Peranan Agama Kelas 12 SMA Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Siswa
110 Kelas XII
Semester 1
c. Dari kehidupan tanpa mengetahui hukum Kebenaran Mutlak, dari kegelapan batin, kita berusaha menemukan sampai mendapat atau
sampai mengetahui dan mengerti suatu hukum kebenaran yang belum kita ketahui.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa timbulnya agama di dunia ini adalah untuk menghindari terjadinya segala macam masalah, misalnya kekacauan,
pandangan hidup yang salah, dan sejenisnya, yang terjadi pada waktu dan tempat yang berbeda; guna mendapatkan suatu kehidupan yang sejahtera dan
kebahagiaan yang tertinggi. Setiap orang di dunia ini pasti menginginkan adanya kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya. Inilah alasan mengapa
orang mau mencari jalan yang benar, yang dapat membawa mereka kepada suatu tujuan, yaitu suatu kebahagiaan mutlak terbebas dari semua bentuk
penderitaan. Semua agama di dunia ini muncul karena adanya alasan ini.
Jika ajaran dari suatu agama tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat, maka agama tersebut tentu tidak dapat berkembang. Agar bisa
diterima dalam masyarakat, ajaran-ajaran dasar dari suatu agama harus bisa diterapkan ke dalam nilai-nilai sosial, tujuan-tujuan sosial, dan urusan-urusan
kemasyarakatan yang lain bersifat keduniawian. Lantas, bagaimanakah dengan ajaran agama Buddha? Apakah ajaran-ajaran dasar dari agama Buddha
yang terdapat dalam kitab suci Tipitaka bisa diaplikasikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan bermasyarakat?
Beberapa penulis yang membahas ajaran-ajaran Buddha telah memberikan pendapat mereka tentang hubungannya antara agama Buddha
dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa agama Buddha tidak mengajarkan tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kemasyarakatan dan sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Salah satu contoh adalah pendapat Max Weber yang mengatakan bahwa agama Buddha tidak
mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan politik dan kemasyarakatan. Tetapi jika kita mempelajari agama Buddha secara mendalam, kita akan
mendapatkan beberapa bukti kuat berdasarkan pada kitab suci Tipitaka, untuk membuktikan bahwa pendapat Max Weber adalah salah. Dalam kaitannya
dengan aspek-aspek sosial, perlu diingat bahwa Buddha tidak pernah mengklaim diri-Nya sebagai pelopor perubahan kemasyarakatan di India.
Menurut kitab suci Tipitaka, Buddha disebut sebagai Pembabar Dhamma yang tiada bandingnya. Oleh karena itu Dhamma yang telah diputar oleh
Buddha dijadikan sebagai patokan, kriteria, penuntun masyarakat Buddhis dalam menjalankan kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian sejak
Pendidikan Agama Buddha 111
diputarnya Dhamma oleh Buddha, telah terbentuklah masyarakat Buddhis yang berdasar pada ajaran-ajaranNya.
Buddha mengajarkan Dharma tentang bagaimana cara-cara untuk mendapatkan kesejahteraankebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia ini,
kebahagiaan di alam surga atau kebahagiaan yang tertinggi, Nibbana. Buddha sangat memperhatikan secara mendalam bagaimana caranya untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi oleh setiap manusia yang ada pada saat itu misalnya dengan meningkatkan kondisi dari masing-masing individu dan juga
masyarakat untuk menunjang kebahagiaan dan kesejahteraan manusia.