Analisis Usaha Valued Added Pengalengan Ikan Cunang Renang (Muarenesox Talabon) Di Kota Tanjung Balai

(1)

ANALISIS VALUE ADDED USAHA PENGALENGAN IKAN CUNANG RENANG (Muarenesox talabon) DI KOTA TANJUNG BALAI

SKRIPSI

OLEH

MAYA AGUSTINA TANJUNG

050304066

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

ANALISIS VALUE ADDED USAHA PENGALENGAN IKAN CUNANG RENANG (Muarenesox talabon) DI KOTA TANJUNG BALAI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh

Maya Agustina Tanjung

050304066

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan

Judul :

ANALISIS VALUE ADDED USAHA PENGALENGAN IKAN

CUNANG RENANG (Muarenesox Talabon) DI KOTA TANJUNG

BALAI

Nama : Maya Agustina Tanjung

Nim : 050304066

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc) (Ir. Luhut Sihombing, MP)

NIP : 131 177 416 NIP : 132 055 055

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis

(Ir. Luhut Sihombing, MP)


(4)

RINGKASAN

Maya Agustina Tanjung (050304066) dengan judul skripsi ANALISIS USAHA VALUED ADDED PENGALENGAN IKAN CUNANG RENANG (Muarenesox Talabon) DI KOTA TANJUNG BALAI Penulisan skripsi ini dibimbingan oleh Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis,MEc. dan Bapak Ir.Luhut Sihombing,MP.

Pabrik pengalengan ikan Cunang renang merupakan pabrik yang menggunakan bahan baku yaitu ikan Cunang renang (Muarenesox Talabon),dimana pabrik Pengalengan ikan Cunang renang merupakan ikan yang satu-satunya terdapat di kota Tanjung Balai dan jenis ikan Cunang renang juga.Berdasarkan sumber dari pabrik pengalengan ikan Cunang renang produksi ikan mencapai 27 ton pada tahun 2008 yang diekspor ke pasar internasional maupun pasar domestik.

Penentuan daerah dilakukan secara studi kasus dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan satu-satunya daerah pengalengan ikan Cunang renang dan dekat laut sehingga mudah mendapatkan ikan segar yang diolah mejadi pengalengan ikan Cunang renang. Studi kasus adalah penelitian mengenai status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Suatu genenelisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari induvidu, kelompok, lembaga dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi yang mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan induvidu, kelompok, lembaga dan sebagainya, baik dengan penekanan pada faktor-faktor kasus tertentu maupun fenomena-fenomena Penelitian ini lebih menekankan pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan yang menyatakan input produksi pengalengan ikan Cunang

renang cukup tidak cukup tersedia dapat diperlukan untuk menjalankan usaha pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian.

2. Total biaya produksi yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang adalah bahwa rata-rata produksi yang dikeluarkan oleh pabrik adalah sebesar Rp 4.913.838.204,- Per Tahun.

3. Rata-rata peralatan diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang semua rata-rata biaya peralatan perbulan pengalengan ikan Cunang renang sebesar Rp Rp1.407.449 Per Bulan.

4. Rata-rata penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi yaitu adalah sebesar Rp 421.666.667,- Per Bulan.

5. Rata-rata pendapatan penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi adalah sebesar Rp156,346,816 ,-Per Bulan.


(5)

6. Rata-rata nilai tambah (value added) yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah Nilai nilai tambah Per Tahun adalah Rp 568.209.167,-.Dengan rincian sebagai berikut Nilai Penunjang sebesar Rp 566.333.333- Nilai Bahan Baku yaitu ada Bahan Baku Utama adalah Rp 80.0000,- dan Tenaga Kerja Rp 775.000,-

7. Setiap tahunnya mengalami penurunan dan peningkatan volume pemasaran dari pasar local dan pasar internasional pengalengan ikan Cunang renang karena ikan Cunang renang memiliki rasa yang berbeda dari ikan-ikan kaleng lainnya.

8. Kendala-kendala dalam Pengalengan ikan Cunang renang adalah karena musim ikan Cunang renang yang tidak menentu tiap tahunnya dan faktor cuaca yang tidak bisa diprediksi oleh nelayan untuk menangkap ikan Cunang renang.


