S : Setuju TS : Tidak Setuju
STS: Sangat Tidak Setuju
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA N 1 Ambarawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran
Creative Problem Solving berbantuan buku saku pada hasil belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan Siswa SMAN 1 Ambarawa. Populasi dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPA SMA N 1 Ambarawa tahun ajaran 20132014 yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 160 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan terlebih dahulu melakukan uji
normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi terhadap UAS 1 kimia kelas XI IPA.
Berdasarkan perhitungan dari nilai UAS 1 kimia digunakan uji normalitas terhadap 4 Kelas XI IPA diperoleh hasil XI IPA 1
hitung 2
= 4,79, XI IPA 2
hitung 2
= 4,78, XI IPA 3
hitung 2
= 5,79, XI IPA 4
hitung 2
= 1,53 dengan
tabel 2
= 7,81, hal ini menunjukkan bahwa semua kelas XI IPA SMAN 1 Ambarawa
berdistribusi normal. Dari uji homogen diperoleh
hitung 2
= 4,664 dengan
tabel 2
=7,81, hal ini menunjukkan bahwa varians dari populasi tidak berbeda satu
dengan yang lain homogen. Selanjutnya menggunakan uji anava satu arah, diperoleh harga F
hitung
= 2,21 dengan F
Tabel
= 6,66 hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata kelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-
masing kelas XI IPA berdistribusi normal, mempunyai varians yang sama
homogen serta tidak terdapat perbedaan rata-rata kelas sehingga dapat dilakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil
pengundian terpilih kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol.
Sebelum dilakukan penelitian terhadap kelas eksperimen maupun kelas kontrol terlebih dahulu dilakukan uji coba soal di kelas XI IPA 4 SMAN 1
Ambarawa. Jumlah soal yang diujikan adalah 50 butir soal pilihan ganda. Dari hasil uji coba dianalisis validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran soal
untuk mempertimbangkan soal-soal yang nantinya diambil untuk soal post test. Dari hasil analisis didapatkan 33 soal yang yang memenuhi kriteria diatas yaitu
soal nomor 4, 5, 6, 8, 10, 13, 15, 16, 17, 20, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,, 41, 44, 46, 48, 49, 50 yang selanjutnya diambil 30
soal untuk dijadikan soal post test. Dalam penelitian ini sampel diberi perlakuan yang berbeda, untuk kelas
eksperimen diberi perlakuan pembelajaran model creative roblem solving berbantuan buku saku sedangkan untuk kelas kontrol diberi perlakuan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Untuk materi yang dijelaskan yaitu materi kelarutan dan hasil kelarutan.
Model CPS adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan
penguatan ketrampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan
keterampilan memecahkan
masalah untuk
memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa
dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Pepkin,2004:1.
Dalam model pembelajaran Creative Problem Solving yang dilakukan di kelas eksperimen dimulai dengan membagikan buku saku ke siswa diawal
pembelajran. Dalam buku saku tersebut sudah terdapat materi-materi yang akan mendukung siswa dalam mengikuti pembelajaran serta beberapa contoh peristiwa
kelarutan dan hasil kelarutan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh-contoh tersebut dimaksudkan agar dalam mempelajari sebuah materi siswa diharapkan dapat
mengerti dan menjelaskan inti dari pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan bukan hanya pada konsep dalam bentuk soal tetapi juga contoh peristiwa dalam
kesehariannya. Pembelajaran dimulai dengan dibentuknya kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4-5 orang. Setelah itu dilakukan penyampaian materi oleh guru dengan selalu menggunakan buku saku untuk memudahkan siswa. Siswa
diberikan waktu untuk mendiskusikan peristiwa-peristiwa yang ada dalam buku saku tersebut untuk dijelaskan oleh perwakilan siswa tiap-tiap kelompok, setelah
itu guru memandu siswa untuk bersama-sama menyimpulkannya, dengan tujuan siswa dapat aktif dan mandiri. Hal ini dilakukan juga untuk pokok bahasan yang
selanjutnya, perwakilan siswa yang sudah menjelaskan di pokok bahasan sebelumnya tidak diperkenankan menjelaskan lagi untuk pokok bahasan yang
berbeda hal ini bertujuan untuk melatih keaktifan siswa secara keseluruhan sehingga siswa di dalam kelas mempunyai hak masing-masing untuk beriskusi
dan menyampaikan pendapatnya. Setelah itu siswa diberikan beberapa soal untuk
dikerjakan bersama kelompok, pembahasan soal ini dilakukan oleh siswa dengan maju kedepan mengerjakan soal dan sekaligus menerangkan tata urut pengerjaan
soal sehingga siswa yang lain dapat mengerti dan lebih paham. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan secara individu untuk
melatih hasil yang telah diperoleh dari pembelajaran sebelumnya. Model Creative Problem Solving ini diharapkan dapat membantu siswa
agar dapat mengasah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan memiliki keterampilan untuk menjelaskannya, jadi bukan hanya pada
mengerjakan sesuatu tanpa mengerti apa yang dikerjakan, hal ini meminimalisir adanya proses mencontek ataupun melihat pekerjaan teman yang lain. Melalui
Model Creative Problem Solving siswa tidak hanya menghafal rumus-rumus ataupun materinya saja tetapi juga memahami dan mempunyai keterampilan
memecahkan masalah yang diberikan. Dalam model Creative Problem Solving yang diberikan di akhir menjawab soal siswa bersama dengan guru membahas
soal yang telah dikerjakan, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat mengevaluasi hasil yang telah dikerjakannya.
