Lingkaran di atas terdapat juring , maka
Perhatikan Gambar 2.9,
2.2 Kerangka Berpikir
SMP Negeri 22 Semarang menetapkan KKM 78 untuk mata pelajaran matematika. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika kelas
VIII SMP Negeri 22 Semarang, menurut pengalaman tahun sebelumnya peserta didik mengalami kesulitan pada materi lingkaran khususnya pada soal pemecahan masalah
yang berbentuk uraian, bahkan nilai ujian akhir semester genap tahun ajaran B
A
O
C Gambar 2.9 Luas Tembereng
B A
r D
C
O Perhatikan Gambar 2.8, pada lingkaran tersebut
berlaku rasio besar sudut = rasio panjang busur = rasio luas juring, atau dapat ditulis
Gambar 2.8 Luas Juring Lingkaran
20132014 adalah 45,83 peserta didik belum mencapai KKM. Hasil ulangan akhir semester gasal kelas VIII tahun ajaran 20142015 juga masih belum memenuhi
standar KKM pada sekolah tersebut. Peneliti menduga hal tersebut dikarenakan kemampuan pemecahan masalah,
dan karakter kedisiplinan peserta didik masih kurang. Kurangnya kemampuan pemecahan masalah, dan karakter kedisiplinan tersebut dikarenakan pembelajaran
masih terpusat pada guru dan pengembangan karakter dalam pembelajaran belum difokuskan pada karakter tertentu. Menyikapi permasalahan tersebut, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan meningkatan aspek afektif berupa karakter kedisiplinan dan aspek kognitif kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang ditunjukkan
dengan tercapainya KKM yaitu 78 pada materi lingkaran. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan dengan memilih model pembelajaran yang
tepat. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian ini adalah model LAPS-Heuristik.
Model pembelajaran LAPS-Heuristik adalah model pemecahan masalah matematika yang menuntun peserta didik pada pencarian alternatif-alternatif yang
berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, kemudian menentukan alternatif yang akan diambil sebagai
solusi, kemudian menarik kesimpulan dari masalah tersebut. Tahap-tahap model pembelajaran LAPS-Heuristik, yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan memeriksa ulang jawaban. LAPS-Heuristik dipilih karena pembelajaran yang
ditawarkan oleh LAPS-Heuristik diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara
alamiah untuk belajar. Otak adalah komponen utama seseorang dalam proses belajar, sehingga jika pembelajaran disesuaikan dengan cara kerja otak, potensi
keberhasilannya tentu akan tinggi. Pembelajaran dengan LAPS-Heuristik mempunyai tahapan-tahapan pembelajaran yang berpotensi mengoptimalkan kemampuan peserta
didik dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Model pembelajaran LAPS-Heuristik berfokus pada peserta didik yang
diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, yaitu berawal dari mengetahui tentang apa masalahnya, adakah alternatif penyelesaiannya, apakah
bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Pada pelaksanaan pembelajaran model LAPS-Heuristik diperlukan adanya lembar diskusi
untuk memudahkan peserta didik aktif dalam penyelesaian masalah. Pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristik adalah peserta didik membangun pengetahuannya
sendiri tentang prosedur-prosedur yang ada dalam menyelesaikan masalah matematika,
mengetahui alternatif-alternatif
penyelesaiannya, serta
dapat menggunakan alternatif yang sesuai untuk menyelesaian permasalahan. Oleh karena
itu peserta didik akan lebih memahami materi yang akan dipelajari. Sehingga
model pembelajaran
LAPS-Heuristik diharapkan
dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir matematik peserta didik pada aspek
pemecahan masalah, alangkah baiknya apabila aktivitas-aktivitas matematika seperti mencari generalisasi dan menanamkan konsep melalui pembelajaran LAPS-Heuristik.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya model pembelajaran LAPS-Heuristik diharapkan mampu mengembangkan karakter kedisiplinan, dan mengoptimalkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan subjek penelitian sebanyak lima orang peserta didik dengan kemampuan berbeda. Peserta didik akan mendapat
perlakuan umum sesuai dengan yang telah diuraikan dan juga akan diberi perlakuan khusus sesuai dengan kemampuannya. Peserta didik yang menjadi subjek penelitian
akan diamati secara khusus dan diwawancara sehingga peneliti mengetahui perlakuan apa yang dibutuhkan supaya peserta didik dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Pembelajaran dengan model pembelajaran LAPS-Heuristik merupakan perpaduan tepat untuk menciptakan pembelajaran yang dapat mengembangkan
karakter kedisiplinan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran LAPS-Heuristik yang disesuaikan dengan
prinsip pendidikan karakter yang efektif dilengkapi dengan observasi dan wawancara untuk mengetahui perlakuan yang dibutuhkan diharapkan dapat meningkatkan
karakter kedisiplinan dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Berikut ini disajikan Gambar 2.10
yang merupakan skema kerangka berpikir. Peserta didik dalam menyelesaikan masalah diharapkan dapat memahami
proses menyelesaikan masalah tersebut dan memiliki kemampuan dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi,
merumuskan rencana penyelesian dan mengorganisasikan kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Gambar 2.10 Skema Kerangka Berpikir Model pembelajaran
LAPS-Heuristik.
Karakter kedisiplinan peserta didik diharapkan dapat meningkat dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan
diterapkannya model pembelajaran LAPS-Heuristik. Pembelajaran dengan model LAPS-Heuristik pada materi lingkaran
meningkatkan karakter kedisiplinan dan kemampuan pemecahan masalah. Pembelajaran berpusat pada guru, pengembangan karakter masih dilakukan
secara umum, tidak fokus pada salah satu karakter. Akibatnya, karakter kedisiplinan dan kemampuan pemecahan masalah peserta didik masih kurang.
Hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 22 Semarang kurang memuaskan terutama pada materi lingkaran.
36
BAB 3 METODE PENELITIAN
2.1 Metode dan Desain Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini yang lebih menekankan pada masalah proses berupa peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
pengembangan karakter kedisiplinan, maka jenis penelitian yang dipilih merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami
fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks
khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah Moleong, 2005: 6. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi Sugiyono, 2013: 15.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif deskriptif, artinya menggambarkan atau mendeskripsikan kejadian-kejadian yang
menjadi pusat perhatian secara kualitatif dan berdasar data kualitatif. Jenis penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan