12.5 fold
25 fold 50
fold 100 fold
25 fold 100
fold
Gambar 13. Warna ekstrak air secang dalam berbagai konsentrasi
Hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak temulawak menunjukkan nilai aktivitas antioksidan yang paling rendah 615.11 ppm
AEAC, lihat Gambar 12 dibandingkan aktivitas antioksidan ekstrak rempah lainnya. Jitoe et al. 1992 mengukur aktivitas antioksdan temulawak dengan
metode Tiosianat dan Asam Tiobarbiturat TBA. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa ekstrak temulawak memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi dibandingkan aktivitas antioksidan α-tokoferol. Hasil pengukuran
oleh Jitoe et al. 1992 bertolak belakang dengan hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak temulawak dalam penelitian ini. Hal ini diduga karena
tidak semua senyawa kurkuminoid senyawa aktif yang memiliki aktivitas antioksidan pada temulawak terekstrak secara sempurna mengingat kurkumin
sedikit larut dalam air Sidik et al., 2005. Senyawa kurkumin dalam rimpang temulawak diduga masih banyak tertinggal pada bagian ampas hasil ekstraksi
dengan juice extractor. Ampas temulawak hasil ekstraksi tersebut seharusnya diekstrak kembali dengan menggunakan pelarut aseton, alkohol, asam asetat
glasial, atau alkali hidroksida Sidik et al., 2005 untuk mendapatkan ekstrak temulawak yang optimal dilihat dari aktivitas antioksidannya.
3. Formulasi Awal Minuman
Setelah menentukan jenis ekstrak rempah yang akan digunakan dalam pembuatan minuman, dilakukan formulasi awal minuman. Tujuannya adalah
untuk mengetahui berapa banyak total ekstrak rempah yang dapat ditambahkan ke dalam minuman tanpa menimbulkan kendala pada citarasa.
Prinsip dasar pembuatan minuman yang dilakukan adalah dengan mencampur ekstrak rempah yang telah dipersiapkan bv, ditambah dengan
40
beberapa bahan lain seperti larutan stok gula pasir bv, larutan stok CMC vv, larutan stok natrium benzoat vv, dan air minum vv. Basis minuman
dibuat dengan total volume 100 ml untuk mempermudah formulasi. Gula pasir digunakan sebagai pemanis dan bahan pengisi minuman
sehingga dapat meningkatkan mutu organoleptik minuman. Sebelum dicampurkan ke dalam formulasi minuman, gula dibuat dalam bentuk larutan
stok untuk membantu menghomogenkan larutan minuman yang dibuat. Pembuatan larutan stok gula dilakukan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Yusuf 2002, yaitu dengan melarutkan gula pasir ke dalam air dengan perbandingan 2:1 hingga diperoleh larutan gula pekat dengan
konsentrasi 69-72 °Brix. Diagram alir pembuatan larutan stok gula dapat dilihat pada Lampiran 9.
Carboxyl Methyl Cellulose CMC ditambahkan ke dalam formulasi minuman sebagai bahan penstabil agar ekstrak rempah tidak mudah
mengendap dalam minuman. Menurut Nussinovitch 1997, CMC bersifat larut air, merupakan polimer linier yang dapat menggantikan gelatin karena
harga CMC lebih murah daripada harga gelatin. CMC dijual dalam bentuk serbuk putih, tidak berasa, dan tidak berbau ketika dilarutkan dalam air.
Penambahan CMC dalam sistem pangan berkisar antara 0.1–0.5, umumnya kurang dari 1 Nussinovitch, 1997. Fungsi CMC adalah untuk
memberi ”body and mouthfeel” pada minuman serta membantu menstabilkan suspensi campuran di dalam sistem minuman Nussinovitch, 1997 sehingga
diharapkan penambahan CMC dapat membantu menyatukan karakter citarasa dari berbagai karakter bahan penyusunnya. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Krisnayunita 2002 dan Sejati 2002, dibuat larutan stok CMC dengan konsentrasi awal 1. Larutan stok CMC yang ditambahkan ke
dalam 100 ml minuman sebesar 10 ml sehingga konsentrasi akhir dalam minuman adalah 0.1. Diagram alir pembuatan larutan stok CMC dapat
dilihat pada Lampiran 10. Proses termal dilakukan pada bahan pangan untuk memusnahkan
mikroba pembusuk dan patogen Fardiaz, 1996 sehingga adanya proses ini mampu memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Jenis proses termal
41
yang dipilih dalam penelitian ini adalah pasteurisasi. Proses pasteurisasi dipilih sebagai metode pengawetan minuman mengingat proses pemanasan ini
dilakukan pada suhu 60–80°C Fardiaz, 1996 sehingga senyawa aktif yang terkandung dalam minuman tidak banyak hilang akibat pemanasan.
