8 9
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
BAB II KONDISI SAAT INI DAN MODAL DASAR
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025, selanjut- nya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasi-
onal periode 20 dua puluh tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi
acuan bagi seluruh komponen bangsa pemerintah, masyarakat, dan dunia us- aha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi,
dan arah pembangunan yang disepakai bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinaif, dan saling me-
lengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola indak.
Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: a men-
dukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan na- sional, b menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar
daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, c menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perenca-
naan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, d menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara eisien, efekif, berkeadilan dan berkelanju-
tan, dan e mengopimalkan parisipasi masyarakat. Mengacu kepada tujuan RPJP Nasional tersebut, peran geologi terkait dengan integrasi dan sinkronisasi
antar ruang dan penggunaan sumber daya secara eisien, efekif, sinergis dan berkelanjutan.
Peranan data dan informasi geologi dalam Pembangunan Nasional dapat dikelompokkan dalam 1 Mineral Ekonomi energi, bahan logam dan industri,
bahan bangunan yang merupakan komodii 2 Lingkungan dan ekosistem dan 3 Tata ruang dan kebencanaan. Berkenaan dengan kegunaan data geologi un-
tuk mineral ekonomi yang menghasilkan komodii yang semakin hari semakin pening baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri sudah sangat
jelas dan idak perlu dibahas lebih lanjut. Akan tetapi yang perlu ditekankan ada- lah bahwa peranannya dalam menetapkan strategi nasional mineral yang dapat
menjamin ketersediaan mineral khususnya untuk jangka panjang 20 tahun dan seterusnya. Data dan informasi geologi akan sangat menentukan bentuk strate-
gi jangka panjang tersebut. Sebagai contoh pemanfaatan batubara yang mem- punyai cadangan cukup untuk 400 tahun perlu diatur sejak awal apakah akan
diekspor tanpa batas atau perlu pengendalian, serta wilayah mana yang harus dikendalikan sebagai cadangan negara.
Peranan data dan informasi geologi dalam pembangunan lingkungan dan ekosistem serta tata ruang dan kebencanaan tercakup sebagai dasar bagi pe-
nataan kawasan. Penataan kawasan atau ruang merupakan bagian dari kebija- kan pembangunan nasional untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat. Berlakunya
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memerlukan perencanaan kawasan dan ruang secara menyeluruh, melipui aspek-aspek ke-
manusiaan, sumber daya alam, geologi, ekonomi, sosial poliik, pertahanan kea- manan dan lingkungan hidup. Geologi berperan dalam masalah bencana geologi,
pemetaan dalam perencanaan tata ruang yang terkait dengan cebakan mineral, bahan galian, tanah untuk pertanian dan lain sebagainya.
Geologi juga memberikan ideniikasi berbagai potensi dan ancaman bahaya bagi pembangunan seperi lokasi bendungan, kawasan pemukiman, potensi en-
ergi, pemanfaatan lahan sebagai tempat bertumpunya bangunan-bangunan be- rat. Berkaitan dengan sumber daya air, geologi menentukan air permukaan, air
tanah, air bawah tanah, pola aliran air sungai, daerah aliran sungai DAS, akuifer,
kawasan resapan, daur hidrologi, struktur geologi permukaan dan bawah per- mukaan. Geologi juga terkait erat dengan penentuan ruang terbuka yang kemu-
dian dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi, kawasan resapan air, kawasan pelestarian ekosistem, cagar budaya atau kawasan lindung.
2.1. Sumber Daya Geologi
Data, informasi, referensi, dan pengalaman geologi akan menjadi modal uta- ma untuk meneruskan pembangunan dalam bidang sumber daya migas, panas
bumi, dan mineral pada Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Produksi minyak Indonesia yang cenderung terus menurun umumnya dihasil-
10 11
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
kan dari cekungan-cekungan minyak yang sudah mature. Sampai saat ini, dari 66 cekungan yang telah diketahui, baru 16 cekungan yang berproduksi, sehingga
perlu dilakukan pencarian minyak bumi pada cekungan yang belum diproduksi dan cekungan baru minyak bumi.
