12. Promosi : Infomasi tentang produk yang di lakukan di berbagai media yang tersedia. Faktor ini diukur dari sikap konsumen ikan segar terhadap pengaruh
iklan yang terdapat di berbagai media. 13. DistribusiTempat : Ketersediaan serta kemudahan konsumen dalam
mendapatkan produk ikan segar. Faktor ini diukur dari tempat pembelian dan alasan dipilihnya tempat tersebut.
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yogya Departemen Store, Tanah Sareal Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dari pengunjung
yang membeli produk ikan segar. Pemilihan Yogya Departemen Store sebagai tempat penelitian yaitu karena pada saat ini Yogya Departemen Store merupakan
salah satu Toserba terbesar dan terlengkap di Kota Bogor, serta sudah cukup dikenal oleh sebagian besar warga Bogor. Penelitian dilaksanakan pada Minggu
pertama bulan Juni hingga minggu pertama bulan Juli 2005, setiap hari Senin, Sabtu dan Minggu.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Sejarah Yogya Departemen Store terbagi menjadi tiga generasi. Adapun, perkembangan secara rinci dari ketiga generasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Era Generasi Pertama
Toko YOGYA pertama kali didirikan oleh Bapak Gondosasmito dengan nama “DJOGJA” pada tahun 1948, di daerah Kosambi, Bandung, Jawa Barat.
Pada waktu itu luas toko hanya sekitar 100 m
2
dengan jumlah karyawan 10 orang. Produk yang dijual di toko pada saat itu adalah batik yang diambil dari kota Solo
dan Yogyakarta. Selama 24 tahun toko batik itu bertahan , tanpa mengalami kemajuan yang berarti.
2. Era Generasi Kedua
Generasi kedua ini berlangsung dari tahun 1972 – 1998, dengan masuknya Bapak Boedi Siswanto Basuki setelah menikah dengan Ibu Tina Handayani, putri
dari Bapak Gondosasmito. Toko itu diwariskan pada mereka berdua untuk dikelola dan dikembangkan dengan satu syarat “Namanya tidak boleh dirubah”
Dengan bermodalkan Sarjana Ekonomi dari Universitas Parahyangan Bandung, Bapak Boedi mulai merubah strategi marketing dari toko DJOGJA. Kain batik
yang semula menjadi andalan satu-satunya toko DJOGJA, dikurangi stoknya dan dikombinasikan dengan barang kebutuhan sehari-hari seperti: sabun, sikat gigi,
odol, kosmetik, dan barang kelontong lainnya. Pada awalnya memang tidak mudah dalam pengadaan barang-barang karena Toko DJOGJA belum begitu
dikenal oleh Supplier barang kelontong. Bahkan ada grosir yang belum mengetahui dimana lokasi toko DJOGJA tersebut berada. Pada saat itu, agar toko
DJOGJA dikenal dan dipercaya oleh suplier atau grosir toko DJOGJA harus sanggup membeli barang dengan harga tunai. Karena pada waktu itu modal yang
dimiliki masih sangat terbatas, maka Pak Boedi melakukan pembelian barang – barang toko secara bertahap dan penuh dengan perhitungan.
Dengan penuh keyakinan dan ketekunan Pak Boedi dan Ibu Tina mengelola toko tersebut, dan lambat laun penjualan meningkat, omset pun bertambah dan
kepercayaan Supplier terhadap toko DJOGJA juga mulai tumbuh.