Kegunungapian dan Miigasi Bencana Geologi

28 29 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare • Penyelidikan geologi teknik wilayah strategis 91 lokasi • Pembahasankonijensi Raperpres dan Raperda Rencana Tata Ruang 42 lokasi, melipui: RTR PulauKepulauan 9 lokasi, RTR Kawasan Strategis Nasional 9 lokasi, RTRW Provinsi 9 lokasi, RTRW KabupatenKota 15 lokasi • Stock Taking pemanfaatan lahan dan peraturan perundangan lintas sektor Dalam seiap penyelenggaraan sosialisasi di daerah, antara lain di Padang, Denpasar, Mataram dan Jakarta, Badan Geologi selalu diundang untuk dijadikan sebagai nara sumber untuk menjelaskan dan sekaligus menjawab permasalah- an penataan ruang yang terkait dengan sektor ESDM. Demikian pula dalam ra- pat-rapat pembahasan RTR PulauKepulauan, revisi RTRW ProvinsiKabupaten Kota dan Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional. Selain itu, dalam rangka penyamaan persepsi terhadap permasalahan sub sektor ESDM terkait dengan perencanaan tata ruang, Badan Geologi telah berinisiaif untuk mengadakan rapat pembahasan dengan beberapa kali men- gundang seluruh Unit Eselon I terkait di lingkungan Departemen ESDM. Rapat pembahasan tersebut menghasilkan kesepakatan berupa penghimpunan data masing-masing sub sektor untuk diserahkan kepada Badan Geologi yang selan- jutkan akan diserahkan kepada Departemen Pekerjaan Umum selaku Koordina- tor bidang teknis BKPRN sebagai bahan masukan dalam penetapan tata ruang sektor ESDM untuk RTR PulauKepulauan dan RTRW Provinsi KabupatenKota. Data-data tersebut berupa: • Sebaran cekungan Migas, Wilayah Kerja Migas dan jaringan transmisi dan distribusi gas bumi nasional termasuk lokasi kilang minyak; • Jaringan transmisi, tower dan pembangkit tenaga listrik; • Wilayah Kontrak Karya, Kuasa Pertambangan, PKP2B dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi; • Sebaran potensi sumber daya mineral, batubara dan panas bumi; • Sebaran Kawasan Lindung Geologi kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindun- gan terhadap air tanah. Rapat pembahasan lintas Unit tersebut juga telah menghasilkan suatu persa- maan persepsikesepahaman yang sangat paning, yaitu mengenai kesetaraan antara Kawasan Peruntukan Pertambangan KPP menurut PP No. 26 Tahun 2008 dengan Wilayah Usaha Pertambangan WUP menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pembahasan tersebut juga men- yamakan persepsi tentang kesetaraan antara KPP dengan cekungan migas dan panas bumi.

