A ra ha n Ma na je m e n Re siko Be nc a na Ba njir

R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 29 datangnya bencana alam sehingga kerugian terutama korban jiwa dapat direduksi. 5. Penanganan saat dan pasca terjadi bencana alam Langkah terakhir dalam mitigasi bencana alam ini adalah penanganan pada saat dan pasca terjadinya bencana alam. Pada saat kondisi terjadi dan pasca bencana alam perlu adanya penanganan yang sigap dan terpadu antar pihak- pihak terkait baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri. Sasaran utama adalah melakukan langkah-langkah untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian material lainnya. Sedangkan langkah berikutnya adalah melakukan tindakan yang bersifat rehabilitasi pada kawasan yeng terkena dampak bencana alam. Rehabilitasi ini dapat berupa rehabilitasi fisik yaitu dengan rekonstruksi dan perencanaan kembali kawasan yang terkena dampak terjadinya bencana alam dan rehabilitasi mentalpsikhis dengan sasaran untuk mengeliminasi rasa ketakutan dan traumatis bagi penduduk yang terimbas dampak bencana alam A . A ra ha n Ma na je m e n Re siko Be nc a na G e m p a Gempa bumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman tertentu. Kerak bumi tempat kita tinggal ini terdiri dari sejumlah lempeng atau bongkahan besar yang selalu bergerak, pergerakan itu menyebabkan terlepasnya energi yang menimbulkan getaran sehingga dapat mengguncang permukaan bumi. Pengelolaan Kabupaten Pacitan yang termasuk kedalam kawasan rawan gempa bumi adalah dengan mengembangkan arsitektur bangunan penduduk beserta infrastruktur lainnya yang tahan terhadap gempa.

B. A ra ha n Ma na je m e n Re siko Be nc a na Ba njir

Pada umumnya sungai-sungai yang melalui wilayah Kabupaten Pacitan, yaitu Sungai Grindulu, Sungai Baksoko, Sungai Lorog, Sungai Pagotan dan Sungai Bawur memiliki pola yang hampir sama yaitu airnya meluap pada musim penghujan sehingga menggenangi daerah aliran sungai DAS. Dari catatan laporan banjir beberapa tahun terakhir diperoleh informasi secara umum sungai yang sering mengalami banjir dalam DAS Grindulu adalah Grindulu Hilir, Asem Gandok dan Kebonagung. Banjir yang terjadi menggenangi sawah, pekarangan, rumah penduduk dan prasarana umum di Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung. Untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir, maka perlu dilakukan hal-hal berikut ini: Penanaman kembali tumbuhan dengan akar kuat di daerah hulu sungai untuk mungurangi besaran limpasan air hujan Mempertahankan fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air dan pencegahan banjir Menerapkan KDB yang rendah dan tingkat kepadatan rendah di Kawasan rawan banjir agar daya serap terhadap limpasan air hujan menjadi tinggi Memberdayakan masyarakat akan budaya menanam pohon diperkarangan rumahnya didukung oleh aturan- aturan yang ditetapkan pemerintah daerah. Diadakannya program yang membuat masyarakat Pacitan peduli terhadap kualitas sungai, sehingga kebersihan sungai-sungai tetap terjaga. Dan program ini perlu didukung dengan peraturan yang tegas terhadap usaha pemeliharaan kualitas sungai. Angkutan sedimen yang berasal dari DAS dapat menimbulkan dampak pendangkalan pada sungai dan saluran yang berakibat mengurangi kapasitas aliran dan dapat menimbulkan banjir, untuk mereduksi angkutan sediment, maka perlu dibangun dam pengendali sedimen cek dam pada alur sungai di bagian hulu. Sedimentasi pada saluran drainase Kota Pacitan utamanya bersumber dari angkutan sedimen di kali Tani dan kali Kunir. Tanggul pengendali banjir sungai-sungai yang sering meluap pada musim hujan, terutama bagi Sungai Grindulu, perlu ditingkatkan sampai dengan tingkat perlindungan tertentu sehingga masyarakat yang tinggal di lokasi banjir akan merasa aman. Dilakukan pengamatan muka air pada saat terjadi banjir, rekaman data hujan dan muka air dikirim secara teratur ke instansi yang berwenang untuk antisipasi terjadinya kerusakan yang lebih besar akibat banjir Peningkatan kapasitas aliran saluran drainase, terutama bagi Kota Pacitan untuk menghindari terjadinya genangan di dalam kota. Kota Pacitan memiliki permasalahan yang khusus mengenai masalah banjir. Kota ini dilalui oleh sungai Grindulu dan anak- anak sungainya, diantaranya adalah Kali Tani, Kali Blimbing dan Kali Bengkal. Variasi debit air sungai pada musim penghujan tidak tetap, kadang kala pada musim hujan diatas 200 mm dan kondisi ini selalu terulang pada periode 