Kegiatan pembelajaran di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Pertemuan di kelas kontrol dimulai dari
penjelasan guru mengenai materi kelarutan dan hasil kelarutan kemudian siswa diberikan soal-soal untuk dikerjakan. Beberapa siswa maju ke depan untuk
mengerjakan soal yang tadi telah diberikan. Pembahasan soal dilakukan guru bersama siswa di akhir pertemuan.
Setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan masing- masing dengan materi yang sama yaitu kelarutan dan hasil kelarutan, pada
pertemuan selanjutnya kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soal post test yang berjumlah 30 soal pilhan ganda dengan waktu 60 menit. Hasil post test dari
kedua kelas dibandingkan utuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Creative Problem Solving berabantuan buku saku pada materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan. Hasil post test dianalisis menggunakan uji perbedaan rata-rata untuk
melihat apakah kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas control, uji ketuntasan belajar dan uji ketuntasan klasikal untuk mengetahui apakah model
pembelajaran yang diterapkan efektif. Hasil uji perbedaan rata-rata diperoleh t
hitung
= 4,844 dan t
Tabel
= 1,991, t
hitung
t
Tabel
hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan denga kelas kontrol. Setelah itu dilakukan uji
ketuntasan belajar kimia pada hasil post test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis pada kelas eksperimen diperoleh t
hitung
= 11,43 dan t
Tabel
= 2,02, t
hitung
t
Tabel
hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Hasil analisis pada kelas kontrol diperoleh t
hitung
= 7,00 dan t
Tabel
= 2,02, t
hitung
t
Tabel
hal ini menunjukkan bahwa kelas kontrol telah mencapai ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan uji ketuntasan kedua kelas
eksperimen dan kontrol keduanya telah mencapai kriteria tuntas. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan
buku saku dilakukan uji ketuntasan klasikal, dalam uji ini keberhasilan kelas ketuntasan klasikal dapat dilihat sekurang-kurangnya 85 dari jumlah siswa
yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Dari hasil uji ketuntasan klasikal pada kelas eksperimen mencapai 85 atau 34 dari 40 siswa
telah mencapai KKM. sedangkan pada kelas kontrol mencapai 70 atau 28 dari 40 siswa telah mencapai KKM. Menurut penelitian yang dilakukan Kasmadi dan
Putri model pembelajaran Creative Problem Solving berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kelarutan. Hal ini sesuai dengan
hasil analisis ketuntasan klasikal kelas eksperimen memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa
model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan efektif terhadap hasil belajar kimia.
Beberapa faktor yang menyebabkan hasil pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku lebih baik dibandingkan pembelajaran
konvensional. Pada pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku: 1 siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran 2 siswa dapat
bekerjasama dan saling bertukar pendapat untuk menyelesaikan soal yang diberikan 3 siswa dapat mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan
suatu masalah atau soal yang dihadapi 4 siswa mampu memilih solusi yang optimal 5 siswa mengerti bukan hanya cara mengerjakan tetapi juga cara
menjelaskan. Model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku sakudikatakan
efektif bila pada uji ketuntasan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol dan persentase ketuntasan belajar klasikal mencapai 85 atau lebih. Hasil uji
ketuntasan belajar dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Hasil uji ketuntasan belajar Hasil uji ketuntasan belajar diperoleh pada kelas eksperimen dengan rata-
rata kelas 80,48 dan pada kelas kontrol rata-rata kelas 70,18. Hal ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. pembelajaran model
creative problem solving berbantuan buku saku dapat dikatakan efektif apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar klasikal. Menurut mulyasa 2007
keberhasilan kelas ketuntasan klasikal dapat dilihat sekurang-kurangnya 85 dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu.
Hasil pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa ketunttasan belajar klasikal pada kelas eksperimen sebesar 85 dan kelas kontrol sebesar 70, hal ini
menunjukkan bahwa model pembelajaran creative problem solving berbantuan buku saku efektif pada hasil belajar siswa pada aspek kognitif.
