sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut
Hamalik sebagaimana dikutip oleh Arsyad, 2010 bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
2.7 Buku Saku
Buku saku adalah buku yang mudah dibawa dan dapat dimasukkan ke dalam saku Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990. Penyajian buku saku ini
menggunakan banyak Gambar dan warna sehingga memberikan tampilan yang menarik. Siswa cenderung menyukai bacaan yang menarik dengan sedikit uraian
dan banyak Gambar dapat membantu pembaca berimajinasi. Imajinasi dapat membantu seseorang meningkatkan kinerja ingatannya dan membantu mengingat
kata-kata verbal. Warna juga dapat menjadi bentuk komunikasi non-verbal yang dapat menyampaikan pesan secara instan dan lebih bermakna.
2.8 Efektifitas
Efektifitas berasal dari kata efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa
hasil. Jadi efektifitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha
atau tindakan. Berdasarkan uraian diatas efektifitas dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai melalui cara atau usaha untuk mewujudkan
tujuan dari proses tersebut. Soemosasmito dalam Trianto, 2011: 20 Suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran, yaitu: 1 Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan
terhadap KBM; 2 Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa; 3 Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
orientasi kemampuan belajar diutamakan; dan 4 Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif. Dari uraian di atas, maka yang menjadi indikator
keefektifan ada 3 aspek: 1. Ketuntasan belajar siswa
2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran 3. Respon siswa terhadap pembelajaran.
2.9 Materi Pembelajaran
2.9.1 Kelarutan dan Hasil kali Kelarutan K
sp
3.9.1.1 Pengertian Kelarutan Solubility
Istilah kelarutan solubility digunakan untuk menyatakan jumlah maksimal zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Kelarutan khususnya untuk
zat yang sukar larut dinyatakan dalam satuan gram.L
–1
atau mol.L
–1
. Apabila suatu zat yang sukar larut misalnya AgCl dimasukkan ke dalam air ada sebagian
AgCl larut dan sebagian tetap mengendap. Bagian zat yang larut terurai menjadi ion-ionnya.
AgCl
s
+ H
2
O
l
⇄ AgCl
aq
Ag
+ aq
+ Cl
- aq
Karena semua bentuk molekul yang terlarut aq terurai menjadi ion- ionnya, di dalam larutan hanya terdapat keseimbangan antara bentuk padat s dan
ion-ionnya, yang dituliskan sebagai berikut:
AgCl
s
⇄ Ag
+ aq
+ Cl
- aq
Atau secara umum : AxBy
s
⇄ xA
y+ aq
+ yB
x- aq
3.9.1.2 Tetapan Hasil Kali Kelarutan K
sp
Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat itu yang larut.
A
x
B
y
s ⇄
xA
y+
aq + yB
x –
aq Karena zat padat tidak mempunyai molaritas, maka tetapan kesetimbangan
reaksi di atas hanya melibatkan ion-ionnya saja, dan tetapan kesetimbangannya disebut tetapan hasil kali kelarutan K
sp
K
sp
AxBy = [A
y+
]
x
[B
x –
]
y
3.9.1.3 Hubungan Kelarutan s dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan K
sp
Oleh karena s dan K
sp
sama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antara s dan K
sp
berhubungan, nilai K
sp
ada keterkaitannya dengan nilai s. Secara umum hubungan antara kelarutan s dengan tetapan hasil kali kelarutan K
sp
untuk larutan elektrolit A
x
B
y
dapat dinyatakan sebagai berikut.
AxBy
s
⇄
xA
y+ aq
+ yB
x- aq
S
⇄
xs ys
K
sp
= [A
y+
]
x
[B
x –
]
y
K
sp
= xs
x
ys
y
Sehingga K
sp
= x
x
y
y
s
x+y
dan S =
3.9.1.4 Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan
Dalam larutan jenuh Ag
2
CrO
4
terdapat kesetimbangan antara Ag
2
CrO
4
padat dengan ion Ag
+
dan ion CrO
4 2
–
.
Ag
2
CrO
4s
⇄ 2Ag
+ aq
+ CrO
4 2
– aq
jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO
3
atau larutan K
2
CrO
4
maka larutan AgNO
3
atau K
2
CrO
4
akan memperbesar konsentrasi ion Ag
+
atau ion CrO
4 2
–
dalam larutan. AgNO
3aq
→ Ag
+ aq
+ NO
3 –
aq
K
2
CrO
4aq
→ 2K
+ aq
+ CrO
4 2
– aq
Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag
+
atau ion CrO
4 2
–
akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag
2
CrO
4
yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwa ion senama memperkecil kelarutan.