Walaupun demikian, proses pasteurisasi hanya efektif membunuh mikroba patogen atau pembusuk, maka produk pangan yang sudah
dipasteurisasi umumnya masih mengandung mikroba lain seperti bakteri tidak berspora dari genera Streptoccocus dan Lactobacillus, serta kapang dan
khamir Fardiaz, 1996. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperlukan adanya penambahan bahan pengawet dalam minuman yang secara efektif
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, khususnya kapang dan khamir. Natrium benzoat dipilih sebagai bahan pengawet minuman karena
secara efektif mampu menghambat pertumbuhan kapang dan khamir Jay, 1978. Batas penggunaan maksimum jenis pengawet ini di dalam minuman
adalah 600 mgkg PP No. 722 Menkes Per IX 1988. Natrium benzoat juga dibuat dalam bentuk larutan stok untuk memudahkan formulasi minuman
dengan konsentrasi awal 5000 ppm. Larutan stok natrium benzoat yang ditambahkan ke dalam 100 ml minuman sebanyak 10 ml sehingga konsentrasi
akhir natrium benzoat dalam produk minuman adalah 500 ppm. Diagram alir pembuatan larutan stok natrium benzoat dapat dilihat pada Lampiran 11.
Minuman yang dibuat pada awalnya memiliki warna merah dengan nilai pH berkisar antara 6.78 – 7.01 lihat Gambar 14. Menurut Jay 1978,
proses pasteurisasi hanya efektif untuk produk pangan berasam tinggi dengan nilai pH 4.5. Selain itu, natrium benzoat bekerja secara efektif pada bahan
pangan yang memiliki nilai pH ≤ 4.0 Jay, 1978; Dunn, 1957.
Oleh karena itu, diperlukan adanya penambahan asidulan atau bahan pengasam ke dalam minuman. Jenis asidulan yang dipilih adalah bahan
pengasam alami untuk meminimalkan jumlah bahan tambahan pangan BTP sintetis yang ditambahkan dalam minuman. Ekstrak jeruk merupakan jenis
asidulan alami yang dapat ditambahkan ke dalam formulasi minuman karena dapat menurunkan nilai pH Swisher dan Swisher, 1980 seperti dikutip oleh:
Nagy dan Shaw, 1990. Prihantini 2003 menambahkan ekstrak jeruk nipis
42
sebagai asidulan yang sekaligus berfungsi untuk meningkatkan nilai palatabilitas minuman fungsional tradisional berbasis jahe dan sereh. Ismiyati
2005 menambahkan ekstrak jeruk lemon ke dalam minuman sari lidah buaya sebagai asidulan dan untuk meningkatkan nilai palatabilitas minuman.
Dua jenis ekstrak jeruk yang diukur aktivitas antioksidannya adalah ekstrak jeruk nipis lokal dan lemon impor. Ekstrak jeruk didapatkan
dengan pemerasan jeruk segar tanpa penambahan air prosedur ekstraksi pada Lampiran 12. Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa ekstrak jeruk
lemon memiliki nilai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi 755.67 ppm AEAC daripada aktivitas antioksidan ekstrak jeruk nipis 441.22 ppm AEAC.
Walaupun demikian, berdasarkan hasil uji T-student aktivitas antioksidan ekstrak jeruk nipis dan lemon ternyata tidak berbeda nyata pada taraf
signifikansi 5 Lampiran 13. Oleh karena itu, pemilihan jenis ekstrak jeruk juga dilakukan
berdasarkan mutu organoleptiknya. Berdasarkan hasil pengamatan sensori secara individual diketahui bahwa minuman yang ditambah ekstrak jeruk
lemon memiliki citarasa yang lebih menyatu dan lebih disukai dibandingkan formula minuman yang ditambah ekstrak jeruk nipis. Berdasarkan aktivitas
antioksidan dan pengamatan sensori individual, maka ekstrak jeruk lemon dipilih sebagai salah satu ingridien penyusun formula minuman.
Pengukuran aktivitas antioksidan jeruk lemon yang dilakukan oleh Sun et al. 2002 dengan metode Total Oxyradical Scavenging Capacity TOSC
menunjukkan hasil sebesar 42.8 ± 1.0 µmol vitamin C ekivalen g berat dapat dimakan. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran aktivitas antioksidan
dalam penelitian ini, diketahui bahwa nilai aktivitas antioksidan jeruk lemon lebih tinggi daripada nilai aktivitas antioksidan jeruk lemon hasil pengukuran
Sun et al. 2002. Perbedaan metode pengukuran menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan data yang didapat.
Setelah penambahan ekstrak jeruk lemon, warna minuman berubah menjadi kuning dengan pH berkisar antara 3.99 – 4.12 lihat Gambar 14.
Pigmen brazilin dalam ekstrak secang bertanggung jawab dalam pembentukan warna pada minuman. Dalam bentuk murninya, pigmen brazilin berwarna
43
kuning crystal amber-yellow Anonim, 1976. Suasana alkali mengakibatkan pigmen ini berubah warna menjadi jingga atau merah, sedangkan suasana
asam justru tidak mempengaruhi brazilin Anonim, 1976 sehingga formulasi minuman dengan pH rendah justru membantu kestabilan warna secang pada
minuman. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Maharani 2003 yang menyatakan bahwa kestabilan pigmen brazilin dalam kayu secang dapat
dicapai pada pH 2–4.