(6)

RIWAYAT HIDUP

MAYA AGUSTINA TANJUNG, dilahirkan di Medan pada tanggal 13 Agustus 1986 dari ayahanda Drs. H.Bahtiar Tanjung dan ibunda Hj Farida Hanum. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Arafah Medan tahun 1991, SD Swasta ERIA Medan tahun 1993,SLTP AL-AZHAR Medan tahun 2002 dan SMU Swasta ERIA Medan tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada bulan April 2009 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Jalan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul ANALISIS USAHA VALUED ADDED PENGALENGAN IKAN CUNANG RENANG (Muarenesox Talabon) DI KOTA TANJUNG BALAI Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini Diajukan Keapada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis,MEc selaku Ketua Komisi Pembimbing

2. Bapak DR. Ir. Ir. Luhut Sihombing, M.P.. selaku Anggota Komisi Pembimbing

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P. selaku Ketua Departemen SEP, FP, USU dan Dosen Penguji pada sidang meja hijau

4. Ibu DR. Ir. Salmiah, M.S. selaku Sekretaris Departemen SEP, FP, USU 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP, USU

6. Bapak Afrizal Nasution selaku Ka. Subdis Bina Program Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang yang menangani bidang Industri Kecil Menengah (IKM)


(8)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda Drs.H.Bahtiar Tanjung ibunda Hj.Farida Hanum serta abang dan adik penulis yaitu M.Faisal Tanjung, Fadli Riza Tanjung, Harry Syahputra Tanjung dan Ridha Amalia Tanjung atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Sakinah penulis di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2005 khususnya Emi, Ipum, Laila, Sry, Lyana Syari dan Purnama dan seluruh stambuk 2005 yang lainnya telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi dan kakak dan abang Senior ini serta kepada adik-adik di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian stambuk atas semangat dan motivasi yang telah diberikan. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di BKM Al-Mukhlisin, serta sahabat-sahabat yang terus berjuang di jalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita semua.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Medan, November 2009 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

Tinjauan Pustaka ... 8

Tinjauan Teknologi... 11

Tinjauan Ekonomi ... 14

Landasan Teori ... 19

Kerangka Pemikiran ... 29

Hipotesis Penelitian ... 30

METODE PENELITIAN ... 31

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 31

Metode Pengambilan Sampel ... 31

Metode Pengumpulan Data ... 32

Metode Analisis Data ... 33

Defenisi dan Batasan Operasional ... 35

Defenisi ... 35

Batasan Operasional ... 36

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL ... 38

Deskripsi Daerah Penelitian... 38


(10)

Jenis Bangunan ... 40

Keadaan Penduduk... 44

Sarana dan Prasarana ... 45

Deskripsi Keadaan Pabrik ... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

Ketersediaan Input Produksi ... 48

Total Biaya Produksi dan Komponen Biaya Produksi ... 54

Biaya Tetap ... 54

Biaya Peralatan ... 55

Biaya Penyusutan Pabrik ... 56

Biaya Listrik,dan Biaya Telepon ... 57

Biaya Tenaga Kerja MenjagaPabrik ... 58

Total Biaya Rata-rata Rata Biaya Tetap ... 58

Biaya Variabel... 59

Biaya Bahan Baku Utama ... 59

Biaya Penunjang ... 59

Biaya Tenaga Kerja ... 60

Biaya Bahan Bakar ... 61

Biaya Pembungkus ... 62

Total Biaya Produksi ... 63

Penerimaan Pengalengan ikan Cunang renang ... 64

Pendapatan Pengalengan ikan Cunang renang ... 66

Nilai Tambah Pengalengan ikan Cunang renang ... 68

Proses Pengalengan ikan Cunang renang ... 70

Perkembangan Volume Pemasaran Pengalengan Ikan Cunang renang... 77

Kendala-kendala dan Upaya-upaya Pengalengan Ikan Cunang renang... 78

Kendala-kendala ... 78

Upaya-upaya ... 79

KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

Kesimpulan ... 80

Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Keadaan Tata Guna Tanah di Kota Tanjung Balai Tahun 2007 ... 39

2. Jenis Bangunan di Kota Tanjung Balai Tahun 2007 ... 40

3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Tanjung Balai ... 41

4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Tanjung Balai... 42

5. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kota Tanjung Balai Tahun 2007 ... 42

6. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Kota Tanjung Balai ... 43

7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Tanjung Balai ... 44

8. Sarana dan Prasarana di Kota Tanjung Balai Tahun 2007 ... 45

9. Produksi ikan Cunang renang pada Tahun 2008 ... 49

10. Karakteristik Keseluruhan Responden ... 51

11. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Peralatan Per Bulan dan Per Tahun .. 56

12. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Biaya Listrik dan Telepon ... 57

13. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Tetap Per Bulan dan Per Tahun ... 58

14. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Bahan Baku Utama ... 59

15. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Bahan Penunjang ... 60

16. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Per Bulan dan Per Tahun ... 61

17. Total Biaya dan Rata-rata Biaya Variabel Per Bulan dan Per Tahun ... 62

18. Total Biaya Produksi dan Rata-rata Biaya Per Bulan dan Per Tahun ... 63

19. Total Biaya dan Rata-rata Penerimaan Per Bulan dan Per Tahun ... 65

20. Total Biaya dan Rata-rata Pendapatan Per Bulan dan Per Tahun ... 66


(12)

21. Rata-rata Nilai Tambah Pengalengan ikan Cunang renang

Per Bulan ... 68 22. Total Biaya Nilai Tambah Pengalengan ikan Cunang renang


(13)

RINGKASAN

Maya Agustina Tanjung (050304066) dengan judul skripsi ANALISIS USAHA VALUED ADDED PENGALENGAN IKAN CUNANG RENANG (Muarenesox Talabon) DI KOTA TANJUNG BALAI Penulisan skripsi ini dibimbingan oleh Bapak Dr.Ir. Satia Negara Lubis,MEc. dan Bapak Ir.Luhut Sihombing,MP.

Pabrik pengalengan ikan Cunang renang merupakan pabrik yang menggunakan bahan baku yaitu ikan Cunang renang (Muarenesox Talabon),dimana pabrik Pengalengan ikan Cunang renang merupakan ikan yang satu-satunya terdapat di kota Tanjung Balai dan jenis ikan Cunang renang juga.Berdasarkan sumber dari pabrik pengalengan ikan Cunang renang produksi ikan mencapai 27 ton pada tahun 2008 yang diekspor ke pasar internasional maupun pasar domestik.

Penentuan daerah dilakukan secara studi kasus dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan satu-satunya daerah pengalengan ikan Cunang renang dan dekat laut sehingga mudah mendapatkan ikan segar yang diolah mejadi pengalengan ikan Cunang renang. Studi kasus adalah penelitian mengenai status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Suatu genenelisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari induvidu, kelompok, lembaga dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi yang mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan induvidu, kelompok, lembaga dan sebagainya, baik dengan penekanan pada faktor-faktor kasus tertentu maupun fenomena-fenomena Penelitian ini lebih menekankan pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan yang menyatakan input produksi pengalengan ikan Cunang

renang cukup tidak cukup tersedia dapat diperlukan untuk menjalankan usaha pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian.

2. Total biaya produksi yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang adalah bahwa rata-rata produksi yang dikeluarkan oleh pabrik adalah sebesar Rp 4.913.838.204,- Per Tahun.

3. Rata-rata peralatan diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang semua rata-rata biaya peralatan perbulan pengalengan ikan Cunang renang sebesar Rp Rp1.407.449 Per Bulan.

4. Rata-rata penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi yaitu adalah sebesar Rp 421.666.667,- Per Bulan.

5. Rata-rata pendapatan penerimaan yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah tinggi adalah sebesar Rp156,346,816 ,-Per Bulan.


(14)

6. Rata-rata nilai tambah (value added) yang diperoleh pabrik dari pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian adalah Nilai nilai tambah Per Tahun adalah Rp 568.209.167,-.Dengan rincian sebagai berikut Nilai Penunjang sebesar Rp 566.333.333- Nilai Bahan Baku yaitu ada Bahan Baku Utama adalah Rp 80.0000,- dan Tenaga Kerja Rp 775.000,-

7. Setiap tahunnya mengalami penurunan dan peningkatan volume pemasaran dari pasar local dan pasar internasional pengalengan ikan Cunang renang karena ikan Cunang renang memiliki rasa yang berbeda dari ikan-ikan kaleng lainnya.

8. Kendala-kendala dalam Pengalengan ikan Cunang renang adalah karena musim ikan Cunang renang yang tidak menentu tiap tahunnya dan faktor cuaca yang tidak bisa diprediksi oleh nelayan untuk menangkap ikan Cunang renang.


