dengan suhu 30
o
C. Sampel dalam cawan kemudian ditimbang bobotnya secara
periodik setiap hari sampai diperoleh bobot yang konstan yang berarti kadar air
kesetimbangan telah tercapai. Bobot yang konstan ditandai oleh selisih antara 3
penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 2 mgg untuk sampel yang disimpan
pada RH di bawah 90 dan tidak lebih dari 10 mgg untuk sampel yang
disimpan pada RH di atas 90 Liovonen dan Ross, 2000 diacu dalam Adawiyah,
2006. Sampel yang telah mencapai berat konstan kemudian diukur kadar airnya
dengan menggunakan metode oven SNI 01-2891-1992 dan dinyatakan dalam
basis kering. Kadar air ini merupakan kadar air kesetimbangan pada RH
tertentu. Kurva sorpsi isotermis dibuat dengan cara memplotkan kadar air
kesetimbangan dengan nilai kelembaban relatif RH atau aktivitas air a
w
.
4. Penentuan Model Persamaan Sorpsi
Isotermis dan Uji Ketepatan Model
Penentuan model sorpsi isotermis perlu dilakukan untuk mendapatkan
kurva sorpsi isotermis yang mulus. Dari sekian banyak model persamaan sorpsi
isotermis, dipilih beberapa model persamaan yang dapat diaplikasikan pada
bahan pangan. Persamaan yang dipilih adalah persamaan-persamaan sederhana
yang mempunyai parameter tidak lebih dari tiga serta dapat digunakan pada
kisaran nilai a
w
yang luas sehingga dapat mewakili ketiga daerah sorpsi isotermis.
Model persamaan yang digunakan ditentukan berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya dan penggunaan model ini ditujukan untuk mendapatkan
kemulusan kurva curve fitting. Dalam penelitian ini digunakan enam model,
yaitu model GAB, Hasley, Henderson, Caurie, Oswin, dan Chen Clayton.
Persamaan non linear Hasley, Henderson, Caurie, Oswin, dan Chen
Clayton yang digunakan diubah ke dalam bentuk persamaan linear, sehingga
dapat ditentukan nilai-nilai konstanta dalam persamaannya dengan metode
kuadrat terkecil Walpole, 1995. Lain halnya dengan model GAB, persamaan
ini diubah ke dalam bentuk persamaan regeresi kuadratik sehingga nilai-nilai
konstanta dalam persamaan juga dapat ditentukan.
Uji ketepatan model dilakukan untuk mengetahui ketepatan model persamaan
sorpsi isotermis untuk menggambarkan keseluruhan kurva sorpsi isotermis hasil
percobaan. Uji ketepatan model ini dilakukan dengan menggunakan
perhitungan Mean Relative Determi- nation
MRD Walpole, 1990. Rumus MRD tersebut adalah sebagai berikut:
1
100
n i
MRD Mi
Mpi Mi n
=
= −
∑
dimana : Mi = kadar air percobaan
Mpi = kadar air hasil perhitungan n
= jumlah data Jika nilai MRD 5 maka model
sorpsi isotermis tersebut dapat menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dengan sangat tepat. Jika 5 MRD 10 maka model tersebut agak
tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya, dan jika MRD 10 maka
model tersebut tidak tepat untuk menggambarkan kondisi yang
sebenarnya. Selanjutnya, dari model persamaan yang terpilih, ditentukan nilai
b kemiringan kurva sorpsi isotermis untuk dimasukkan dalam perhitungan
umur simpan berdasarkan persamaan Labuza.
Slope kemiringan kurva sorpsi isotermis ditentukan pada beberapa
daerah untuk melihat pengaruh nilai b terhadap umur simpan yang diperoleh.
Slope 1 ditentukan sebagai hasil perbandingan antara selisih kadar air
awal dan kadar air kritis dengan selisih antara nilai aktivitas air awal dengan
aktivitas air pada saat kadar air kritis tercapai. Slope 2 merupakan slope garis
lurus pada daerah linear yang melewati kadar air awal. Slope 3 adalah slope garis
lurus pada daerah linear yang melewati kadar air awal dan kadar air
kesetimbangan pada masing-masing RH penyimpanan.
5. Penentuan Permeabilitas Kemasan
ASTM F1249-01
Penentuan permeabilitas dilakukan dengan menggunakan alat Permatran
Mocon W331 di Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta. Kemasan sampel
dipotong sesuai cetakan kemudian diukur ketebalannya. Kemasan sampel
dikondisikan terlebih dahulu selama 24 jam dalam ruangan uji. Kemasan sampel
ditempel pada tempat uji. Nilai ketebalan kemasan, luas kemasan, suhu uji,
lamanya uji, laju alir udara, dan