Landasan Teori Analisis Usaha Valued Added Pengalengan Ikan Cunang Renang (Muarenesox Talabon) Di Kota Tanjung Balai

dikembangkan suatu kerja sama, baik antara investor dengan penagkap dan pengumpul, antara investor dengan pembudi daya, maupun antarsemua pihak dengan pemerintah sebagai penyandang dana, melalui program pemberian kredit Evy ,dan Endang, 2001. Salah satu penyebab meningkatnya devisa negara yaitu meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2006, komoditas non migas ikan memberikan kontribusi tertinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan sangat tinggi di beberapa negara, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Juni 2006 mencapai 825,5 juta dolar AS. Nilai tersebut mengalami peningakatan periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 759,2 juta dolar AS. Keadaan ekspor tersebut mengambarkan sangat tingginya permintaan dunia terhadap komoditas perikanan Indonesia. Namun, kurangnya bahan baku membuat Indonesia tidak memenuhi semua permintaan Afrianto dan Evi,1989.

2.3. Landasan Teori

Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar dapat menjadi salah satu andalan pemasok bahan pangan sekaligus sumber pendapatan devisa melalui ekspor. Meskipun demekian, potensi tersebut belum memanfaatkan secara optimal, terutama disebabkan oleh lemahnya sisi pengawetan, pengolahan, dan pemasaran. Pemasalahan yang dihadapi terutama adalah tidak akuratnya sumber daya, ketidakpastian bahan mentah dan tidak berjalannya sistem industri penggalengan ikan yang ada didaerah tersebut Pusat Riset Perikanan Budidaya,2000. Universitas Sumatera Utara Perikanan merupakan salah satu ekspor pembangunan yang memberikan pendapatan devisa yang tidak kecil. Walaupun beberapa komoditas perikanan seperti rumput laut, kerapu, udang, memberikan prospek bisnis yang menguntungkan, industri pengolahan belum memberikan kontribusi nilai tambah yang semestinya dalam pembangunan nasional. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62 ternyata tidak diimbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, dan kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik di pasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah. Sudrajat,2008. Strategi pengembangan perikanan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis, merupakan suatu upaya sangat penting untuk mencapai tujuan, yaitu : 1. Menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor perikanan. 2. Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel. 3. Menciptakan nilai tambah. 4. Menciptakan penerimaan devisa. 5. Menciptakan lapangan kerja. Agroindustri adalah pengolahan hasil dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari sub sistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian Soekartawi a,1993. Universitas Sumatera Utara Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki keunggulan komparatif sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama dan kompetitif segmen pasar dan diferensiasi produk. Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain : 1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian. 2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian. 3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. 4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian. 5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. Muzhar, 1994. Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut : 1. Meningkatkan Nilai Tambah Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain. Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Universitas Sumatera Utara 2. Kualitas Hasil Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri. 3. Penyerapan Tenaga Kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan. 4. Meningkatkan keterampilan Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar. 5. Peningkatan Pendapatan Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. Soekartawi b, 1999. Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai Universitas Sumatera Utara tambah merupakan sejumlah nilai jasa return terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen Suryana, 1990. Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan biaya. Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil Wasis, 1992. Biaya dalam suatu usaha dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost. Biaya tetap fixed cost didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Disisi lain biaya tidak tetap variable cost didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh Soekartawi c, 1995 Dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap variable cost dapat diperoleh penerimaan dan pendapatan suatu usaha. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi Samuelson, 2001. Keberhasilan industri pada masa yang akan datang sangat tergantung pada pengembangan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan potensi yang sangat besar di dalam negeri Sumarsono, 2003. Universitas Sumatera Utara Kebijaksanaan ketenagakerjaan diarahkan kepada perluasan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Disamping adanya peningkatan produksi juga dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan, karena adanya perluasan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan Sumarsono, 2003. Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan target hasil yang direncanakan atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda terhadap tenaga kerja, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi Simanjuntak, 1998. Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula. Karenanya perluasan kesempatan kerja merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial untuk bisa tumbuh secara otomatis dan terus- menerus Sagir, 1992 Universitas Sumatera Utara Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaanusaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaanusaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Empat kategori tersebut adalah : 1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang. 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang. 3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. 4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001. Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Jika produksi besar, tetapi tidak memiliki sasaran pasar maka hasil produksi tidak akan bisa terjual.Oleh karena itu, sebelum melangkah ke usaha produksi, sebaiknya pengusaha perikanan berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pasar sebaiknya dapat dianalisis secara akurat. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap terhadap hal ini agar tidak terjadi permasalahan Tim Penulis Penebar Swadaya,2008. Keuntungan dari adanya pengalengan hasil dari perikanan adalah melakukan ekspor karena Cunang renang bisa dijual di pasar domestik maupun pasar internasional, Hal ini karena Cunang renang adalah salah satu bahan makanan yang setiap hari dikonsumsi mansyarakat sebagai lauk-pauk. Jumlah permintaan pasarnya di pasar domestik maupun pasar internasional sangat tinggi Sarwono,2003. Universitas Sumatera Utara Di pasar Internasional, permintaan ikan Cunang renang sangat tinggi, sedangkan pasokannya masih rendah, kondisi ini sangat menguntungkan karena harga yang ditawarkan tinggi, Jepang menjadi tujuan ekspor ikan Cunang renang Indonesia, tetapi Negara itu juga merupakan negara penghasil ikan Cunang renang di dunia yang terbesar. Membudidayakan ikan Cunang renang merupakan bisnis yang menguntungkan karena selisih antara pendapatan dengan biaya produksi sangat tinggi atau dengan kata lain menguntungkan. Keuntungan ini diperoleh dari harga ikan Cunang renang yang cukup tinggi dan biaya yang dikeluarkan bisa ditekan serendah mungkin. Tahun 2006, harga ikan Cunang renang konsumsi ukuran 110- 120 Gram di pasar domestik dapat mencapai Rp 60.000Kg dengan biaya produksi rata-rata Rp 40.000Kg. Keuntungan ini akan semakin berlipat dalam bila dijual ke pasar internasional mencapai 14 U atau Rp 130.000.000Kg. Terlebih lagi bila skala usaha semakin ditingkatkan dan manajemennya diatur dengan baik Sasongko,2007.

2.4. Kerangka Pemikiran