INDUCTION OF DIRECT AND INDIRECT SOMATIC

44 Daun yang telah steril dibilas sampai bersih menggunakan air steril sebanyak 3 kali. Daun dipotong dengan ukuran ± 1 cm x 1 cm, dan ditanam dalam media induksi kalus. Kultur diinkubasi dalam ruang gelap pada temperatur ± 25 o C dan kelembaban relatif ± 60. Medium dasar yang digunakan untuk induksi kalus adalah 12 konsentrasi garam makro dan mikro MS Murashige and Skoog yang dilengkapi dengan vitamin B5, sukrosa 30 g L -1 , dan 250 mg L -1 , Poliviynil polipyrolidon PVPP, dan kemudian ditambahkan phytagel 2.5 g L -1 . Kombinasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan Thidiazuron yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kombinasi zat pengatur tumbuh 2,4-D danThidiazuron Perlakuan 2,4-D Thidiazuron 1 4.5β μM 4.54 μM 2 4.5β μM 9.08 μM 3 4.5β μM 13.62 μM 4 4.5β μM 18.16 μM 5 4.5β μM 22.70 μM 6 9.04 μM 4.54 μM 7 9.04 μM 9.08 μM 8 9.04 μM 13.62 μM 9 9.04 μM 18.16 μM 10 9.04 μM 22.70 μM Percobaan dilakukan dengan sepuluh ulangan. Satu ulangan terdiri dari 5 potongan daun. Peubah yang diamati meliputi persentase pembentukan kalus dan bobot basah kalus yang terbentuk. Media induksi kalus lanjutan, induksi embrio somatik, regenerasi dan perkecambahan yang digunakan sama dengan media yang digunakan pada tahap pertama. Pada induksi embrio somatik perlakuan diulang sebanyak 10 kali, dimana setiap ulangan terdiri atas satu botol yang berisi klam kalus dengan berat masing-masing ± 200 mg kalus, sehingga untuk masing- masing perlakuan dikulturkan sebanyak ± 5.000 mg kalus. Peubah yang diukur adalah persen kalus yang membentuk embrio somatik. Perkecambahan embrio dilakukan dengan sepuluh ulangan. Peubah yang diamati jumlah kecambah yang terbentuk. - Analisis Data Data yang diperoleh akan diuji secara statistik dengan metode 2 faktor untuk mencari nilai anova atau sidik ragamnya. Jika terdapat perbedaan yang nyata akan dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test DMRT pada taraf uji 5.

3. Morfologi Perkembangan Embrio Somatik Kopi Arabika

Perkembangan embrio somatik kopi Arabika dari mulai pembentukan kalus, embrio globular sampai planlet diamati dengan menggunakan mikroskop AxioVision type Zeiss. Mikroskop dihubungkan dengan komputer dengan program AxioVision Release 4.82. 45