3.9.1.5 Hubungan K
sp
dengan pH
Harga pH sering digunakan untuk menghitung Ksp suatu asam atau basa yang sukar larut. Sebaliknya harga Ksp suatu asam atau basa dapat digunakan
untuk menentukan pH larutan. Beberapa senyawa asam atau basa ada yang sukar larut dalam air. Senyawa asam atau basa tersebut akan membentuk larutan dengan
pH jenuh. Besarnya pH sesuai banyaknya ion H
+
dan OH
-
yang terlarut. Konsentrasi ini sangat bergantung pada besarnya harga Ksp sehingga kelarutan
akan semakin besar. Pada asam, pH akan semakin kecil, sedangkan pada basa pH larutan akan semakin besar. Konsentrasi ion H
+
dan OH
-
dapat ditentukan dengan cara menghitung harga kelarutannya dalam air.
3.9.1.6 Penggunaan Konsep K
sp
dalam Pemisahan Zat
Harga K
sp
suatu elektrolit dapat dipergunakan untuk memisahkan dua atau lebih larutan yang bercampur dengan cara pengendapan. Proses pemisahan ini
dengan menambahkan suatu larutan elektrolit lain yang dapat berikatan dengan ion-ion dalam campuran larutan yang akan dipisahkan. Karena setiap larutan
mempunyai kelarutan yang berbeda-beda, maka secara otomatis ada larutan yang mengendap lebih dulu dan ada yang mengendap kemudian, sehingga masing-
masing larutan dapat dipisahkan dalam bentuk endapannya. Misalnya pada larutan jenuh PQ berlaku persamaan : K
sp
= [P
+
] [Q
–
] Jika larutan itu belum jenuh PQ yang terlarut masih sedikit, sudah tentu
harga [P
+
] [Q
–
] lebih kecil daripada harga K
sp
. Sebaliknya jika [P
+
] [Q
–
] lebih besar daripada K
sp
, hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga PQ akan mengendap.
• Jika [P
+
] [Q
–
] K
sp
, maka larutan belum jenuh tidak terjadi endapan. • Jika [P
+
] [Q
–
] = K
sp
, maka larutan tepat jenuh tidak terjadi endapan. • Jika [P
+
] [Q
–
] K
sp
, maka larutan lewat jenuh terjadi endapan.
3.10 Kerangka Berpikir
Hasil belajar kelas XI IPA SMAN 1 Ambararawa menunjukkan belum tercapainya KKM Kriteria Ketuntasan Minimal pada materi kelarutan dan hasil
kelarutan, metode pembelajaran disini kurang membuat siswa itu menjadi aktif, kebanyakan siswanya pasif sehingga hasil belajar dari siswa tersebut rendah tidak
sesuai dengan KKM. Hasil belajar ini disebabkan oleh pemahaman siswa pada materi kelarutan dan hasil kelarutan yang kurang, dengan materi yang lebih
cenderung ke perhitungan-perhitungan dan membutuhkan pemahaman lebih, hal ini dirasa sulit oleh masing-masing siswa. Model pembelajaran yang digunakan
sudah bagus akan tetapi kurang variatif sehingga siswa kurang aktif dan kurang memahami materi kelarutan dan hasil kelarutan.
Berawal dari permasalahan ini, maka perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mempelajari materi kimia.
Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku pada kelas eksperimen dan metode
konvensional pada kelas kontrol. Kedua kegiatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas diharapkan efektif pada hasil belajar siswa dan dapat membantu
mendorong hasil belajar siswa sehingga dapat mencapai KKM pada materi kelrutan dan hasil kelarutan. Secara ringkas Gambaran penelitian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 kerangka berpikir 1. Pemahaman siswa kurang
2. Model Pembelajaran kurang variatif 3. Siswa kurang aktif dan kurang memahami materi Ksp
Nilai Belum mencapai kkm
Perbandingan hasil belajar Pemberian
buku saku Pembelajaran konvensional
metode ceramah Kelas eksperimen
Kelas kontrol
Pembelajaran kooperatif model
Creative Problem Solving
Hasil belajar Hasil belajar
Tes Tes
Efektifitas model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku
2.11 Hipotesis