Berdasarkan kebijakan energi Indonesia hingga tahun 2025, kebutuhan energi yang berasal dari minyak bumi secara bertahap akan dikurangi, diganikan oleh
batubara, dan energi baru dan terbarukan. Potensi sumber daya dan cadangan batubara Indonesia sebesar 122 milyar ton yang 60 diantaranya jenis low-rank;
gambut sebesar 9,086 milyar ton, CBM coal-bed methane sebesar 31,9 juta m
3
, panas bumi sebesar 27,7 Gwe, dan oil shale sebesar 11,4 milyar ton, keseluru-
hannya masih memerlukan pengembangan dan peningkatan statusnya. Kebutuhan batubara sebagai sumber energi akan selalu meningkat seiring
dengan program kebijakan energi mix , dimana peran batubara 2010 sebesar
20,83, 2014 sebesar 24,07 dan 2025 sebesar 33 yang mengakibatkan ket- ersediaannya harus dijaga dengan baik. Keberadaan batubara yang mempunyai
karakterisik dapat diusahakan sebagai tambang dalam diyakini dapat menjamin ketersediaan dimasa mendatang. Oleh karena itu pemerintah harus menetapkan
wilayah pencadangan negara untuk komodii tersebut.
Kondisi tektonik global membentuk beberapa busur magmaisme sepanjang Kepulauan Indonesia Gambar 2.1 yang berkaitan erat dengan jalur mineralisa-
Gambar 2.1 Busur Magmaisme Indonesia.
si terbentuknya mineral logam. Begitu pula bermacam jenis mineral non-logam yang terbentuk oleh variasi proses geologi akibat tektonik global tersebut.
Industri strategis besi baja nasional menggunakan bahan baku bijih besi be- rupa pellet yang diimport dari negara lain. Hal ini mengakibatkan biaya produksi
yang inggi sehingga harga jual baja idak mampu bersaing dengan produsen dari luar negeri. Kebutuhan bijih besi lokal menjadi strategis untuk daya saing indus-
tri besi baja. Hal ini berkaitan juga dengan kebijakan pemerintah untuk mem- bangun industri baja di Kalimantan Selatan berbasis bahan baku bijih besi lokal
juga menjadi sangat pening. Bidang Geologi dituntut untuk lebih meningkatkan kegiatan eksplorasi bijih besi dalam upaya menemukan cadangan baru agar ke-
langsungan pasokan bahan baku untuk industri besi baja nasional dapat terjaga.
Mineral logam strategis yang keterdapatannya hanya didaerah tertentu, sep- eri imah didaerah Bangka-Belitung dan bauksit di Kalimantan Barat dan Riau se-
makin berkurang potensinya seiring dengan produksi yang terus dihasilkan dari lokasi penambangan mineral logam tersebut. Oleh karena itu komodii tersebut
harus menjadi fokus pencadangan negara untuk menjamin ketersediaan logam strategis dikemudian hari, sehingga pemerintah harus menetapkan wilayah pen-
cadangan negara untuk komodii-komodii logam strategis. Bidang geologi ber- peran pening dalam menemukan dan eksplorasi cadangan baru logam strategis
Indonesia. Potensi sumber daya energi Indonesia terdiri dari: minyak bumi, ba- tubara dan
coal bed methane, gambut dan panas bumi; sedangkan sumber daya mineral terdiri dari mineral logam dan non logam antara lain: emas, tembaga,
bijih besi, nikel, imah, mangan, bauksit, intan, granit, zirkon. Status potensi cadangan minyak bumi tahun 2008 sebesar 8,2 milliar barrel
yang apabila diproduksi dengan ingkat produksi sebesar 0,357 milliar barel per tahun, maka potensi minyak bumi masih akan bertahan seidaknya selama 23
tahun. Gas bumi dengan cadangan sebesar 170 TSCF dan ingkat produksi sebe- sar 2,9 TSCF, maka diharapkan gas bumi dapat memasok energi hingga 62 tahun
ke depan. Diinjau dari sebarannya, cadangan minyak bumi terbesar terdapat di wilayah di Provinsi Riau 4,1 milliar barrel, Gambar 2.2, sedangkan cadangan
gas bumi terbesar berada di daerah Natuna sebesar 52,59 TCF Gambar 2.3. Potensi coal bed methane Indonesia yang tersebar pada 11 Cekungan Batubara
diperkirakan sebesar 453 TCF.
12 13
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
Gambar 2.2 Cadangan Minyak Bumi Indonesia, Status Akhir 2008
Gambar 2.3 Cadangan Gas Bumi dan CBM Indonesia, Status 2009.
Berdasarkan hasil penyelidikan tahun 2009 status sampai dengan Desember 2009 telah ditemukan penambahan 8 lokasi daerah panas bumi di Maluku, Pap-
ua Barat dan Sulawesi Barat dan 4 peningkatan status sumber daya dengan total penambahan potensi 818 Mwe. Selain itu juga telah terjadi penambahan kapa-
sitas panas bumi sebesar 137 Mwe dari PLTP Lahendong III 20 Mwe dan PLTP Wayang Windu II 117 MW, sehingga status potensi panas bumi Tahun 2009,
Tabel 2.1 Status Sumber Daya dan Cadangan Panas Bumi Tahun 2009
yaitu: 28.884 Mwe, daerahlapangan panas bumi sebanyak 265 lokasi, kapasitas terpasang 1189 MWe gambar 2.4 dan Tabel 2.1. Namun kapasitas terpasang
tersebut masih sekitar 4 dari total potensi panas bumi Indonesia yang sebesar 28,5 ribu MW dan merupakan potensi panas bumi terbesar di dunia.
Dari sejumlah ini, sekitar 80 berasosiasi dengan lingkungan vulkanik dan 20 berada di lingkungan non vulkanik seperi di sebagian besar P. Sulawesi ke-
Total Potensi : 28.528 MW Total Kapasitas : 1189 MW
Gambar 2.4 Peta Pengembangan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi.
14 15
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
Gambar 2.5 Status Lokasi Penyelidikan Panas Bumi Tahun 2009.
cuali Sulut, Kalimantan Barat, dan di Kepala Burung Irian Jaya. Kemudian status penyelidikan tahun 2009, dari 265 lokasi panas bumi sebagian besar 166 loka-
si atau 62,64 berada pada ingkat survei pendahuluan, 84 lokasi atau 31,7 berada pada tahap eksplorasi permukaan rinci, 8 lokasi atau 3,02 berada
pada tahap eksplorasi pemboran dan hanya 7 lokasi atau 2,64 yang telah ter- manfaatkan terpasang untuk tenaga listrik, lebih lanjut dapat dijelaskan pada
Gambar 2.5.
Status sumber daya dan cadangan tahun 2005 total sebesar 27.483 MWe, sum- ber daya sebesar 13.543 Mwe 49, cadangan 13.940 MWe 51; menjadi sum-
ber daya 13.813 MWe 47,6 dan cadangan sebesar 15.071 MWe 52,3 atau total potensi sebesar 28.528 MWe pada tahun 2009. Prosentase kenaikan poten-
si panas bumi dari tahun 2005 dengan total sumber daya dan cadangan sebesar 27.483 MWe, menjadi 28.528 MWe pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan
3,8 dibanding 5 tahun sebelumnya. Perbandingan peningkatan status potensi sumber daya panas bumi dari tahun 2005 sd 2009 dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Berdasarkan hasil penyelidikan, status potensi batubara pada tahun 2009 sumber daya sebesar 104, 94 Milyar Ton dan cadangan sebesar 21,13 Milyar ton.
Peningkatan sumber daya batubara tahun 2005 – 2009 sebesar 43,593 Milyar Ton 70 dibanding sumber daya tahun 2005 Gambar 2.7.