4. Induksi Embrio Somatik Sekunder Menggunakan Thidiazuron dan BAP

Eksplan yang digunakan untuk menginduksi embrio somatik sekunder adalah embrio somatik primer fase torpedo kopi Arabika dari varietas yang paling respon dalam membentuk embrio somatik primer. Media MS padat dan semi padat yang dimodifikasi Etienne 2005 ditambahkan thidiazuron 4.54 µM dan 9.08 µM , dan sebagai kontrol digunakan media perkecambahan BAP 1.33 µM. Eksplan yang membentuk embrio somatik sekunder disub kultur ke media pendewasaan. Kultur diinkubasi dalam ruang gelap dengan suhu ± 25 o C sampai terbentuk embrio somatik sekunder. Rancangan percobaan menggunakan acak lengkap faktorial, faktor pertama adalah ZPT dan yang kedua adalah kepadatan media. Percobaan dilakukan dengan sepuluh ulangan. Satu ulangan terdiri dari 10 embrio fase kotiledonari. Peubah yang diamati meliputi: persentase pembentukan embrio somatik sekunder dan jumlah embrio somatik sekunder yang dihasilkan. Hasil dan Pembahasan 1.Embriogenesis somatik kopi Arabika menggunakan 2,4-D dan Thidiazuron Daun kopi Arabika varietas Kartika mulai membentuk kalus setelah 3 minggu dalam media perlakuan. Kalus muncul dari luka bekas potongan Gambar 9. Hasil analisis statistik bobot basah eksplan satu bulan setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 10. Peningkatan konsentrasi ZPT 2,4-D dan Thidiazuron dapat menambah bobot basah eksplan, dengan bobot basah tertinggi pada perlakuan 2,4-D 9.04 µM + Thidiazuron 9.08 µM Gambar 10. Penggunaan 2,4-D yang dikombinasikan dengan Kinetin atau 2,4-D dengan BAP juga memperlihatkan pola yang sama, dimana penambahan 2,4-D sampai 0.94 µM dapat meningkatkan bobot kalus Ibrahim et al. 2012; Ibrahim et al. 2013. Menurut Raghavan 1986 ini dikarenakan auksin dapat meningkatkan kuantitas sel-sel embriogenik dengan cara memacu pembelahan sel untuk membentuk massa pro embriogenik, serta mencegah inisiasi pertumbuhan yang teratur pada sel-sel tersebut. Gambar 9. Keragaan kalus kopi Arabika varietas Kartika. A. Pada media induksi kalus 2,4-D 9.04 µM + Thidiazuron 9.08 µM 1 bulan setelah tanam. B. Kalus embriogenik pada media induksi kalus lanjutan A B 46 Gambar 10. Rataan pertambahan bobot basah eksplan kopi Arabika setelah dikulturkan selama 1 bulan di dalam media induksi kalus awal. Huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan α = 0.05 Persentase pembentukan kalus 3 bulan dalam media induksi kalus lanjutan terlihat bervariasi. Berat terendah pada konsentrasi 2,4-D 2.26 µM yang dikombinasikan dengan thidiazuron 4.54 atau 9.08 µM Gambar 11. Secara morfologi proses pengkalusan tidak terjadi dan jika ada terlihat tidak embriogenik. Pada bekas potongan daun apabila diamati dibawah mikroskop justru terlihat adanya pro embrio dengan warna kekuningan. Hal ini berbeda dengan perlakuan 2,4-D 4.52 µM yang ditambahkan Thidiazuron 4.54 dan 9.08 µM, serta 2,4-D 9.04 µM + Thidiazuron 9.08 µM justru memperlihatkan proses pengkalusan yang nyata. Kalus non embriogenik kopi Arabika juga dilaporkan oleh Gatica et al. 2008. Penelitian Gatica et al. 2008 mendapatkan frekwensi kalus yang rendah dengan struktur kompak dalam menginduksi embriogenesis somatik kopi Arabica cv.Catura dan Catuai. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa morphogenesis pembentukan kalus kopi sangat tergantung pada rasio auksin dan sitokinin yang ditambahkan dalam media induksi kalus. Umumnya pembentukan kalus ditemukan apabila konsentrasi auksin dan sitokinin diberikan dalam konsentrasi tinggi George Sherrington 1984; Tores 1989. Pemberian Auksin sangat diperlukan dalam embriogenesis somatik karena berkaitan dengan proses asidifikasi sitoplasma dan dinding sel tanaman Kutschera 1994. Adanya perbedaan respon eksplan dalam menghasilkan kalus dan pro embrio menandakan bahwa pada perlakuan 2,4-D 2.26 µM yang dikombinasikan dengan thidiazuron 4.54 atau 9.08 µM merupakan jalur embriogenesis somatik langsung sementara pada perlakuan lainnya melalui jalur embriogenesis tidak langsung. Kalus embriogenik yang muncul dari embriogenesis somatik tidak langsung berwarna kekuningan. Kalus terlihat muncul dari luka bekas potongan daun kopi Arabika dan bertambah banyak seiring dengan bertambahnya waktu Gambar 9B. Menurut Williams dan Maheswaran 1986 karekteristik kalus embriogenik berwarna kekuningan, sitoplasma yang lebih padat, inti sel yang besar, dan vakuola yang banyak mengandung pati. 47 Gambar 11. Rataan persentase eksplan kopi Arabika membentuk kalus dalam media induksi kalus lanjutan 4 bulan setelah kultur. Huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan α = 0.05 Perbedaan respon perkembangan eksplan menjadikan metoda yang ditempuh agak berbeda. Pada eksplan yang membentuk kalus, kalus embriogenik yang terbentuk ditimbang seberat 100 mg L -1 , lalu di subkultur ke media induksi embrio somatik. Sementara eksplan tidak membentuk kalus tetapi langsung menghasilkan pro embrio juga disubkultur ke media yang sama tanpa dilakukan penimbangan. Pada proses embriogenesis tidak langsung, dua bulan dalam media pendewasaan, kalus berubah warna dari kuning menjadi kuning kecoklatan. Pengamatan dibawah mikroskop di bulan ketiga, dari kalus yang berwarna kuning kecoklatan muncul pro embrio, yang dibulan keempat berkembang menjadi embrio globular. Dibulan ke lima dan enam, globular mengalami pemanjangan dan pada bulan ke delapan torpedo sudah terbentuk sempurna dan akan memasuki tahap kotiledonari. Perkembangan embriogenesis tidak langsung kopi Arabika varietas Kartika dari fase globular sampai kotiledonari dapat dilihat pada Gambar 12. Perkembangan pro embrio menjadi embrio globular pada embriogenesis somatik langsung terlihat setelah dua bulan dalam media regenerasi. Perkembangan embriogenesis somatik langsung terlihat tidak serentak, dimana embrio globular, hati, pemanjangan embrio dan torpedo dapat dijumpai pada saat yang besamaan dalam media yang sama Gambar 13. Fenomena ini juga dijumpai pada penelitian Gatica et al. 2008 dan Oktavia et al. 2003 ketika menginduksi embriogenesis somatik langsung Coffea arabica dengan ZPT yang berbeda. Ketidak serentakan perkembangan embrio ini terkadang menyebabkan embriogenesis langsung jarang digunakan dalam proses mutasi dan perbanyakan tanaman.