2. 1. 1 Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 17 Pe ta 5. 10 Re nc a na Ka wa sa n Rua ng Te rb uka Hija u 5 5 . . 2 2 R R E E N N C C A A N N A A P P E E N N G G E E L L O O L L A A A A N N K K A A W W A A S S A A N N L L I I N N D D U U N N G G Kawasan lindung berfungsi memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, untuk itu menjaga kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung merupakan kewajiban yang harus diemban oleh setiap anggota masyarakat. Pengelolaan kawasan lindung dilakukan dengan adanya pembatasanpelarangan terhadap aktivitas manusia yang dapat mengganggu kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung. Berbagai kawasan lindung, baik dalam bentuk kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam maupun bentuk lindung lainnya yang telah ditetapkan, diharapkan akan mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus, sehingga tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat tercapai. 5 5 . . 2 2 . . 1 1 P P E E N N G G E E L L O O L L A A A A N N K K A A W W A A S S A A N N Y Y A A N N G G M M E E M M B B E E R R I I K K A A N N P P E E R R L L I I N N D D U U N N G G A A N N K K A A W W A A S S A A N N D D I I B B A A W W A A H H N N Y Y A A

5. 2. 1. 1 Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung

Saat ini sebagian besar hutan di Kabupaten Pacitan merupakan hutan rakyat, yaitu seluas 65.951 Ha dan R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 18 terletak pada kelerengan 40. Dalam UU No. 411999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal biasa disebut masyarakat hukum adat. Hutan rakyat pada saat ini memiliki fungsi sebagai hutan produksi dengan jumlah produksi sebesar 222.462,50 m 3 pada tahun 2008. Hutan rakyat ini terletak di kawasan yang seharusnya memiliki fungsi lindung, dilihat dari kemiringan lahan yang lebih dari 40 bahkan lebih dari 60, kemudian dilihat pula dari struktur tanahnya yang berupa litosol dan redzina yang merupakan lapisan yang rentan dan memiliki tingkat erosi yang tinggi. Hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Perubahan fungsi ini memberikan salah satu dampak yang dirasakan pada musim hujan yaitu banjir, untuk itu seharusnya perlu adanya pengembalian fungsi menjadi fungsi lindung. Arahan pengelolaan kawasan hutan lindung agar dapat dikembalikan fungsinya sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, tetapi dengan tidak mengorbankan keberadaan kebunhutan rakyat yang sudah ada antara lain: a. Hutan rakyat yang berada pada kelerengan 40 jika memungkinkan dialihkan menjadi milik negara masyarakat menjual hutan rakyat tersebut ke pemerintah, atau dengan cara lain yang sah. Selanjutnya pemerintah menetapkan lahan tersebut menjadi hutan lindung mutlak. Selanjutnya diarahkan sebagai berikut: 1 Kawasan hutan lindung yang ada saat ini dipertahankan sebagai kawasan hutan lindung. 2 Kawasan hutan lindung yang pada saat ini masih banyak memiliki lahan terbuka atau sudah tidak berhutan lagi, direkomendasikan untuk segera ditanami kembali dengan sistem pelibatan masyarakat sekitar di dalam prosesnya sehingga dapat menjaga keutuhan hutan tersebut nantinya. 3 Pelaksanaan rehabilitasi hutan lindung dengan jenis pohon asli setempat. Penanaman dilakukan di sela-sela tanaman yang ada. Jenis pohon yang ditanam merupakan tanaman yang mempunyai tajuk rimbun dan perakaran dalam serta sebagai penghasil produk non kayu. Penggunaan jenis pohon yang diambil kayunya, dikhawatirkan apabila pada saat panen, akan ditebang sehingga menyebabkan fungsi hutan lindung yang diharapkan tidak tercapai. Kegiatan rehabilitasi ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sampai kondisi vegetasi pohon dominan jumlahnya. Disamping itu pemerintah kabupaten harus berupaya keras untuk menumbuhkan sektor- sektor andalan lainnya, yang secara perlahan-lahan dapat menggeser ketergantungan masyarakat terhadap hasil hutan; 4 Pelarangan penebangan pohon dalam kawasan hutan lindung dengan radius atau jarak sampai dengan 2 dua kali kedalaman jurang dari tepi jurang berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur. 5 Pengendalian terhadap meluasnya perkebunan rakyat di kawasan hutan lindung dengan penegakan hukum, dan dengan melakukan kegiatan pemancangan batas, pemeliharaan batas dan mempertahankan luas dan fungsi. 