Gambut merupakan salah satu sumberdaya energi alternaif yang terdapat di Indonesia dan sampai saat ini masih belum digunakan sebagai bahan ener-
gi. Sampai dengan tahun 2005, tercatat sumberdaya gambut sebesar 1,8546 milyar ton, tahun berikutnya yakni tahun 2006, angka ini berubah menjadi
2,2303 milyar ton, yang berari terjadi kenaikan sebesar 3,757 milyar ton atau 20.25, sedangkan pada tahun 2007 terjadi lonjakan yang cukup besar dima-
na sumberdaya menjadi 8,6162 atau terjadi lonjakan sebesar 63,819 milyar ton atau 286, ini terjadi karena dimulainya pembuatan data base gambut
Gambar 2.6 Peningkatan status sumber daya dan cadangan panas bumi 2005 – 2009.
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
2005 2006
2007 2008
2009
61,37 65,40 93,40
104,76104,94
7,01 9,48 18,71 20,96 21,13
Mily ar
Ton
Sumber Daya Cadangan
Gambar 2.7 Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia 2005 – 2009.
16 17
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
Gambar 2.8 Status Sumber Daya Gambut 2005 - 2009.
8,30 8,40
8,50 8,60
8,70 8,80
8,90 9,00
9,10 9,20
2006 2007
2008 2009
8,60 8,61
9,09 9,20
Mily ar
Ton
Sumber Daya seluruh Indonesia, dimana semua data kegiatan inventarisasi gambut yang per-
nah dilakukan di injau kembali, hal ini terlihat dari angka sumberdaya gam- but tahun 2008 yang berjumlah 9,0861 milyar ton, disini terjadi pergeseran
sebesar 4.739 milyar ton atau hanya sebesar 5,5. Tahun 2009 sesuai hasil penyelidikan terdapat kenaikan sebesar 108,961 juta ton, sehingga status sum-
ber daya sebesar 9,20 milyar ton Gambar 2.8.
Bitumen padat merupakan salah satu sumber energi alternaive lain yang diselidiki. Berdasarkan data yang terhimpun diketahui bahwa pada tahun 2005
diketahui sumberdaya bitumen padat sebesar 6,7987 milyar ton batuan, pada tahun berikutnya yakni tahun 2006 angka ini berubah menjadi 9,8359 milyar
ton, sehingga terjadi kenaikan sebesar 3,0372 milyar ton atau 44,67. Pada tahun 2007, sumberdaya berubah lagi menjadi 11.2482, ini berari bertambah
sebesar 1,4123 milyar ton atau 14.35 , seterusnya pada tahun 2008, sumber- daya bitumen padat menjadi 11,4151 milyar ton, berari terjadi kenaikan sebe-
sar 0,1669 milyar ton atau 1.48 . Tahun 2009, sumber daya bitumen padat meningkat menjadi sebesar 11,417 milyar ton. Kandungan minyak yang terdapat
pada endapan bitumen padat yang terdapat di Indonesia berkisar antara. 0 – 248 literton, hal ini mengindikasikan bahwa potensi hidrokarbon yang bisa di
ambil dari bitumenpadat di Indonesia cukup menjanjikan. Kegiatan penyelidikan CBM dimulai pada tahun 2006, dimana dihasilkan se-
besar 116.779.766 cut gas metan untuk cakupan daerah seluas 8,6 Km
2
, de- ngan lokasi di Kalimantan Timur, sedangkan tahun 2007 untuk daerah seluas 2
Km
2
didapat 606.520.712 cut dengan lokasi di daerah Kalimantan Timur. Pada tahun 2008 dilakukan penyelidikan di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan,
dimana di dapatkan 5.164.389,763 cut untuk wilayah seluas 5 km
2
di Kalsel dan 9.113.064 cut gas untuk daerah seluas 2 km
2
di Sumatera Selatan. Tahun 2009, hasil penyelidikan di Tanjung Enim, Sumatera selatan diperoleh sumber daya
CBM sebesar 730.479.997 Cut; dan daerah Sawah Lunto, Sumatera Barat diper- olegh sumber daya sebesar. 978.212.000 Cut. Bila dilihat dari hasil yang di capai,
terlihat adanya kenaikan sumberdaya di berbagai komodii, untuk itu maka perlu di usulkan agar dilakukan kegiatan yang lebih intensif lagi terutama untuk Bitu-
men Padat dan CBM, karena data penyebaran komodii ini masih sedikit sekali Tabel 2.2.