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2, panjang garis pantai 81.000 km, dan gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 tentu saja berpotensi untuk menghasilkan hasil laut yang cukup besar, yaitu 6,26 juta ton pertahun. Seiring dengan pertumbuhan populasi dunia, konsumsi ikan pula meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi ikan perkapita secara nasional menunjukkan kenaikan sebesar 4,16% pada kurun waktu 2002-2003. Mengonsumsi produk perikanan, baik perikanan budi daya maupun perikanan tangkap, sangat bermanfaat untuk kesehatan karena kandungan gizi proteinnya sangat tinggi (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).

Perikanan di Sumatera Utara yang memiliki kekuatan yang potensial yang cukup besar, Sumber daya perairan dan perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Sekitar 70% wilayah Indonesia terdiri lautan, Sumber daya perairan yang sangat luas itu juga kaya jenis-jenis ikan yang mempunyai daya saing yang sangat tinggi di pasaran dunia dan juga pasar domestik (Prosiding Forum-III Perikanan,1992).

Dalam lingkup bisnis memang harus harus diakui seluruh komoditi pertanian mempunyai prospek yang cerah, akan tetapi perlu diingat bahwa cerahnya tidaknya prospek suatu komoditi dapat berubah perputaran waktu, suatu komoditi yang dianggap tidak memiliki prospek pada saat ini dapat menjadi primadona di masa yang akan datang (Nazaruddin,1993).


(16)

Selama dalam melakukan bisnis pengalengan Cunang renang terdapat banyak permasalahan adalah daya tahan baku wadah dan kemasan harus bisa menjaga keutuhan ikan Cunang renang agar tidak ada kerusakan. Perubahan bentuk dan rasa dapat menurunkan nilai barang tersebut, diperlukan suatu teknik pengemasan yang lebih baik dan benar untuk mendapatkan ikan Cunang renang yang berkualitas yang akan dipasarkan baik pasar domestik maupun pasar internasional (Sasongko,2007).

Pengolahan ikan juga bisa sangat penting karena terdapat beberapa komoditas perikanan yang justru lebih disukai dan lebih dikenal setelah diolah dibandingkan pada saat masih segar. Tidak hanya di pasaran dalam negeri, komoditas olahan juga sudah banyak berorientasi ekspor.

Adapun tahap atau proses pengalengan ikan sebagai berikut: a. Penyediaan dan pemilihan bahan mentah.

b. Pengawetan bahan mentah. c. Penyiangan dan pencucian.

d. Perlakuan terhadap bahan mentah sebelum di kaleng. e. Pengisian ke dalam kaleng.

f. Pengeluaran udara dan penutupan kaleng. g. Penambahan saus.

h. Penutupan kaleng.

i. Pemanasan atau sterilisasi. j. Pendinginan.

k. Pemasangan tabel.


(17)

Agar tidak menderita kerugian, bagi orang-orang yang ingin membuka usaha pengalengan ikan harus memperhatikan hal-hal seperti :

a. Harga bahan baku, seperti harga ikan mentah dan kaleng. b. Biaya produksi.

c. Tersedianya bahan mentah. d. Pemasaran.

e. Nilai gizi ikan kaleng. f. Pengangkutan.

g. Penyimpanan.

Pasar sangat penting untuk kelangsungan produksi. Jika kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi maka tidak menjadi masalah.Dengan penentuan harga jual yang tepat, keuntungan akan mudah di peroleh, sebaliknya, bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produk, mau tidak mau usaha yang dirintis akan mengalami kerugian. Jika produksi telah berjalan maka keberhasilan pengusaha perikanan ditentukan oleh kemampuannya dalam menganalisis dan mengantisipasi pasar (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008). Input dalam produksi bisnis pengalengan ikan Cunang renang ini adalah bahan baku yaitu ikan Cunang renang, tenaga kerja dari penduduk sekitar mapun luar Kota Tanjung Balai, peralatan yang dipakai pisau, kaleng, goni,dan lain-lain dan teknologi yaitu mesin pendingin untuk proses pembekuan ikan tetap segar tersedia di pasar Kota Tanjung Balai.

