2.1.5.1 Karakter Kedisiplinan
Menurut Syarbini 2012: 15 karakter adalah sifat tetap yang ada pada pribadi seseorang dalam bersikap dan bertindak tanpa dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik, yang meliputi kebiasaan dalam cara
berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan. Ketiga hal ini diperlukan untuk mengarahkan suatu kehidupan moral, karena ketiganya ini
membentuk kedewasaan moral. Karakter mulia good character meliputi pengetahuan tentang kebaikan, kemudian menimbulkan komitmen niat terhadap
kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Pendidikan karakter secara akademis dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik atau buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter secara praktis adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan kepada warga sekolah atau kampus yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam berhubungan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, lingkungan, maupun
nusa dan bangsa. Menurut Syarbini 2012: 36-37, pendidikan karakter dapat dilaksanakan
dengan efektif apabila memenuhi prinsip berikut
1 sekolah mengembangkan nilai-nilai etika sebagai landasan karakter yang baik; 2 sekolah mengartikan karakter mencakup berpikir,
merasakan, melakukan; 3 sekolah menggunakan pendekatan yang proaktif dalam pengembangan karakter; 4 sekolah menciptakan
komunitas memiliki kepedulian tinggi; 5 sekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melakukan berbagai
tindakan moral; 6 sekolah menyediakan kurikulum akademik yang menghargai dan menghormati peserta didik dalam mengembangkan
karakternya; 7 sekolah membuat peserta didik untuk memotivasi diri yang kuat; 8 kepala sekolah, guru, dan tata usaha sekolah dijadikan
sebagai teladan untuk peserta didik untuk mengembangkan karakternya; 9 sekolah meendukung kepemimpinan bersama yang
memberikan dukungan penuh terhadap gagasan pendidikan karakter dalam jangka panjang; 10 sekolah melibatkan keluarga dan anggota
masyarakat sebagai mitra dalam upaya mengembangkan karakter; 11 sekolah secara teratur melakukan penilaian terhadap peserta didik dapat
mewujudkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah karakter kedisiplinan. Kedisiplinan merupakan salah satu karakter dari satuan pendidikan telah
teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Menurut Arikunto sebagaimana dikutip oleh Hidayat 2013: 95
kedisiplinan adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Oleh karena itu, kedisiplinan adalah ketaatan peserta didik terhadap peraturan yang ditetapkan selama kegiatan belajar mengajar di sekolah dan terdapat adanya
hukuman bagi peserta didik yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Salah satu strategi dalam pengembangan karakter adalah mengintregasikan
pendidikan karakter dalam materi pembelajaran matematika. Substansi nilai sesungguhnya secara eksplisit atau implisit sudah ada dalam rumusan kompetensi
SKL, SK, dan KD. Hal yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah memastikan bahwa
pembelajaran materi pelajaran tersebut memiliki dampak instruksional atau dampak pengiring pengembangan karakter. Pengintregasian nilai dapat dilakukan untuk satu
atau lebih dari setiap pokok bahasan dari setiap materi pembelajaran. Penilaian pencapaian pendidikan nilai budaya dan karakter didasarkan pada
indikator. Indikator karakter kedisiplinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 kedisiplinan peserta didik dalam kehadiran di sekolah, 2 kedisiplinan peserta
didik mengikuti pelajaran, 3 kedisiplinan dalam tata hubungan sosial, dan 4 kedisiplinan dalam menggunakan fasilitas sekolah. Karakter kedisiplinan dalam
penelitian ini diukur dengan lembar observasi dan wawancara mendalam pada subjek penelitian.
2.1.5.2 Kemampuan Pemecahan Masalah