Ajaran yang Menjamin Keberhasilan

Pendidikan Agama Buddha 117 serba bisa dalam hal kebajikan, terlatih baik dalam tata susila, dan menyenangkan tutur katanya. Kehidupan sosial masyarakat juga dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama adalah kehidupan berkeluarga: membantu ayah dan ibu, menjaga baik-baik anak dan istri, serta memiliki pekerjaan yang penuh damai. Kedua adalah kehidupan sosial: suka berdana, berperilaku pantas, membantu sanak keluarga, dan bertindak tidak tercela. Yang ketiga adalah kehidupan pribadi: berhenti berbuat jahat dan terbebas dari kejahatan; menghindari meminum minuman yang merusak, dan tekun dalam melaksanakan kehidupan bermoral. 2. Samadhi konsentrasi Dalam hal ini terdapat dua bagian utama yaitu yang pertama adalah persiapan diri untuk bersamadhi: memiliki rasa hormat, rendah hati, merasa puas, senantiasa berterima kasih, dan mendengarkan dhamma pada saat yang sesuai. Bagian berikutnya adalah latihan untuk Samadhi: sabar, bergaul dengan manusia teladan dalam dhamma, dan ikut serta dalam diskusi keagamaan. 3. Pañña kebijaksanaan Terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah jalan menuju kebijaksanaan: menjalankan kehidupan suci, memahami empat kebenaran mulia, dan merealisasi Nibbana. Dan sebagai hasil dari kebijaksanaan adalah: pikiran tanpa kesedihan, tanpa noda dan mantap serta tidak terganggu walaupun dipengaruhi oleh kesulitan- kesulitan duniawi terutama pasang surutnya kehidupan di dunia ini atau kondisi-kondisi kehidupan. Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan duniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yang mengatasi keduniaan. Sesungguhnya yang menghalangi perealisasian Nibbana, bukanlah kesuksesan atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatan batin kepadanya itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbana. Di dalam Vyagghapajja sutta, seorang yang bernama Dighajanu, salah seorang suku Koliya, datang menghadap Sang Buddha. Setelah memberi hormat, lalu ia duduk di samping beliau dan kemudian berkata: 118 Kelas XII Semester 1 “Bhante, kami adalah upasaka yang masih menyenangi kehidupan duniawi, hidup berkeluarga, mempunyai isteri dan anak. Kepada mereka yang seperti kami ini, Bhante, ajarkanlah suatu ajaran Dhamma yang berguna untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan sekarang ini, dan juga kebahagiaan yang akan datang.” Menjawab pertanyaan ini, Buddha bersabda bahwa ada empat hal yang berguna yang akan dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini, yaitu: 1. Rajin dan bersemangat dalam mengerjakan apa saja, harus terampil dan produktif, mengerti dengan baik dan benar terhadap pekerjaannya, serta mampu mengelola pekerjaannya secara tuntas utthanasampada. 2. Pandai menjaga penghasilannya, yang diperolehnya dengan cara halal, yang merupakan jerih payahnya sendiri arakkhasampada. 3. Mencari pergaulan yang baik, memiliki sahabat yang baik, yang terpelajar, bermoral, yang dapat membantunya ke jalan yang benar, yaitu yang jauh dari kejahatan kalyanamitta. 4. Hidup sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Artinya bisa menempuh cara hidup yang sesuai dan seimbang dengan penghasilan yang diperolehnya, tidak boros, tetapi juga tidak pelitkikir samajivikata. Keempat hal tersebut adalah merupakan persyaratan kondisi yang dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini, sedangkan untuk dapat mencapai dan merealisasi kebahagiaan yang akan datang, yaitu kebahagiaan dapat terlahir di alam-alam yang menyenangkan dan kebahagiaan terbebas dari yang berkondisi, ada empat persyaratan pula yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut: 1. Keyakinan, yaitu keyakinan terhadap nilai-nilai luhur saddha. Keyakinan ini harus berdasarkan pengertian, sehingga dengan demikian diharapkan untuk menyelidiki, menguji dan mempraktikkan apa yang dia yakini tersebut. Di dalam Samyutta Nikaya V, Sang Buddha menyatakan demikian: “Seseorang… yang memiliki pengertian, mendasarkan keyakinannya sesuai dengan pengertian.” Keyakinan sangat penting untuk membantu seseorang dalam melaksanakan ajaran dari apa yang dihayatinya sehingga berdasarkan keyakinan ini, maka tekadnya akan muncul dan berkembang. Pendidikan Agama Buddha 119 Kekuatan tekad tersebut akan mengembangkan semangat dan usaha untuk mencapai tujuan. 2. Kemoralan sila, yaitu menghindari perbuatan membunuh, mencuri, asusila, ucapan yang tidak benar, dan menghindari makananminuman yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran hilangnya pengendalian diri. Sila bukan merupakan suatu peraturan larangan, tetapi merupakan ajaran kemoralan yang bertujuan agar umat Buddha menyadari adanya akibat baik dari hasil pelaksanaannya, dan akibat buruk bila tidak melaksanakannya. Dengan demikian, berarti dalam hal ini, seseorang bertanggung jawab penuh terhadap setiap perbuatannya. Pelaksanaan sila berhubungan erat dengan melatih perbuatan melalui ucapan dan badan jasmani. Sila ini dapat diintisarikan menjadi ‘hiri’ malu berbuat jahatsalah dan ‘ottappa’ takut akan akibat perbuatan jahatsalah. Bagi seseorang yang melaksanakan sila, berarti ia telah membuat dirinya maupun orang lain merasa aman, tentram, dan damai. Keadaan aman, tenteram, dan damai merupakan kondisi yang tepat untuk membina, mengembangkan serta meningkatkan kemajuan serta kesejahteraan masyarakat dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terealisasinya Nibbana. 3. Kemurahan hati caga, yaitu memiliki sifat kedermawanan, kasih sayang, yang dinyatakan dalam bentuk menolong makhluk lain, tanpa ada perasaan bermusuhan atau iri hati, dengan tujuan agar makhluk lain dapat hidup tenang, damai, dan bahagia. Untuk mengembangkan kemurahan hati, seseorang harus sering melatih mengembangkan kasih sayang dengan menyatakan dalam batinnya merenungkan sebagai berikut: “Semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari penderitaan, kebencian, kesakitan, dan kesukaran. Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaan mereka sendiri.” 4. Kebijaksanaan panna, yaitu kebijaksanaan yang akan membawa ke arah terhentinya dukkha Nibbana. Kebijaksanaan berarti dapat memahami timbul dan padamnya segala sesuatu yang berkondisi; atau pandangan terang yang bersih dan benar terhadap segala sesuatu yang berkondisi, yang membawa ke arah terhentinya 120 Kelas XII Semester 1 penderitaan. Panna muncul bukan hanya didasarkan pada teori, tetapi yang paling penting adalah dari pengalaman dan penghayatan ajaran Buddha. Panna berkaitan erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Singkatnya ia mengetahui dan mengerti tentang: masalah yang dihadapi, timbulnya penyebab masalah itu, masalah itu dapat dipadamkandiatasi dan cara atau metode untuk memadamkan penyebab masalah itu. Itulah uraian dari Vyagghapajja sutta yang ada hubungannya dengan kesuksesan dalam kehidupan duniawi yang berkenaan dengan tujuan hidup umat Buddha. Sutta lain yang juga membahas tentang kesuksesan dalam kehidupan duniawi ini, bisa kita lihat pula dalam Anguttara Nikaya II 65, di mana Sang Buddha menyatakan beberapa keinginan yang wajar dari manusia biasa yang hidup berumah tangga, yaitu: 1. Semoga saya menjadi kaya, dan kekayaan itu terkumpul dengan cara yang benar dan pantas. 2. Semoga saya beserta keluarga dan kawan-kawan, dapat mencapai kedudukan sosial yang tinggi. 3. Semoga saya selalu berhati-hati di dalam kehidupan ini, sehingga saya dapat berusia panjang. 4. Apabila kehidupan dalam dunia ini telah berakhir, semoga saya dapat terlahirkan kembali di alam kebahagiaan surga. Keempat keinginan wajar ini, merupakan tujuan hidup manusia yang masih diliputi oleh kehidupan duniawi; dan bagaimana caranya agar keinginan- keinginan ini dapat dicapai, penjelasannya adalah sama dengan uraian yang dijelaskan di dalam Vyagghapajja sutta tadi. Jadi, jelaslah sekarang bahwa Sang Buddha di dalam ajaran-Nya, sama sekali tidak menentang terhadap kemajuan atau kesuksesan dalam kehidupan duniawi. Dari semua uraian di atas tadi, bisa kita ketahui bahwa Sang Buddha juga memperhatikan kesejahteraan dalam kehidupan duniawi; tetapi memang, Beliau tidak memandang kemajuan duniawi sebagai sesuatu yang benar, kalau hal tersebut hanya didasarkan pada kemajuan materi semata, dengan mengabaikan dasar-dasar moral dan spiritual; untuk menghasilkan suatu masyarakat yang bahagia, aman, dan sejahtera secara lahir maupun batin; dalam rangka tercapainya tujuan akhir, yaitu terbebas dari dukkha atau terealisasinya Nibbana. Pendidikan Agama Buddha 121 Ayo Mengomunikasikan Presentasikan hasil analisis dan diskusi di depan kelas, serta laporkan secara tertulis tentang bukti-bukti masih banyaknya permasalahan sosial di lingkunganmasyakat kita

G. Rangkuman

Aku Tahu …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………… Tuliskan rangkuman kamu di bawah ini 122 Kelas XII Semester 1

H. Kecakapan Hidup

Setelah kamu menyimak wacana di atas, tulislah hal-hal yang telah kamu mengerti dan hal-hal yang belum kamu mengerti pada kolom berikut ini No Hal-hal yang telah saya mengerti Hal-hal yang belum saya mengerti 1. 2. 3. 4. 5. Kemukakan di depan kelas tentang hal-hal yang sudah dan belum kamu pahami dengan baik.

I. Renungan

Tugas Kelompok Buatlah kata-katakalimat renungan yang dapat kamu petik dari ayat-ayat kitab suci Dhammapada atau dari kitab lainnya, kemudian tulislah pesan apa yang dapat kamu petik dari sabda Buddha tersebut Pendidikan Agama Buddha 123

J. Evaluasi

1. Apa yang dimaksud dengan masalah-masalah sosial? 2. Uraikan sedikitnya lima masalah sosial yang terjadi di kota-kota 3. Mengapa masih sering terjadi adanya orang yang membuang menempatkan sampah tidak pada tempatnya? 4. Hubungkan antara khotbah pertama Buddha dengan cara-cara mengatasi masalah 5. Jelaskan perbedaan antara kebahgiaan duniawi dan kebahagiaan tertinggi Nibbana Uji Kompetensi Pengetahuan Lakukan pengamatan terhadap orang-orang di sekitarmu yang peduli terhadap permasalahan sosial Berikan tanggapan dari hasil pengamatanmu lalu buatlah laporan kepada gurumu Tugas Individu Buatlah deskripsi singkat melalui diskusi tentang pandangan agama Buddha terkait dengan masalah banjir, kemacetan, kemiskinan, dan perdagangan gelap narkoba, kemudian tuliskan hal-hal tersebut di dalam kolom tabel di bawah ini ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ ______________________________________________________________