TEMULAWAK Curcuma xanthorrhiza Roxb.

seperti dikutip oleh: Firmansyah, 2003, protosappanin, senyawa metohidroksibrasilin, turunan bensildihidrobensolfuran, senyawa brazilin, dan brazilein Fuke et al., 1985. Brazilin atau 7,11b-Dihydrobenz[b]indeno[1,2-d]pyran-3,6a,9,106H- tetrol, lihat Gambar 5 yang merupakan komponen terbesar dari kayu secang yang merupakan senyawa isoflavonoid yang memiliki sifat antioksidatif karena memiliki gugus catechol pada struktur kimianya. Berdasarkan sifat antioksidannya, brazilin merupakan pelindung terhadap bahaya radikal bebas pada sel. Brazilin memiliki warna kuning crystal amber-yellow dalam bentuk murninya, dapat dikristalkan, dan larut air. Suasana asam tidak mempengaruhi warna pigmen brazilin, tetapi dalam suasana basa dapat membuat warna brazilin menjadi lebih merah carmine red. Brazilin C 16 H 14 O 5 akan cepat membentuk warna merah jika terpapar sinar matahari, dan akan terjadi perubahan secara lambat oleh pengaruh cahaya Anonim, 1976. Terbentuknya warna merah ini disebabkan oleh terbentuknya senyawa brazilein C 16 H 12 O 5 , lihat Gambar 5.

F. TEMULAWAK Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Temulawak Gambar 6 merupakan tanaman obat asli Indonesia yang termasuk salah satu jenis temu-temuan dari famili Zingiberaceae. Eksistensi temulawak sebagai tumbuhan obat telah lama diakui, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Rimpang temulawak banyak dijadikan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan obat tradisional, baik untuk menjaga kondisi stamina dan kesehatan tubuh, maupun untuk pengobatan penyakit. Dalam hal ini temulawak umumnya digunakan dalam bentuk ramuan jamu tradisional Sidik et al., 2005. Gambar 6. Bunga dan rimpang temulawak 12 Kandungan kimia rimpang temulawak dibedakan atas beberapa fraksi, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid, dan fraksi minyak atsiri. Kandungan fraksi pati merupakan kandungan terbesar dalam rimpang temulawak. Fraksi kurkuminoid merupakan komponen pemberi warna kuning pada rimpang dan diketahui memiliki aktivitas biologik dalam spektrum yang luas. Fraksi minyak atsiri temulawak terdiri dari senyawa turunan monoterpen dan seskuiterpen. Fraksi minyak atsiri ini juga diketahui memiliki aktivitas biologik dengan spektrum luas yang dalam beberapa hal bekerja sinergistik dengan fraksi kurkuminoid Sidik et al., 2005. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak temulawak ternyata mempunyai efek antioksidan. Jitoe et al. 1992 mengukur efek antioksidan dari sembilan jenis rimpang temu-temuan dengan metode Tiosianat dan metode Tiobarbituric Acid TBA dalam sistem air-alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak temulawak ternyata lebih besar dibandingkan dengan aktivitas tiga jenis kurkuminoid yang diperkirakan terdapat dalam temulawak. Jadi, diduga ada zat lain selain ketiga kurkuminoid tersebut yang mempunyai efek antioksidan. Selanjutnya Masuda et al. 1992 berhasil mengisolasi analog kurkumin baru dari rimpang temulawak, yaitu: 1-4-hydroxy- 3,5-dimetoxyphenyl-7- 4-hydroxy-3-metoxyphenyl- 1E.6E -1,6- heptadien-3,4- dion . Senyawa tersebut ternyata menunjukkan efek antioksidan melawan auto- oksidasi asam linoleat dalam sistem air-alkohol.

G. LEMON Citrus medica var. Lemon

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (orthosiphon stamineus benth) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol

3 20 92

Formulasi Minuman Fungsional Berbasis Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus B*Miq) dan Proses Pembuatannya

0 6 1

Perpanjangan Umur Simpan Dan Perbaikan Citarasa Minuman Fungsional Berbasis Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bi. Miq) Menggunakan Ekstrak Berbagai Varietas Jeruk

2 60 111

Upaya peningkatan penerimaan citarasa minuman fungsional berbasis kumis kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq) dengan menggunakan beberapa ekstrak jeruk dari varietas yang berbeda dan flavor enhancer

5 41 186

Aktivitas antihiperglikemik minuman fungsional berbasis ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus BI. Miq) pada mencit hiperglikemik yang diinduksi dengan Streptozotocin

0 11 276

Pertumbuhan, Produksi dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) pada Berbagai Umur Panen

2 7 55

Penentuan Waktu Panen pada Budidaya Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.)

0 6 7

Upaya Peningkatan Produksi Biomassa dan Kadar Sinensetin Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus Bl. Miq.) dengan Pemupukan

0 4 8

Pertumbuhan, Produksi, Dan Kadar Sinensetin Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus Bl. Miq.) Pada Berbagai Intensitas Naungan Dan Cara Pemupukan Nitrogen

1 11 53

Analisis Struktur Anatomi Dan Histokimia Tiga Varietas Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Blume) Miq.)

4 25 34