat bersifat kompleks sd semi kompleks, sedangkan rencana sektoral disusun lebih sederhana simple : mudah disusun oleh perencana dan mudah dilaksanakan bagi pelaksana kebijakan. Materi perencanaan DAS Terpadu mencakup a rencana sumberdaya lahan yang dikelompokkan ke dalam wilayah hilir, tengah dan hulu; b rencana sumberdaya ruang, mencakup alokasi ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di dalam DAS, c rencana pengendalian dampak negatif sektoral, d rencana rehabilitasi DAS, e pengembangan perkebunan rakyat, f rencana kelola sosial pemberdayaan masyarakat, g pendanaan inter dan multi sektoral dan h pengaturan kelembagaan yang diperlukan wadah koordinasi, evaluasi bersama, sistem akuntabilitas kegiatan bersama, sistem insentif, payment environment 262 service PES, sharing pendanaan hulu-hilir, partisipasi masyarakat, legalisasi dokumen hasil perencaaan bersama. Kerangka materi RPDAS Terpadu disajikan pada Gambar 35 Keterangan :

8.2.2 Kerangka Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu

Pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu didasarkan pada 5 lima faktor kunci dan 5 lima aktor kunci agar pengelolaan DAS Ciliwung menjadi berkelanjutan. Kelima faktor tersebut adalah 1 alternatif pendapatan petani dari Gambar 35 Kerangka isi rencana pengelolaan DAS Terpadu Murni sektoral kegiatan disusun oleh masing-masing sektor Cross-sector multi-sektoral Inter-sectoral antar sektor Sektor A Sektor B Sektor C Sektor E Sektor D 263 kegiatan non-pertanian, 2 pemanfaatan jasa wisata, 3 perubahan lahan menjadi lahan terbangun, 4 kapasitas koordinasi instansi pemerintah 5 kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Mengingat pengelolaan DAS bersifat kompleks dan mempunyai keterkaitan hidrologis maka pengelolaan yang disusun juga dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan mulai dari pemerintah, swasta maupun perorangan maupun kelompok masyarakat. Kelima aktor kunci adalah 1 pemilik lahan dari luar DAS Ciliwung Hulu, 2 biyong makelar jual beli lahan, 3 Bappeda Kabupaten Bogor, 4 pengusaha lokal hasil pertanian, dan 5 BP4K dan UPT BP3K Wilayah Ciawi. Hubungan antara aktor dominan dan faktor penting dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu dapat digambarkan ke dalam kerangka hubungan Gambar .... Aktor Kunci Faktor Kunci 1. Pemilik lahan dari luar DAS Ciliwung Hulu 1. Alternatif pendapatan dari kegiatan non- pertanian 2. Biyong 2. Pemanfaatan jasa wisata 3. Pengusaha lokal produk tanaman pertanian 3. Perubahan lahan menjadi lahan terbangun 4. Bappeda Kab. Bogor 4. Kapasitas koordinasi organisasi pemerintah 5. BP4K dan UPT BP3K Wil. Ciawi 5. Kegiatan penyuluhan Gambar 36 Hubungan antara faktor kunci dan aktor kunci dalam pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu Berdasarkan Gambar 36, pengembangan kebijakan pengelolaan berkelanjutan DAS Ciliwung Hulu mencakup hubungan antara faktor kunci dan aktor kunci sebagai berikut : A B C D E F G H I J K L M 264 1. Peningkatan alternatif pendapatan dari kegiatan non-pertanian hubungan A, B dan C. Aktor kunci terkait adalah Pengusaha lokal produk tanaman pertanian, Bappeda Kab. Bogor, dan BP4K dan UPT BP3K Wil. Ciawi. Pihak pengusaha lokal produk pertanian diharapkan mampu mendorong pengembangan alternatif pendapatan dari kegiatan non-pertanian diantaranya usaha ternak sapi, kambing, kelinci, dan ojeg. Disamping pihak pengusaha lokal produk pertanian juga perlu didukung upaya pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dalam bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan yang dilakukan oleh BP4K dan UPT BP3K Wilayah Ciawi. Kegiatan penyuluhan berupaya menyebarlaskan pengetahuan, teknologi, membangun persepsi, mendorong peningkatan kapasitas diri dan kelompok masyarakat lokal, serta menyerap program berbasis non-pertanian yang dibutuhkan oleh masyarakat lokal dengan teknologi tepat guna sesuai kapasitas masyarakat lokal. Hasil penyerapan program yang dibutuhkan masyarakat tersebut dikomunikasikan dengan instansi teknis Kabupaten Bogor terkait. Peran Bappeda Kabupaten Bogor dibutuhkan dalam rangka mengkoordinasikan perencanaan program pembangunan berdasarkan program kegiatan yang dibutuhkan masyarakat lokal. Bappeda mengkoordinasikan program kegiatan tersebut dengan seluruh instansi teknis terkait maupun UPT pemerintah pusat di daerah untuk merancang program secara terpadu dan dengan menyusun skala prioritas. 2. Pemanfaatan jasa wisata hubungan D, E, F. Aktor kunci terkait adalah Bappeda Kab. Bogor, BP4K dan UPT BP3K Wil. Ciawi, pemilik lahan dari luar DAS Ciliwung Hulu. Pemanfaatan jasa wisata dibutuhkan perencanaan matang dan komitmen dari Bappeda Kab. Bogor mencakup perencanaan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Kegiatan pemanfaatan jasa wisata di DAS Ciliwung Hulu berupa jasa wisata konvensional hiburan maupun ekowisata. Keadaan saat ini menunjukkan pada kondisi over- capacity dengan melihat kondisi lalu lintas jalan yang macet, jalur Bogor- Puncak pada kondisi normal dapat ditempuh 0,5 sd 1 jam, pada hari-hari libur