Indonesia memiliki potensi mineral logam strategis: emas, perak tembaga, Ni- kel, imah, bijih besi, bauksit, mangan dan pasir besi. Status sumber daya mineral
logam strategis tahun 2008 yaitu: emas primer sebesar 4.277 ton dan cadangan sebesar 4.513 ton; imah sebesar 629.100 ton dan cadangan sebesar 442.763
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00
2005 2006 2007 2008 2009
6,779 9,816
11,22911,41511,417
Mily ar T
on
Sumber Daya
Gambar 2.9 Status Sumber Daya Bitumen Padat 2005 – 2009.
18 19
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
ton; tembaga sebesar 68.776.529 ton dan cadangan sebesar 44.172.245 ton; bijih besi primer sebesar 381.107.205 ton dan cadangan sebesar 2.216.105 ton;
bijih pasir besi sebesar 1.014.797.846 ton dan cadangan sebesar 4.732.000 ton; bijih bauksit sebesar 626.617.510 ton dan cadangan sebesar 161.603.547
ton; bijih mangan sebesar 10.620.006 ton dan cadangan sebesar 938.240 ton; bijih nikel sebesar 1.716.547.777 ton dan cadangan sebesar 555.110.009 ton.
Perkembangan sumber daya mineral logam mulai tahun 2005 – 2008 secara umum idak menunjukkan kenaikan yang signiikan, kecuali hanya pada beber-
apa komodii seperi: pasir besi, imah dan Nikel, yang dapat disajikan dalam Gambar 2.10. Perkembangan sumber daya mineral Non logam status tahun
2005 -2008 untuk komodii strategis dapat dijelaskan pada Gambar 2.11 sd Gambar 2.13.
Bedasarkan data geologi, Indonesia mempunyai cadangan sumber daya be- berapa jenis mineral andalan yang sangat diperlukan sebagai komodii interna-
sional, yaitu imah, nikel, batubara, emas, tembaga, besi di samping cadangan minyak dan gas di sejumlah lebih dari 60 cekungan. Beberapa di antara mineral
itu tergolong sebagai sumber daya kelas dunia seperi imah 8 cadangan dunia, nikel 14, tembaga 5, batubara 2, gas bumi 2 dan minyak
bumi 1. Perlu diketahui bahwa jumlah cadangan sumber daya ini akan naik bilamana dilakukan eksplorasi lebih mendalam dan akan tetap berimbang wa-
laupun dieksploiir bilamana selalu dilakukan eksplorasi baru. Kondisi geolo- gi Indonesia sangat mendukung favorable bagi terdapatnya mineral-mineral
No DaerahLokasi
Tahun Sumber daya Hipoteik
Rata-rata Methane
Content Cutton
Batubara ton Methane
Cut
1 Loa Lepu Kalim
2006 191,726,612
150,711,520 0.7861
2 Buana Jaya Kalim
2007 534,261,545
606,588,270 1.1354
3 Tanah Bumbu Kalsel
2008 112,733,226
402,255,325 3.5682
4 Tamiang Sumsel
2008 31,792,000
9,114,082 0.2867
5 Tanjung Enim Sumsel
2009 7.333.777
730,479,997 99.6153
6 Ombilin Sumbar
2009 5.200.000
978,212,000 188.31
Tabel 2.2 Hasil Kegiatan Penyelidikan CBM 2006 – 2009
Gambar 2.10 Perkembangan Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam 2005-2008
20 21
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
Gambar 2.11 Perkembangan Neraca Sumber Daya Bahan Baku Semen 2005 – 2008.