Gambar 14.
Warna formula minuman yang tidak ditambah ekstrak jeruk merah dan yang ditambah ekstrak jeruk kuning
Penentuan banyaknya total ekstrak rempah yang ditambahkan ke dalam minuman dilakukan dengan mengamati kendala pada citarasa.
Berdasarkan hasil pengamatan sensori secara individual diketahui bahwa penambahan ekstrak rempah yang terlalu banyak akan meningkatkan
intensitas rasa pahit dalam minuman sehingga nilai palatabilitas minuman menjadi turun. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dilakukan
penambahan ekstrak rempah ke dalam minuman dengan total ekstrak mulai dari A g, B g, C g, D g, dan E g dalam 100 ml minuman.
Prinsip dasar yang dipegang adalah mencari total ekstrak rempah tertinggi dalam minuman dengan mutu organoleptik yang masih dapat
diterima dari segi citarasa. Peningkatan konsentrasi total ekstrak rempah berkorelasi positif dengan semakin meningkatnya aktivitas antioksidan dalam
produk minuman akhir. Hasil pengamatan sensori secara individual terhadap citarasa minuman dengan berbagai variasi konsentrasi total ekstrak rempah
disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, dipilih total ekstrak rempah sebesar C g ke dalam 100 ml minuman C bv.
44
Setelah ditentukan banyaknya total ekstrak rempah yang akan ditambahkan ke dalam minuman, dilakukan pembuatan minuman dengan basis
100 ml untuk memudahkan formulasi. Prosedur pembuatan minuman dapat dilihat pada Lampiran 14. Konsentrasi masing-masing bahan penyusun
minuman berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dirangkum dalam Tabel 9.
Tabel 8. Karakter citarasa minuman pada berbagai konsentrasi total ekstrak
rempah bv
Konsentrasi total rempah bv
Karakter citarasa minuman per 100 ml
A g 100 ml rasa dominan manis, citarasa rempah sangat lemah
atau hampir tidak terdeteksi B g 100 ml
rasa masih dominan manis, citarasa rempah mulai terdeteksi, disukai
C g 100 ml rasa manis, citarasa rempah terdeteksi, ada sedikit
aftertaste pahit, disukai D g 100 ml
rasa manis, citarasa rempah terdeteksi kuat, aftertaste pahit terdeteksi cukup kuat, kurang disukai
E g 100 ml rasa pahit mendominasi minuman, citarasa rempah
terdeteksi kuat, aftertaste pahit, seperti jamu, tidak disukai
Tabel 9. Formulasi umum minuman fungsional per 100 ml minuman
Bahan penyusun minuman Jumlah atau konsentrasi
Ekstrak rempah campuran C g C bv
Larutan stok gula 69-72°Brix F g F bv
Larutan stok CMC 1 10 ml konsentrasi akhir 0.1 vv
Larutan stok Na-benzoat 5000 ppm 10 ml konsentrasi akhir 500 ppm Air minum
ditambahkan hingga 100 ml
45
B. PENELITIAN LANJUTAN 1. Optimasi Formula Minuman Menggunakan
Design Expert 7.0
®
Piranti lunak Design Expert 7.0
®
D-Optimal digunakan sebagai tool utama untuk mendapatkan kombinasi optimal dari proporsi relatif masing-
masing ekstrak rempah hasil penelitian pendahuluan terhadap total ekstrak rempah. Bahan penyusun minuman lainnya diasumsikan sebagai variabel
tetap yang ditambahkan ke dalam minuman sehingga konsentrasi variael tetap tersebut tidak dimasukkan ke dalam rancangan percobaan. Variabel tetap
adalah komponen yang tidak berubah komposisinya dalam pembuatan formula, dalam hal ini adalah larutan stok gula, CMC, natrium benzoat, dan
air. Oleh karena itu, variabel uji yang dimasukkan ke dalam piranti lunak Design Expert 7.0
®
berupa konsentrasi ekstrak kumis kucing, jahe, secang, temulawak, dan ekstrak jeruk lemon yang dikonversikan dalam basis total
100 untuk memudahkan formulasi. Batas atas dan batas bawah konsentrasi ekstrak rempah dalam dirancang dengan rentang yang besar, diharapkan
supaya dapat menghasilkan respon yang berbeda nyata antar model formulanya. Rentang konsentrasi masing-masing variabel uji dirangkum
dalam Tabel 10. Batas bawah konsentrasi ekstrak temulawak ditentukan D karena berdasarkan hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
penambahan ekstrak temulawak berkorelasi negatif dengan nilai palatabilitas dan aktivitas antioksidan minuman.
Tabel 10. Kisaran konsentrasi masing-masing variabel uji
Komponen variabel uji Batas bawah
Batas atas
Ekstrak kumis kucing A
F Ekstrak jahe
B G
Ekstrak secang C
H Ekstrak temulawak
D I
Ekstrak lemon E
J Berdasarkan hasil olahan piranti lunak Design Expert 7.0
®
diperoleh 17 variasi komposisi total ekstrak rempah tanpa pengelompokan selanjutnya
46