maupun in vivo. Tidak kurang dari 30 jenis rempah-rempah dan tumbuhan mampu menunjukkan sifat antioksidan. Aktivitas antioksidan dalam rempah-rempah
berperan penting dalam menghambat pertumbuhan sel, replikasi virus, inflamasi, menghambat alergi dan radang sendi, mencegah kanker dan penyakit jantung, dan
untuk menetralkan racun Aggarwal et al., 2002. Sejak ribuan tahun yang lalu, rempah-rempah telah dikenal memiliki
khasiat penyembuhan terhadap berbagai macam penyakit, khususnya di negara- negara Asia, India, dan Afrika. Senyawa aktif dalam rempah-rempah tersebut
terbukti berasal dari senyawa kimia hasil metabolisme tumbuhan, disebut sebagai senyawa fitokimia. Senyawa fitokomia dalam tumbuhan dapat berupa sulfida
organik organosulfides, monoterpenoid, flavonoid, polifenol, indol, dan isotiosianat Max, 1992 seperti dikutip oleh: Aggarwal et al., 2002. Senyawa-
senyawa fitokimia tersebut mampu menjaga dan meningkatkan kondisi kesehatan tubuh Craig, 2001.
Menurut Pradono et al. 2006, Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati terbesar kedua setelah Brazil dengan lebih dari 28.000 spesies tanaman.
Meskipun demikian, baru sekitar 1.000 spesies tanaman yang terdaftar dalam Badan Pengawasan Obat dan Makanan BPOM yang telah digunakan untuk
memproduksi pangan fungsional, terutama untuk jamu. Beberapa komponen aktif dalam rempah-rempah yang memiliki aktivitas
antioksidan, antara lain: asam rosmarinat dalam rosemary, timol dalam thyme, 6-gingerol, 6-shogaol, dan zingerone dalam jahe, kurkumin dalam kunyit dan
temulawak, capsaicin dalam cabe merah, eugenol dalam cengkeh, vanillin dalam panili, sitral dalam sereh, karnosol, asam kafeat, dan asam ferulat
Aggarwal et al., 2002
C. KUMIS KUCING Orthosiphon aristatus Bl. Miq.
Tanaman kumis kucing dapat dilihat pada Gambar 1 termasuk ke dalam suku Labiatae Lamiaceae. Tanaman ini memiliki beberapa sinonim nama latin,
antara lain: Orthosiphon stamineus Benth., O. grandiflorum auct. Non Terrac., O. spicatus
auct. non Benth. Tanaman ini pertama kali disebarluaskan dari India, Indo China, dan Thailand melewati kawasan Malesia Indonesia, Filipina, Papua
6
Nugini hingga Australia. Sebagai tanaman yang tumbuh liar di sepanjang anak sungai dan selokan, kumis kucing mulai banyak ditanam di pekarangan sebagai
tumbuhan obat dan dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl Dalimartha, 2000. Disebut kumis kucing karena kumpulan benang
sari bunganya panjang dan menjulur dari dua sisi yang berbeda sehingga mirip dengan kumis kucing Mursito dan Prihmantoro, 2002.
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah bagian herba terutama daunnya, baik yang segar maupun yang telah dikeringkan. Herba
kumis kucing rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk. Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang, peluruh kencing diuretik, menghilangkan panas dan lembab,
serta menghancurkan batu saluran kencing Wijayakusuma et al., 1997.
Gambar 1. Tanaman kumis kucing bunga, daun, dan batangnya
Menurut Dzulkarnain et al. 1999, kumis kucing mengandung mineral hingga 12 dengan garam kalium sebagai komponen terbanyaknya 600-700 mg
100 g daun segar, juga mengandung kurang lebih 0.2 flavon lipofilik, termasuk di dalamnya sinensetin, flavonol glikosida, turunan asam kafeat terutama asam
rosmarinat dan asam 2,3-dikafeoiltartarat, inositol, fitosterol β-sitosterol,
saponin, dan kandungan minyak atsiri yang mencapai 0.7. Flavoniod lipofilik yang ada dalam tanaman kumis kucing terutama
sinensetin dan tetrametilskutellarein telah diketahui memiliki efek penghambatan terhadap sel-sel tumor Ehrlich ascites secara in vitro. Selain itu, komponen-
komponen flavonoid lipofilik diduga turut bertanggungjawab atas efek antiradang anti-inflamatory mengingat flavonoid merupakan inhibitor enzim siklo-
oksigenase dan lipoksigenase Dzulkarnain et al., 1999. Penyajian minuman seduhan kumis kucing dilakukan seperti laiknya
penyajian teh, oleh karena itulah daun kumis kucing juga disebut sebagai ”Java
7
tea ”. Dalam pembuatan teh daun kumis kucing ini biasa dicampur dengan
rimpang temulawak untuk mengobati penyakit kuning Dzulkarnain et al., 1999. Dapat disimpulkan bahwa herba kumis kucing memiliki efek sinergis ketika
dicampur dengan rimpang temulawak. Ekstrak rebusan air dari daun kumis kucing methylripariochromene A,
suatu senyawa benzochromene terbukti secara ilmiah mampu menurunkan tekanan darah sistolik pada tikus hipertensi Ohashi et al., 2000 seperti dikutip
oleh: Elfahmi et al., 2006. Ekstrak kumis kucing juga terbukti mampu menurunkan jumlah kalsium oksalat batu ginjal dan kapasitas penurunan
kalsium oksalat dari ekstrak air kumis kucing ternyata lebih baik dibandingkan ekstrak etanolnya Iswantini et al., 2006.
D. JAHE Zingiber officinale Roscoe