Gambar 2.12 Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Bangunan 2005-2008.
andalan tersebut. Angka-angka cadangan secara lebih rinci dapat dilihat pada sub bab sumber daya. Posisi Indonesia saat ini merupakan eksporir gas alam
nomor satu di dunia, produsen imah nomor dua di dunia, eksporir batubara keiga dunia, produsen tembaga keiga dunia, produsen nikel kelima dunia dan
produsen emas ketujuh di dunia.
Sumber daya sebagai suatu potensi harus dikelola secara efekif, terencana dan sinergis. Sebuah organisasi yang sukses akan mampu mengelola sumber
Gambar 2.13 Perkembangan Neraca Sumberdaya Bahan Galian Keramik dan Industri.
22 23
Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare
daya yang dimiliki sebagai suatu kegiatan berkelanjutan, tanpa heni dan mer- upakan kegiatan yang menantang. Berbagai cara dan kreaiitas dalam menge-
lola sumber daya harus dipandang sebagai suatu tantangan untuk terus maju dan berkembang. Kreaiitas ini membutuhkan energi besar untuk menciptakan
kesuksesan organisasi.
Sumber daya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sebagai penopang sistem kehidupan. Sumber daya alam selama ini telah
terbuki mampu memberikan sumbangan bagi devisa negara, sumber bahan baku industri, sumber energi dan lain sebagainya. Penyebaran sumber daya mi-
gas, panas bumi dan mineral sebagai sumber daya geologi dikontrol oleh kondi- si-kondisi geologi. Peran dan fungsi geologi dalam eksplorasi sumber daya ini san-
gat menentukan untuk menjamin ketersediaan pasokannya. Data dan informasi
geologi yang makin meningkat akibat penyelidikan sumber daya mineral, panas bumi dan migas di Indonesia menjadikan pengetahuan geologi adalah sumber
pening tentang penyebaran sumber daya ini, karena penyebaran sumber daya ini idak merata tapi mengikui tatanan geologi tertentu. Sebagai contoh bijih
mineral hanya terdapat pada jalur sebaran batuan ultra basa.
Pengetahuan geologi yang menyeluruh seperi pemetaan geologi maupun peta temaik merupakan potensi yang menentukan faktor-faktor geologi dalam
mengontrol kejadian dan penyebaran sumber daya mineral, panas bumi dan mi- gas. Pemetaan ini merupakan modal dasar bagi pelaksanaan eksplorasi sumber
daya geologi. Lebih dari seratus tahun sumber daya geologi telah memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.
Indonesia yang terletak di suatu kawasan tempat bertemunya iga lempeng besar dunia, memiliki keunikan dan kekayaan tersendiri. Selain kekayaan migas,
panas bumi dan mineral yang sangat berlimpah, tempat yang unik ini juga me- nimbulkan banyak konsep pening dalam geologi berkembang dan diujicobakan
di Indonesia, hal ini mengundang minat investor asing. Konsep-konsep ini ter- buki sangat membantu dalam eksplorasi sumber daya migas, panas bumi dan
mineral.
Beberapa bagian peneliian berkenaan dengan batubara dan minyak bumi yang belum tergarap sepenuhnya saat ini adalah kajian zonasi daerah potensi
batubara untuk tambang dalam, kajian potensi endapan gambut Indonesia ber- dasarkan aspek lingkungan, kajian awal potensi
source rock hidrokarbon, kajian potensi
gas methane dalam batubara, kajian potensi gas methan, kajian potensi endapan batubara Indonesia untuk batubara cair liquiied coal. Selain itu, in-
ventarisasi batubara marginal, inventarisasi gambut, inventarisasi bitumen pa- dat, survei pendahuluan bitumen, inventarisasi kandungan minyak dalam enda-
pan bitumen, pengukuran kandungan gas dalam lapisan batubara di wilayah eksplorasi masih memerlukan indak lanjut.
2.2. Air Tanah, Lingkungan Geologi dan Penataan Ruang