2.3. Kegunungapian dan Miigasi Bencana Geologi

Indonesia merupakan wilayah dengan frekuensi kejadian bencana geologi inggi, sehingga diperlukan upaya miigasi untuk mengurangi resiko akibat ben- cana berupa kehilangan jiwa dan harta benda. Pengurangan resiko akibat ben- cana telah menjadi program MDG’s dan UNDP di Indonesia, termasuk pengu- rangan resiko akibat bencana geologi berupa letusan gunungapi, gempabumi dan tsunami, dan tanah longsor. Bidang geologi akan senaniasa dituntut un- tuk memberikan kontribusi pening dalam pengurangan resiko akibat bencana geologi. Wilayah Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia, Lem- peng Indo-Australia, Pasiik dan Eurasia. Sebagai konsekuensinya, wilayah ini memiliki tataan geologi yang kompleks dan dinamis. Berbagai potensi, baik yang bersifat menguntungkan berupa sumber daya energi dan mineral ataupun yang bersifat merugikan seperi gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi dan gera- kan tanah terjadi di kawasan ini. Kondisi tersebut menjadikan pengelolaan geolo- gi wilayah Indonesia strategis dalam pembangunan nasional. Potensi bahaya ini tercermin pada peta kawasan rawan bencana gunungapi, gempa bumi, tsunami dan zona kerentanan gerakan tanah. Kondisi ini memerlukan penanganan mii- gasi bencana yang koninyu, sebelum, saat dan setelah kejadian bencana, guna pencapaian pengurangan risiko bencana. Hyogo Framework for Acion Conference 2005 tentang Pengurangan Risiko Bencana menjadi salah satu dasar rencana aksi miigasi bencana geologi, kerang- ka aksi Hyogo mempunyai tujuan membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap risiko bencana. Konferensi mengadopsi lima prioritas aksi, yaitu: • Memasikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya; 30 31 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare • Mengideniikasi, mengkaji dan memonitor risiko-risiko bencana dan meningkatkan peringatan dini; • Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua ingkat; • Mengurangi faktor-faktor risiko yang mendasar; • Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons yang efekif di semua ingkat. Masyarakat berhak mendapat perlindungan dari ancaman bencana, namun penanganan bencana bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melain- kan menjadi tanggung jawab bersama. Beriik tolak dari hal tersebut di atas, maka saat ini penanganan bencana idak lagi menekankan pada tanggap darurat saja, tetapi pada keseluruhan tahapan manajemen bencana yang melipui sebe- lum, pada saat dan pasca bencana. Pembangunan yang berkembang pesat termasuk pengembangan pariwisata dan disertai peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Pemukiman dan akivitas penduduk serta obyek vitalstrategis yang ter- letak di kawasan rawan bencana geologis mengakibatkan peningkatan risiko ben- cana. Kajian Risiko Bencana di daerah rawan bencana belum dilakukan secara maksimal, sedangkan Indonesia merupakan negara rawan bencana geologis. Hal ini berdasarkan data, seiap tahun kejadian bencana gerakan tanah lebih dari 75 kali, gempa bumi berkisar antara 5 – 12 kali, gunungapi meletus atau pening- katan kegiatannya lebih dari 10 kali. Sementara bencana tsunami terjadi 2 kali dalam 5 tahun terakhir. Pemerintah Daerah belum memprioritaskan miigasi bencana dalam kegia- tan pembangunan sesuai UU nomor 24 tahun 2007 dan UU nomor 26 tahun 2007 dan masih kurangnya peran akif dan pemahaman masyarakat terhadap miigasi bencana geologis. Di lain pihak tuntutan masyarakat dan Pemerintah Daerah akan informasi kebencanaan geologis yang cepat dan akurat. Koordinasi dalam penanganan bencana adalah hal yang harus dilakukan mengingat, bahwa miigasi bencana merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Koordinasi ini sampai sekarang masih belum terlaksana secara opi- mal, karena kurangnya peran akif dan rendahnya pemahaman masyarakat serta keterlibatan instansi penangan bencana di daerah. Pengembangan teknologi dan peningkatan sumber daya manusia dalam pen- anganan bencana memerlukan kerjasama teknik antar instansi baik dalam mau- pun luar negeri. Kerjasama yang sudah terjalin saat ini dalam bidang penanganan bencana geologi antara lain: Perguruan Tinggi ITB, UNPAD, UPI, UGM, UNBRAW, UNDIP, USU, LIPI, BNPB, BSN, RISTEK, BMKG, LAPAN, BAKOSURTANAL, DEPSOS, DEPDAGRI, DEPHUB, PEMDA, TNI, POLRI, dan LSM. Kerja sama Luar Negeri an- tara lain dengan Amerika Serikat USGS, Australia BOM dan GA, Jepang JICA JST, DPRIKyoto University, GSJ, Belgia ULB, Italia, Jerman GeoRisk, MEE MIA- VITA, Singapura NTU - EOS, Prancis, CCOP. Hingga awal tahun 2010 dari sebanyak 77 gunungapi ipe A baru 62 gunun- gapi yang sudah dipantau dengan peralatan. Sementara itu, telah pula dilaku- kan pemanfaatan teknologi VSAT pada 14 gunungapi; dan pelaksanaan region- al center untuk monitoring gunungapi dilaksanakan pada 6 wilayah gunungapi. Sementara itu, pembangunan yang berkembang pesat dan peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan di kawasan rawan bencana geologis mengakibatkan peningkatan risiko bencana. Ringkasan hasil-hasil kegia- tan secara umum disajikan seperi pada tabel di bawah ini:  Peta Geologi Gunungapi  11 Gunungapi pada saat ini sudah dipetakan sebanyak 67 dari 72 Gunungapi atau 93  33 sudah dipublikasikan  Tahun 2011 selesai  Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi  41 Gunungapi pada saat ini sudah terselesaikan sebanyak 67 dari 72 gunungapi atau 93  57 sudah dipublikasikan  Tahun 2011 selesai  Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah  36 Peta skala regional sudah selesai dalam bentuk Atlas  Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi  7 Peta sudah terselesaikan dari 33 skala provinsi 2006 sd 2009  Tahun 2014 selesai  Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami  4 Peta sudah terselesaikan dari 22 provinsi yang rawan tsunami  Tahun 2014 selesai  Pengkajian Miigasi Bencana Geologi G. Merapi  45 Kegiatan  Perekayasaan Peralatan  9 Paket Tabel 2.4 Ringkasan hasil-hasil kegiatan kegunungapian dan miigasi bencana geologi 32 33 Road Map Badan Geologi 2010-2025 Geology for Security and Welfare  Sistem Peringatan Dini Gunungapi  Data akiitas dari 33 gunungapi yang dipantau dari 10 Regional Center ditelemetrikan secara real ime ke Kantor PVMBG di Bandung sudah selesai  Tanggap Darurat Gunungapi  60 Gunungapi  Tanggap Darurat Gempabumi  55 Kejadian  Tanggap Darurat Gerakan Tanah  200 Kejadian  Peringatan Dini Gerakan Tanah  60 Peringatan dini gerakan tanah yg disampaikan ke 24 provinsi  Sosialisasi Bencana Geologi  70 Kegiatan  Pelaihan Kebencanaan  1 Kegiatan 2009  Buku Kebencanaan Geologi untuk TK, SD, SMP  8 Buku 2009 w  Penyusunan Rencana Konijensi  6 Kegiatan 2008-2009

2.4. Geosain dan Geo-Informasi