Model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku dikatakan efektif bukan hanya aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan
psikomotoriknya juga bagus. Penilaian afektif dalam penelitian ini mempunyai 5 aspek yaitu : 1 Kehadiran siswa dalam proses belajar mengajar, 2 Keseriusan
eksperimen kontrol
50 100
nilai rata-rata ketuntasan
80.48 85
76.18 70
n il
ai u
ji k
e tu
n tasan
Aspek Kognitif
GRAFIK HASIL KOGNITIF
eksperimen kontrol
dan ketepatan dalam mengerjakan tugas, 3 Menghargai pendapat orang lain, 4 Perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar, 5 Keberanian siswa
mengerjakan tugas didepan kelas. Secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek afektif kelompok
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan adanya kegiatan diskusi di kelas eksperimen sedangkan di kelas kontrol tidak ada,
selain itu proses tanya jawab lebih sering di kelas eksperimen dan juga secara keseluruhan siswa dituntut berpartisipasi mengerjakan soal maupun menjawab
dan bertanya, sehingga siswa lebih aktif dan lebih siap pada saat pembelajaran. Hasil aspek afektif dapat dilihat dari Gambar 4.2
Gambar 4.2 Hasil Penilaian Aspek Afektif Penilaian aspek psikomotorik pada penelitian ini mempunyai 9
aspek yaitu : 1 Persiapan alat dan bahan, 2 Keterampilan menggunakan alat, 3 Penguasaan prosedur praktikum, 4 Ketepatan dalam melakukan
kelas eksperimen kelas kontrol
1 2
3 4
1 2
3 4
5 4
3.4 3.3
3.3 3.3
3.9 3.3
3.1 3.2
3.2
h asi
l r at
-r ata
aspek afektif
GRAFIK HASIL AFEKTIF
kelas eksperimen kelas kontrol
pengamatan, 5 Kerjasama dalam kelompok, 6 Kebersihan ruang dan alat, 7 Merevisi kesalahan hasil analisis, 8 Menarik simpulan dan
mengkomunikasikan hasil percobaan, 9 Kemampuan membuat laporan praktikum sementara. Secara keseluruhan hasil belajar aspek psikomotorik
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil aspek psikomotorik dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Analisis angket tanggapan siswa menyatakan sebagian besar siswa
setuju dengan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku, yang artinya model pembelajaran Creative Problem Solving
berbantuan buku saku mendapat respon positif setuju bagi siswa. Tanggapan siswa tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran
Creative Problem Solving berbantuan buku saku membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam memecahkan suatu persoalan materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan, selain itu model pembelajaran Creative Problem
1 2
3 4
5
1 2
3 4
5 6
7 8
9 5
3.75 3.74
3.8 3.85
4.23 3.83
3.71 4.2
5 3.26
3.69 3.7
3.8 4.05
3.75 3.88
3.8
h asi
l r at
-r ata
aspek psikomotorik
GRAFIK HASIL PSIKOMOTORIK
Kelas Eksperimen kelas Kontrol
Solving berbantuan buku saku juga membantu siswa untuk bekerja sama dengan baik dan juga mampu memilih solusi yang tepat dan sesuai. Hasil
analisis angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Gambar 4.4
Gambar 4.4 Hasil Angket Tanggapan Siswa Hasil analisis aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Creative Problem
Solving berbantuan buku saku terhadap hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambarawa pada materi kelarutan dan hasil kelarutan efektif.
Hasil angket juga menunjukkan bahwa secara keseluruhan siswa menyukai dan merespon positif setuju terhadap model pembelajaran Creative
Problem Solving berbantuan buku saku. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami hambatan-
hambatan sebagai berikut :
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
35.00 10.00 10.00
5.00 10.00
7.50 5.00
10.00 20.00
12.50 65.00
82.50 72.50
77.50 65.00
75.00 80.00 77.50
62.50 67.50
0.00 7.50
15.00 17.50 25.00
17.50 15.00 12.50
17.50 17.50 0.00
0.00 2.50
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
2.50
J u
m lah
R e
sp o
n d
e n
Pernyataan dalam angket
GRAFIK ANGKET TANGGAPAN SISWA
sangat setuju setuju
tidak setuju sangat tidak setuju
1. Awal pembelajaran siswa kebingungan dengan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku karena model seperti
ini baru mereka terima dan diterapkan. 2. Saat awal-awal pembelajaran sangat sulit untuk membuat siswa aktif
bertanya tanpa adanya perintah terlebih dahulu. 3. Kecenderungan siswa ramai saat berdiskusi.
69
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan: 1 Model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku efektif
terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ambarawa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan ditandai dengan Kriteria ketuntasan
minimal yang mencapai 85. 2 Hasil Belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik materi kelarutan dan
hasil kali kelarutan siswa Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku mempunyai
nilai rata-rata lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang memakai pembelajaran konvensional.
3 Model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku mendapat respon positif oleh siswa.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu: 1 Guru kimia hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Creative
Problem Solving berbantuan buku saku dalam pembelajaran sebagai variasi metode mengajar.
2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan buku saku terhadap materi yang