Cakupan dan Ruang Lingkup Landasan Hukum

2 3 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare apa tempat proses sedimentasi dan pelapukan batuan serta proses lateriisasi menyebabkan terjadinya proses pengayaan mineral. Dengan terjadinya proses pengangkatan dan perlipatan pada batuan pembawa mineral tersebut, beber- apa sumber daya mineral yang potensial tersebut tersingkap pada permukaan. Dalam upaya mengungkapkan kekayaan sumber daya kebumian tersebut di- atas, Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah melaksanakan secara intensif penyelidikan umum, dan ek- splorasi untuk menginventarisasikan potensi mineral, batubara dan minyak bumi di berbagai wilayah. Salah satu kendala yang dijumpai saat ini antara lain adalah belum terinte- grasinya pengungkapan secara nasional potensi sumber daya geologi. Secara kelembagaan kendala yang dijumpai adalah dijumpainya banyak kerancuan yang menyangkut kewenangan berbagai instansi yang menangani hal-hal yang ber- hubungan dengan sumber daya geologi. Contoh lain yang menjadi kendala pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya geologi adalah dalam kaitannya dengan peruntukan kawasan per- tambangan sebagai implementasi UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penata- an Ruang. Delineasi daerah potensi sumber daya geologi agak sulit ditentukan batas-batasnya sebelum dilakukan kegiatan eksplorasi untuk mengetahui lokasi dan pola penyebaran sumbernya. Pengembangan sumber daya geologi yang po- tensial tersebut menjadi lebih krusial akibat terbitnya Undang Undang Nomor 41 tahun 1999 Tentang Kehutanan, yang melarang kegiatan penambangan terbuka di daerah hutan lindung. Meskipun tujuan Undang Undang tersebut adalah un- tuk meminimalisir ingkat kerusakan kawasan hutan khususnya pada hutan lind- ung, tetapi hal tersebut kontradikif dengan pola penyebaran mineral terutama mineral logam yang secara alamiah umumnya menempai daerah bertopograi inggi dengan kelerengan yang terjal. Dalam kenyataannya daerah-daerah terse- but sebagian besar sudah ditetapkan sebagai hutan lindung, sehingga kegiatan eksplorasi bahkan ideniikasi sumber daya mineralpun sulit dilakukan. Yang tak kalah peningnya adalah dalam kaitannya dengan kegiatan penyeli- dikan pada cekungan geologi Tersier yaitu cekungan yang diideniikasi mengand- ung cadangan minyak dan gas bumi, dengan kategori cadangan terbuki proven reserve ataupun yang baru bersifat potensi potenial reserve. Peranan infor- masi geologi untuk mengideniikasi cekungan migas tersebut menjadi sangat pening dan bersifat strategis, karena dengan meningkatkan kegiatan eksplor- asi maka memberikan peluang lebih banyak minyak dan gas bumi yang dapat diambil di wilayah Indonesia. Sifat strategis tersebut terutama jika wilayah yang potensial tersebut terletak di daerah fronier atau wilayah yang berbatasan den- gan negara lain, karena sifat penyebaran cekungan minyak yang idak mengenai batas wilayah negara.

1. 2. Maksud dan Tujuan

Road Map Badan Geologi adalah dokumen perencanaan Badan Geologi yang merupakan penjabaran dari RPJP 2005 – 2025 ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman peran geologi di masa mendatang. Adapun tujuan 1. Meningkatnya pemahaman geologi, serta penggunaan data dan informasi dasar geologi dalam aplikasi geologi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, dan miigasi bencana; 2. Meningkatnya penggunaan data dan informasi sumber daya geologi da- lam upaya peningkatan kesejahteraan, ketahanan dan daya saing ekonomi berbasis sumber daya mineral dan energi; 3. Meningkatnya kualitas miigasi bencana gunungapi dan gerakan tanah, serta kontribusi geologi untuk miigasi bencana lainnya guna penguran- gan korban jiwa akibat bencana alam; 4. Meningkatnya penggunaan data dan informasi lingkungan geologi dalam penataan ruang, peningkatan kualitas dan perlindungan lingkungan, dan penyediaan air bersih; 5. Meningkatkan kinerja dan akuntabilitas kelembagaan peneliian dan pe- layanan bidang geologi. Tujuan tersebut mengalir menjadi produk-produk untuk mendukung kebutu- han nasional dalam rangka meningkatkan daya saing dan mewujudkan kemandi- rian bangsa.