10 - 25 R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 30 tahun sehingga berakibat banjir. Kali Bengkal dan Kali Tani merupakan sungai sekunder yang berfungsi juga sebagai sistem drainase kota. Sedangkan dimensi sungai itu sendiri saat ini sudah tidak layak lagi menampung air, terutama bila datang musim hujan. Kedua anak sungai tersebut bertemu pada Dam Cuwik, dimana pada bagian hilir dam tersebut dimensinya tidak memenuhi kapasitas daya tampung air Dengan kondisi wilayah Kota Pacitan baik topografi maupun iklim, maka kejadian banjir yang sering menimpa Kota Pacitan adalah sesuatu hal yang wajar. Drainase kota sudah tidak memungkinkan lagi dialirkan secara bebas ke kali Grindulu, disamping Kali Grindulu sebagai drainase utama mayor sering mengalami banjir, hal ini dikarenakan kapasitas tampung sungai yang tidak memadahi, elevasi dasar sungai tidak jauh berbeda dengan elevasi daerah perkotaan dan selalu mengalami agradasi. Permasalahan banjir kota Pacitan ini sangat terkait sekali dengan kondisi DAS Grindulu secara keseluruhan. Tingkat agradasi secara nyata akibat perubahan tata guna lahan dan buruknya tata pengelolaa DAS secara nyata telah berpengaruh terhadap menurunnya daya dukung lahan DAS dalam penyediaan air yang berkelanjutan. Kali Teleng yang merupakan penyaluran aliran banjir di sebelah barat kota mengalami penyumbatan pada bagian pintu klep dan muara sungai, disamping juga sangat dipengaruhi oleh pasang surut muka air laut. Akibatnya aliran air yang berasal dari Kali Tani, Kali Kunir dan Saluran Bengkal terhambat di wilayah perkotaan dan mengakibatkan banjir. Penanggulangan banjir di sebelah kiri saluran Bengkal hanya mengandalkan saluran dari Buk Muso sampai klep Pulosari di tanggul Kali Grindulu. Pintu air pada saluran buk Muso tidak dapat berfungsi dengan baik untuk menahan masuknya air dari saluran Bengkal ke daerah yang dilindungi. Pintu klep Pulosari dalam keadaan rusak sehingga tidak berfungsi, akibatnya dapat menambah kemungkinan terjadinya banjir dengan masuknya air kali Grindulu pada saat banjir. Banjir di sebelah timur Kota Pacitan merupakan dampak dari muka air pembendungan backwater banjir Grindulu dan Kali Jelok. Pintu-pintu klep yang dipasang pada tanggul tidak dapat berfungsi dengan sempurna, baik untuk menahan aliran masuk maupun untuk mengalirkan debit keluar. Disamping itu, saluran drainase yang bersal dari wilayah Menadi, Mentoro, Sirnoboyo, Arjowinangun, Purworejo, dan lain-lain menghilang di daerah selatan dekat tanggul sungai. Banjir di daerah Nanggungan lebih banyak disebabkan karena tidak mampunya saluran Bengkal di sebelah hulu, baik karena efek pembendungan maupun besarnya debit yang harus dialirkan dari daerah hulu. Saluran Bengkal merupakan satu- satunya saluran pembuang dari daerah Nanggungan. Pintu air yang ada di tepi Jalan Basuki Rahmat hanya dapat berfungsi apabila muka air Grindulu dalam kondisi rendah. Untuk perencanaan penanggulangan genangan maupun banjir di seluruh wilayah Kota Pacitan, maka sistem drainase Kota Pacitan dibagi dalam 4 empat sub sistem yang terdiri dari Sub sistem Nanggungan, Sub sistem Utara, Sub sistem Selatan, dan Sub sistem Timur. Untuk perencanaan penanggulangan genangan maupun banjir di seluruh wilayah Kota Pacitan, maka system drainase kota Pacitan dibagi dalam 4 empat sub system yang terdiri dari Sub sistem Nanggungan, Sub sistem Utara, Sub sistem Selatan, dan Sub sistem Timur. Berikut rencana detail untuk masing-masing Sub sistem. 1. Penanggulangan Masalah Banjir Sub Sistem Nanggungan Sub sistem Nanggungan meliputi wilayah Desa Nanggungan yang terkurung oleh pegunungan sebelah barat dan tanggul Kali Grindulu di sebelah timur. Banjir yang terjadi banyak disebabkan oleh adanya b a c kwa te r dari saluran Bengkal. Saluran Bengkal selain berfungsi sebagai pematusan juga berfungsi sabagi sup ly irigasi pada musin hujan tidak mampu menyalurkan debit. Langkah yang efektif adalah menyalurkan debit yang berasal dari wilayah tersebut langsung ke Kali Grindulu. Berhubung pada waktu banjir muka air Grindulu juga relative tinggi, maka pemasangan pompa di ujung hilir sub sistem merupakan alternatif yang cukup baik. Disamping untuk penanggulangan banjir di musim hujan dengan memompa air menuju kali Grindulu, pemasangan pompa dapat difungsikan ganda untuk meghisap air Grindulu pada saat dibutuhkan sebagai suply irigasi pada saat dibutuhkan. 