6 Pemanfaatan hutan lindung dikembangkan produk bukan kayu seperti rotan dan madu yang pengelolaannya dilakukan bersama masyarakat. 7 Untuk mempertahankan fungsi lindung, hendaknya pengembangan infrastruktur di kawasan hutan lindung dibatasi. Sehingga permukiman yang telah ada ataupun kegiatan budidaya lainnya perkembangannya dapat dibatasi. R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 19 8 Pada beberapa kawasan hutan yang memungkinkan, diusulkan kegiatan wisata alam, seperti jogging track, hiking, wisata ilmu pengetahuan dan lain-lain. 9 Agar hutan mendapat perlindungan, maka perlu adanya kegiatan sosialisasipenyuluhan fungsi perlindungan hutan, pembuatan ilaran api, pemeliharaan sekat bakar, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengaturan penggembalaan ternak dalam hutan, pengambilan rumput dan makanan ternak lainnya serta serasah dari dalam kawasan hutan. 10 Sosialisasi kawasan lindung kepada masyarakat sekitar, termasuk pemancangan papan nama dan papan larangan serta sosialisasi tentang resiko bencana. b. Jika kawasan dengan kriteria hutan lindung telah terpenuhi namun statusnya dimiliki masyarakat, maka diarahkan sebagai berikut: 1 Kegiatan budidaya yang telah ada sebelumnya, baik berupa bangunan, budidaya pertanian, hutan rakyat, dsb, pada prinsipnya harus dikeluarkan dari kawasan dengan kriteria hutan lindung secara bertahap. Bila terpaksa harus dipertahankan keberadaannya, maka harus diupayakan agar kegiatan tersebut tidak mengganggu atau diminimalkan gangguannya terhadap fungsi lindung. 2 Penebangan hasil hutan dilakukan secara terbatas. 3 Pada lahan yang saat ini sudah digunakan sebagai kegiatan pertanian dan perkebunan, Sistem Parak dapat menjadi alternatif. Sistem Parak merupakan sistem pengelolaan hutan dengan menanami kebun pepohonan campuran yang terletak di lereng-lereng di antara desa dan kawasan dengan kriteria hutan lindung. Parak memiliki keanekaragaman spesies dan kerapatan pohon yang tinggi serta dapat menghasilkan hasil hutan yang beragam untuk dijual maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 4 Teknik penanaman harus mengikuti kaidah konservasi tanah, yaitu penanaman dilakukan sejajar kontur agar tidak menyebabkan tingkat erosi yang tinggi. G a m b a r 5. 1 Re nc a na Ka wa sa n Huta n Lind ung Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan Hutan Di Propinsi Jawa Timur, kegiatan yang dilakukan untuk menjaga keberadaan hutan lindung adalah sebagai berikut: A. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan bencana alam terhadap hutan- hutan yang ada di Kabupaten Pacitan meliputi: a. pemantauan biofisik lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana alam ; b. pembuatan bangunan yang bersifat sipil teknis ; c. pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat; GOA DI KAWASAN KARST KAWASAN KARST R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 20 d. penjagaan kelestarian nilai, dan fungsi hutan serta lingkungannya ; e. penjagaan mutu, nilai, dan kegunaan hutan ; B. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan manusia terhadap hutan dilakukan meliputi kegiatan: a. perencanaan pengamanan hutan; b. penyusunan organisasi pengamanan hutan; c. penyediaan sarana dan prasarana; d. pengamanan secara preventif dan atau represif; e. sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan; f. meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan; g. melakukan pengawasan dan pengendalian; C. Kegiatan yang terkait dengan usaha mencegah dan menanggulangi gangguan ternak terhadap hutan dilakukan : a. penunjukan lokasi penggembalaan ; b. pencarian lokasi penggembalaan ternak yang lebih menguntungkan masyarakat ; c. pencarian alternatif mata pencaharian masyarakat

5. 2. 1. 2 Pengelolaan Kawasan Karst