1.3. Cakupan dan Ruang Lingkup

Roadmap Badan Geologi mencakup 4 bidang prioritas, kebencanaan men- cakup 5 lima bidang prioritas nasional dalam, mewujudkan “Percepatan Per- 4 5 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare tumbuhan Ekonomi melalui Pemantapan Tata Kelola dan Sinergi Pusat dan Dae- rah untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”, yaitu: a Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola b Ketahanan Pangan c Infrastruktur d Energi e Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana Ruang lingkup penyusunan, Aspek Sumber Daya Geologi mencakup aspek-as- pek sebagai berikut : • Ideniikasi, analisis dan evaluasi permasalahan yang berkaitan dengan pe- ngelolaan, pengembangan, pemanfaatan sumber daya geologi saat ini serta melakukan prediksi pengelolaan sumber daya geologi dimasa mendatang. • Penyusunan rekomendasi tentang pengelolaan bidang geologi secara na- sional berdasarkan pendekatan aspek sumber daya geologi, agar peman- faatan sumber daya geologi untuk kesejahteraan masyarakat dan konserva- si lingkungan lebih opimal. • Ideniikasi indakan dan upaya, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, agar pengelolaan kegeologian nasional terutama yang menyang- kut bidang sumber daya geologi menjadi lebih opimal berdasarkan analisis dan evaluasi kondisi saat ini. Ideniikasi tersebut ditekankan pada perma- salahan atau isu-isu yang dihadapi berkenaan dengan kebijakan dan kelem- bagaan. • Perumusan strategi dalam perencanaan peneliian, pengembangan dan pe- layanan bidang kegeologian secara nasional agar kinerja dalam pengelolaan sumber daya geologi meningkat .

1.4. Landasan Hukum

Saat ini tugas dan fungsi kegeologian yang utama diemban oleh Badan Geolo- gi berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Kepmen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementeri- an ESDM. Keberadaan Kepmen SDM Nomor 0030 Tahun 2005 tersebut pada dasarnya merupakan indak lanjut dari Pasal 4 ayat 1 dan Pasal 17 Undang-Un- dang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Masing-masing berturut berkenaan dengan kekuasaan pemerintahan negara dan kementerian negara. Terbitnya sejumlah undang-undang UU di ingkat nasional, baik langsung maupun idak langsung, memberikan mandat pelaksanaan kegiatan kepada lem- baga pemerintah pelaksana utama kegeologian, baik saat ini maupun ke depan. Lembaga pemerintah yang dimaksud pada saat ini adalah Badan Geologi dibawah Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral KESDM. Selain itu, banyak isu stra- tegis Nasional terkait bidang kegeologian muncul sebagai implikasi dari diterbit- kannya UU tersebut. Mandat yang lahir dari sejumlah UU itu juga akan mempe- ngaruhi perkembangan kebijakan, strategi dan program pada Badan Geologi. UU termaksud ada yang berkaitan dengan substansi teknis kegeologian dan ada pula yang berkaitan dengan aspek tatalaksana kepemerintahan. Dibawah ini UU yang memberikan mandat berkaitan dengan subtansi teknis kegeologian: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Undang-undang ini memberikan mandat untuk: • Melakukan perlindungan dan pengamanan benda alam yang di anggap mempunyai nilai pening bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. keunikan batuan dan fosil, bentang alam. 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, mem- berikan mandat untuk: • Melakukan survei umum untuk memperkirakan letak dan • potensi sumber daya minyak dan gas bumi • Melakukan pengelolaan data dan informasi hasil kegiatan survei dan pemetaan geologi, geoisika dan geokimia • Melakukan evaluasi joint study dalam penyiapan wilayah kerja 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, memberikan mandat untuk: • Melakukan inventarisasi, penyelidikan pendahuluan dan eksplorasi panas bumi • Menyusun rancangan wilayah kerja pengusahaan panas bumi 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air memberikan mandat untuk: • Menyusun Peta Batas Cekungan Air Tanah CAT 6 7 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare • Menyusun pedoman terkait pengelolaan, penyelidikan, peneliian, ek- splorasi dan evaluasi data • Melakukan inventarisasi dan pengelolaan air bawah tanah pada CAT lintas propinsi dan lintas negara • Melakukan pemantauan pelaksanaan pengelolaan air tanah lintas propin- si dan lintas negara • Menetapkan daerah konservasi dan daerah pemanfaatan air tanah 5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana memberikan mandat untuk: • Melakukan pemantauan, kajian, penetapan status akivitas dan penyebaran informasi • Melakukan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana • Melakukan miigasi bencana 6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberi- kan mandat: • Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan lindung geolo- gi • Menyusun rancangan Permen tentang penetapan kawasan rawan ben- cana geologi • Menyusun rancangan Permen tentang kawasan imbuhan air tanah • Menyusun rancangan Permen tentang kriteria teknis kawasan • peruntukan pertambangan 7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi memberikan mandat: • Melakukan inventarisasi sumber daya energi • Konservasi sumber daya energi 8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara memberikan mandat untuk: • Melakukan inventarisasi, penyelidikan, peneliian, dan eksplorasi sumber daya mineral dan batubara • Menyiapkan rancangan Wilayah Pertambangan WP yang melipui Wilayah Usaha Pertambangan WUP, Wilayah Pencadangan Nasional WPN, dan Wilayah Pertambangan Rakyat WPR untuk Tata Ruang Na- sional. 9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan memberi- kan mandat untuk: • Inventarisasi objek wisata alam dan pengembangan desinasi wisata pengembangan Museum Geologi dan deliniasi potensi kawasan wisata alam geologi 10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelo- laan Lingkungan Hidup memberikan mandat untuk: • Penetapan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pe- manfaatan informasi geologi • Penetapan wilayah ekoregion pemanfaatan informasi geologi Adapun UU yang memberikan implikasi atau mandat terhadap aspek tatalak- sana kepemerintahan lembaga Pemerintah bidang geologi diantaranya adalah: 1 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan peraturan dibawahnya, yaitu Peraturan Pemerintah PP Nomor 20 Tahun 2004, dan PP Nomor 21 Tahun 2008; 3 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, berikut peraturan dibawahnya PP Nomor 60 Tahun 2008; 4 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan peraturan dibawahnya; 5 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Undang-undang adalah dinamis yang berari dapat saja berubah meski peri- ode perubahannya memerlukan waktu tahunan. Implikasinya adalah mandat UU untuk bidang geologi sebagaimana tersebut diatas juga dapat berubah. Na- mun demikian, mandat yang muncul saat ini bagi bidang geologi sebagai imp- likasi dari UU yang ada juga akan menentukan peta perjalanan pembangunan bidang geologi ke depan, minimal 5 sampai dengan 10 tahun ke depan. 8 9 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare

BAB II KONDISI SAAT INI DAN MODAL DASAR

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025, selanjut- nya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasi- onal periode 20 dua puluh tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa pemerintah, masyarakat, dan dunia us- aha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakai bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinaif, dan saling me- lengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola indak. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: a men- dukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan na- sional, b menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, c menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perenca- naan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, d menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara eisien, efekif, berkeadilan dan berkelanju- tan, dan e mengopimalkan parisipasi masyarakat. Mengacu kepada tujuan RPJP Nasional tersebut, peran geologi terkait dengan integrasi dan sinkronisasi antar ruang dan penggunaan sumber daya secara eisien, efekif, sinergis dan berkelanjutan. Peranan data dan informasi geologi dalam Pembangunan Nasional dapat dikelompokkan dalam 1 Mineral Ekonomi energi, bahan logam dan industri, bahan bangunan yang merupakan komodii 2 Lingkungan dan ekosistem dan 3 Tata ruang dan kebencanaan. Berkenaan dengan kegunaan data geologi un- tuk mineral ekonomi yang menghasilkan komodii yang semakin hari semakin pening baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri sudah sangat jelas dan idak perlu dibahas lebih lanjut. Akan tetapi yang perlu ditekankan ada- lah bahwa peranannya dalam menetapkan strategi nasional mineral yang dapat menjamin ketersediaan mineral khususnya untuk jangka panjang 20 tahun dan seterusnya. Data dan informasi geologi akan sangat menentukan bentuk strate- gi jangka panjang tersebut. Sebagai contoh pemanfaatan batubara yang mem- punyai cadangan cukup untuk 400 tahun perlu diatur sejak awal apakah akan diekspor tanpa batas atau perlu pengendalian, serta wilayah mana yang harus dikendalikan sebagai cadangan negara. Peranan data dan informasi geologi dalam pembangunan lingkungan dan ekosistem serta tata ruang dan kebencanaan tercakup sebagai dasar bagi pe- nataan kawasan. Penataan kawasan atau ruang merupakan bagian dari kebija- kan pembangunan nasional untuk pemenuhan kesejahteraan rakyat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memerlukan perencanaan kawasan dan ruang secara menyeluruh, melipui aspek-aspek ke- manusiaan, sumber daya alam, geologi, ekonomi, sosial poliik, pertahanan kea- manan dan lingkungan hidup. Geologi berperan dalam masalah bencana geologi, pemetaan dalam perencanaan tata ruang yang terkait dengan cebakan mineral, bahan galian, tanah untuk pertanian dan lain sebagainya. Geologi juga memberikan ideniikasi berbagai potensi dan ancaman bahaya bagi pembangunan seperi lokasi bendungan, kawasan pemukiman, potensi en- ergi, pemanfaatan lahan sebagai tempat bertumpunya bangunan-bangunan be- rat. Berkaitan dengan sumber daya air, geologi menentukan air permukaan, air tanah, air bawah tanah, pola aliran air sungai, daerah aliran sungai DAS, akuifer, kawasan resapan, daur hidrologi, struktur geologi permukaan dan bawah per- mukaan. Geologi juga terkait erat dengan penentuan ruang terbuka yang kemu- dian dapat berfungsi sebagai kawasan konservasi, kawasan resapan air, kawasan pelestarian ekosistem, cagar budaya atau kawasan lindung.

2.1. Sumber Daya Geologi

Data, informasi, referensi, dan pengalaman geologi akan menjadi modal uta- ma untuk meneruskan pembangunan dalam bidang sumber daya migas, panas bumi, dan mineral pada Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Produksi minyak Indonesia yang cenderung terus menurun umumnya dihasil-