2. Penanggulangan Masalalah Banjir Sub Sistem Utara Saluran-saluran drainase di wilayah sub sistem utara kondisinya cukup baik dengan adanya pelapisan saluran dengan pasangan batu tahan terhadap arus aliran dan terjaganya saluran dari endapan sediment Lumpur dan sampah. Penyebab genanganbanjir dari luapan-luapan saluran dikarenakan sistem drainase yang mengumpul memusat menuju Dam Cuwik dan tidak berfungsinya beberapa saluran. Prinsip penanggulangan pad sub sistem R E N C A N A T A T A R U A N G W I L A Y A H K A B U P A T E N P A C I T A N 5 - 31 ini adalah sedapat mungkin membuang aliran air keluar dari daerah perkotaan dan meningkatkan kapasitas aliran pada saluran drainasenya serta peningkatan kapasitas bangunan-bangunan pengendali banjir, bangunan- bangunan silang, gorong-gorong dan meningkatkan fungsi pintu-pintu pengendali banjir. Kali Teleng sangat berperan besar sebagai tempat penyaluran debit aliran dari sub sistem utara ini yakni dalam pengendalian elevasi muka air. Disamping lokasi ini masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pintu klep yang terletak di Kali Teleng mempunyai ukuran kurang memadai sehingga mudah terjadi penyumbatan aliran dan menimbulkan efek pembendungan sampai di saluran primer. Dampak pembendungan ini adalah sulitnya aliran air drainase wilayah perkotaan masuk ke saluran primer. Oleh karena itu kapasitas aliran kali Teleng melalui klep harus ditingkatkan dengan cara merehabilitasi pintu klep tersebut. Selain di lengkapi pintu klep, kali Teleng pada bagian muara juga dilengkapi bangunan pelimpah yang berada di sebelah tanggul kiri pintu klep fungsinya untuk melimpahkan kelebihan air, pada musim kemarau untuk menahan intrusi air laut. Namun demikian fungsi sebagai penahan air asin sekarang tidak ada artinya karena telah rusak. Sedangkan fungsi sebagai pelimpah banjir menjadi kurang efektif dan bahkan memberikan dampak negative terhadap penanggulangan banjir dikarenakan elevasi puncak ambang pelimpah relatif tinggi, namun elevasi ini adalah elevasi minimum untuk mengatasimenahan masuknya air laut pada waktu muka air pasang. Untuk mengatasinya perlu medifikasi struktur pelimpah, sehingga mampu meningkatkan kapasitaas alur aliran dengon menambah lebar pelimpah. 3. Penanggulangan Masalalah Banjir Sub Sistem Selatan Sistem drainase ini pada wilayah ini alirannya masuk ke saluran Bengkal. Baik yang dari perkotaan maupun dari buangan dari sawah. Terjadinya genangan pada sub sistem ini adalah karena kondisi saluran Bengkal yang tidak mampu menampung aliran tersebut. Penyelesaian ini dapat dilakukan dengan sistem pemompaan untuk membuang air banjir ke kali Grindulu, atau mengatur saluran drainase untuk diarahkan ke saluran Muso yang kemudian dibuang ke pintu air Pulosari atau buk Muso. 4. Penanggulangan Masalalah Banjir Sub Sistem Timur Wilayah sub sistem wilayah timur ini terletak di sebelah timur kali Grindulu yang kemudian membelok ke kali Jelok. Di beberapa tempat dilengkapi dengan pintu klep otomatis yang terbuat dari kayu sebagai perangkai yang dimaksudkan untuk menahan masuknya air kali Grindulu dan kali Jelok pengaruh backwater, namun untuk terbukanya pintu klep mememerlukan beda tekanan hidrostatis yang cukup besar antara muka air hulu dan hilir pintu, akibatnya walaupun muka air kali Grindulu dan Jelok telah surut karena pembukaan terlalu kecil akibat berat pintu, maka aliran menjadi lambat. Untuk mempercepat aliran oleh penduduk dengan cara melepas pintu-pintu kelp tersebut. Untuk menanggulangi banjir pada sub sistem timur ini antara lain dengan penggantian pintu-pintu klep otomatis dari bahan-bahan yang lebih ringan, pemasangan pompa pengendali banjir dan penyempurnaan saluran drainasenya. C . A ra ha n Ma na je m e n Re siko Be nc a na Lo ng so r G e ra ka n Ta na h Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan tanah longsor, tidak diperkenankan untuk digunakan oleh kegiatan budidaya apapun, karena dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan pada lereng kawasan ini dan menyebabkan terjadinya bencana longsor. Untuk menguatkan tanah-tanah di kawasan ini, maka penggunaan lahannya adalah sebagai kawasan hutan lindung. Namun usaha reboisasi dan mengembangkan ekosistem hutan ini tidak cukup dilakukan di kawasan yang dinyatakan sebagai kawasan rawan longsor saja, namun daerah-daerah sekitarnya pun harus dijadikan kawasan hutan lindung dengan fungsi sebagai kawasan penyangga b uffe r zo ne .

D. A ra ha n Ma na je m e n Re siko Be nc a na Tsuna m i