Pengertian Tawuran Alasan Terjadinya Tawuran

186 Kelas XII Semester 1 Alasan kedua, minimnya pandampingan orang tua terhadap anak-anak usia sekolah. Peran serta orang tua dalam lingkup keluarga jelas merupakan faktor yang sangat mutlak diperlukan bagi tumbuh kembangnya anak. Pembimbingan keluarga sangat menentukan pola pikir dan perbuatan anak. Anak yang dibimbing dengan baik dalam keluarganya biasanya memiliki rasa tanggung jawab tinggi terhadap diri sendiri dan keluarga. Alasan ketiga, kurangnya area bermain. Kenapa tawuran menjadi sering dilakukan oleh anak-anak usia sekolah, ini besar kemungkinan karena kurangnya area bermain. Khususnya di Ibukota Jakarta, dengan pesatnya pertumbuhan pembangunan kota yang akhirnya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi seringkali lupa akan kepentingan anak-anak. Kita lupa bahwasanya kita pernah mengalami masa anak-anak. Sekarang banyak anak-anak yang hilang masa kanak-kanaknya akibat tidak adanya fasilitas.

J. Dampak Tawuran

Kerugian isik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian. Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya: rusaknya rumah warga apabila terjadi tawuran dengan saling melempari batu dan mengenai rumah warga. Jika yang tawuran para pelajar, maka akan terganggunya proses belajarnya; menurunnya moralitas para pelajar; hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai. Buatlah kliping dari koran, majalah, tabloid, internet dan lain-lain, mengenai peristiwa tawuran pelajarwarga yang terjadi di masyarakat. Setelah itu berikan catatan dan analisisnya, misalnya: - Nama, tempat, dan waktu kejadian - Mengapa hal itu terjadi? - Apakah akibatnya jika melakukan hal tersebut? - Bagaimana pandangan agama Buddha tentang peristiwa tersebut? - Apakah saran atau komentar kamu atas peristiwa tersebut? Tugas Individu: Membuat Kliping Pendidikan Agama Buddha 187

K. Pandangan Agama Buddha tentang Tawuran

Buddha tidak memberi tempat bagi segala penyiksaan baik itu terhadap diri sendiri maupun orang lain. Tetapi justru memberikan kebaikan, manfaat, kehidupan kebahagiaan baik untuk diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar. Orang hendaknya memiliki rasa malu terhadap perbuatan jahat atau perbuatan tidak baik hiri, dan rasa takut terhadap akibat-akibat perbuatan jahat ottappa. Etika Buddhis menegaskan untuk hidup bersusila yang mandiri dan peduli. Hidup bersusila ini perlu dibentuk dan ditumbuh kembangkan, terutama bagi para pelajar yang sedang dalam proses pencarian jati diri dan pembentukan identitas. Dengan berlandaskan sila yang kuat untuk mengendalikan diri serta memiliki hiri dan otapa, serta pengembangan cinta kasih dari setiap masing-masing pelajar, maka tawuran dapat dihindari.

L. Sulusi

Ada beberapa solusi yang bisa diterapkan agar terhindar dari tawuran, diantaranya adalah a. Menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Orang tua harus bisa meluangkan waktunya untuk bersosialisi dengan anaknya. Memposisikan dirinya sebagai teman dalam memberikan umpan balik agar si anak bisa mengeluarkan keluh kesahnya secara positif tanpa harus menyimpang ke perilaku destruktif. Orang tua juga bisa memberikan teladan yang baik di rumah dengan teladan yang baik dirumah mereka akan lebih tidak mudah terpengaruh terhadap aktivitas yang bersifat anarkis. b. Menjaga keharmonisan di dalam keluarga. Orang tua juga harus pandai- pandai dalam menjaga emosi anaknya. Tidak mengekang atau mendikte selama hal yang dikerjakan masih positif dan menjaga sikap di depan anak, misalnya menghindari pertengkaran isik di hadapan sang anak karena apabila tidak dihindari hal-hal seperti itu mereka akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya. c. Memberikan pendekatan agama dengan benar. Pendidikan agama sangatlah penting dalam pembentukan fondasi kepribadian sang anak. Agar si anak menerapkan nilai-nilai moral dan solidaritas antar sesama dalam pergaulannya.