KADAR AIR KESETIMBANGAN DAN KURVA SORPSI ISOTERMIS

46 80 selama 5 – 6 jam, disampling setiap jam, dan diujikan tingkat kesukaan terhadap kerenyahannya pada 30 oarang panelis tidak terlatih. Alasan pemilihan metode ini adalah karena metode ini dianggap lebih cepat dan mudah. Dalam penelitian ini tidak dibutuhkan chamber yang berisi larutan garam jenuh yang RH nya terkondisikan dengan baik.

B. KADAR AIR KESETIMBANGAN DAN KURVA SORPSI ISOTERMIS

Kadar air kesetimbangan perlu ditentukan untuk mendapatkan kurva sorpsi isotermis. Kadar air kesetimbangan dapat ditentukan dengan cara menyimpan biskuit dalam lima desikator yang berisi berbagai jenis larutan garam jenuh dengan nilai kelembaban relatif RH bervariasi mulai dari 32.4 garam MgCl 2 sampai 92.3 garam KNO 3 . Nilai RH masing-masing larutan garam jenuh disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. RH larutan garam jenuh pada suhu 30 o C No. Nama larutan garam Nilai RH 1. Magnesium Klorida MgCl 2 32.4 ± 0.1 2. Natrium Bromida NaBr 56.0 ± 0.4 3. Natrium Klorida NaCl 75.1 ± 0.1 4. Kalium Klorida KCl 83.6 ± 0.3 5. Kalium Nitrat KNO 3 92.3 ± 0.6 Sumber : Bell dan Labuza 2000 Selama penyimpanan dalam berbagai kondisi RH diatas akan terjadi interaksi antara produk dengan lingkungannya. Uap air akan berpindah dari lingkungan ke produk atau sebaliknya sampai tercapai kondisi kesetimbangan. Perpindahan uap air ini terjadi sebagai akibat perbedaan RH lingkungan dan produk, dimana uap air akan berpindah dari RH tinggi ke RH rendah. Tercapainya kondisi kesetimbangan antara sampel dan lingkungan ditandai oleh bobot sampel yang konstan. Bobot yang konstan ditandai oleh selisih antara 3 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 2 mgg untuk sampel yang disimpan pada RH di bawah 90 dan tidak lebih dari 10 mgg untuk sampel yang disimpan pada RH di atas 90 Liovonen dan Ross dalam Adawiyah, 47 2006. Peningkatan atau penurunan bobot sampel selama penyimpanan menunjukkan fenomena hidratasi deMan, 1989. Selama penyimpanan, kedua jenis biskuit menunjukkan fenomena kenaikan bobot. Hal ini menunjukkan bahwa biskuit mengalami proses adsorpsi uap air dari lingkungan karena aktivitas air kedua jenis biskuit lebih rendah dari kelembaban relatif lingkungannya. Berikut ini adalah data kadar air kesetimbangan biskuit pada masing-masing RH dan waktu tercapainya kesetimbangan. Tabel 7. Kadar air kesetimbangan m e biskuit adonan lunak dan adonan keras dan waktu tercapainya pada berbagai RH penyimpanan RH kesetim- bangan Biskuit A Biskuit B m e Waktu hari m e Waktu hari 32.40 0.0490 6 0.0410 4 56.00 0.0774 7 0.0890 6 75.10 0.1239 7 0.1643 7 83.60 0.2089 8 0.2342 8 92.30 0.2791 8 0.3073 8 Data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa kadar air kesetimbangan untuk biskuit adonan lunak tercapai setelah disimpan 6 – 8 hari, sedangkan biskuit adonan keras mencapai kesetimbangan setelah disimpan 4 – 8 hari. Semakin tinggi RH penyimpanan, semakin tinggi kadar air kesetimbangan dan semakin lama pula waktu tercapainya kesetimbangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi RH penyimpanan maka semakin lama proses difusi uap air berlangsung menuju tercapainya kesetimbangan. Waktu tercapainya kesetimbangan dan kadar air kesetimbangan biskuit adonan lunak dan adonan keras berbeda karena kondisi sampel berbeda, terutama kadar air awal dan nilai a w produk. Semakin dekat nilai a w produk dengan RH lingkungan, semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan. Kadar air kesetimbangan yang diperoleh dari percobaan masing- masing diplotkan dengan nilai a w atau RH lingkungannya, sehingga membentuk sebuah kurva yang disebut kurva sorpsi isotermis. Kurva sorpsi isotermis untuk biskuit adonan lunak dan adonan keras dapat dilihat pada Gambar 8. Kedua kurva tersebut memiliki bentuk yang hampir sama, yaitu 48 menyerupai huruf S sigmoid, namun tidak sempurna. Bentuk kurva sangat beragam tergantung sifat alami bahan pangan, suhu, kecepatan adsorpsi, dan tingkatan air yang dipindahkan selama adsorpsi atau desorpsi Fennema, 1985. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 a ktivita s air ka d a r ai r g H2 O g pa d a ta n B is kuit adonan lunak B is kuit adonan keras Gambar 8. Kurva sorpsi isotermis biskuit adonan lunak dan keras

C. MODEL SORPSI ISOTERMIS DAN UJI KETEPATAN MODEL