Nilai tambah yang terjadi akibat dari hasil pengolahan memberi nilai guna terhadap barang yaitu nilai guna barang karena tempat (place unity), nilai guna karena bentuk (form unity), nilai guna waktu (time unity), nilai guna karena


(18)

pemilikan (owner unity). Akibat nilai guna atau ini menimbulkan konsekuensi tambahan ongkos yang harus dibayar konsumen. Oleh sebab itu kegiatan pengolahan terhadap usaha pengalengan ikan Cunang renang perlu dilakukan untuk lebih meningkatkan nilai tambah atau nilai guna dari pengalengan ikan Cunang renang tersebut. Dengan makin beragamnya keuntungan dari pengalengan ikan Cunang renang dengan sendirinya menciptakan prospek pasar ini harus dimanfaatkan untuk menginventariskan potensi-potensi produksi pengalengan ikan Cunang renang di Kota Tanjung Balai sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk pengembangan bisnis pengalengan ikan Cunang renang di daerah-daerah lainnya bukan hanya Kota Tanjung Balai tapi diluar kota Tanjung Balai bahkan sampai ke luar nergeri dan bisnis pengalengan ikan Cunang renang dapat berkembang secara meluas karena bisnis pegalengan ini masih merupakan usaha pengalengan ikan Cunang renang yang baru saja dikembangkan di Kota Tanjung Balai dengan memakai bahan baku ikan Cunang renang yang tidak diketahui oleh masyarakat luas, padahal ikan ini sudah mencapai pasar domestik maupun pasar internasional karena ikan ini menjadi lauk-pauk dikonsumsi masyarakat.

Berdasarkan alasan-alasan dan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang usaha pengalengan ikan Cunang renang di Kota Tanjung Balai.


(19)

1.2. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka berikut ini akan diindentifikasikan beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1) Apakah input produksi pada usaha pengalengan ikan Cunang renang cukup tersedia di daerah penelitian?

2) Bagaimana besar biaya produksi (biaya tetap dan biaya tetap) usaha pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian?

3) Bagaimana penerimaan dan pendapatan dalam usaha pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian?

4) Berapa nilai tambah (value added) dalam usaha pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian?

5) Bagaimana proses pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian?

6) Berapa besar volume pemasaran bisnis pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian?

7) Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam usaha pengalengan ikan Cunang renang dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut?


(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan indentifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1)Untuk mengidentifikasi ketersediaan input produksi usaha pengalengan ikan Cunang renang.

2)Untuk mengindentifikasi besar biaya produksi (biaya tetap dan biaya tetap) pengalengan ikan Cunang renang.

3)Unruk mengidentifakasi penerimaan dan pendapatan dalam usaha pengalengan ikan Cunang renang.

4)Untuk mengindentifikasi nilai tambah (value added) dalam usaha penggalengan ikan Cunang renang.

5)Untuk mengetahui proses pengalengan ikan Cunang renang.

6)Untuk mengindentifikasi seberapa besar volume pemasaran dalam dalam usaha penggalengan ikan Cunang renang.

7)Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam bisnis penggalengan Cunang renang dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarakan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1) Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi perusahaan pengalengan ikan untuk memperbaiki kelemahannya agar dapat meningkatkan usaha pengalengan.


(21)

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam mengembangkan bisnis perusahaan penggalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian.

3) Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Ikhtiologi

Ikan Cunang renang merupakan yang hewan yang termasuk ke dalam famili Muradinae. Hewan ini memiliki banyak nama daerah, Ikan Malong, Ikan Lumbon, ikan Larak, dan ikan Pelus dan memiliki ordo Angullidae yang lebih banyak hidup di sungai. Di Indonesia ikan Cunang renang hidup di sungai-sungai yang bermuara di laut dalam, seperti di pesisir barat daya Sumatera, pesisir selatan Jawa dan Bali, Pesisir timur Kalimantan, dan Sulawesi. Selama sekitar 5-7 tahun, ikan Cunang renang hidup ikan sungai di pengunungan. Di Indonesia terdapat 7 spesies dari 16 spesies ikan Cunang renang yang terdapat di dunia.

Beberapa ahli lain Weber dan de Beaufon (1929), Schuster dan Djajadiredja (1952), serta Hayward dan Ryland (1995) mengklasifikasikan ikan Cunang renang dalam tata nama sebagai berikut:

Filum : Chordata Kelas : Osteichthye Ordo : Muarenesoxmes Famili : Muarenesoxdae Genus : Muarenesox

Spesies : Muarenesox talabon (Sasongko,2007).


(23)

Ikan Cunang renang beradaptasi pada suhu 12-300C. Nafsu makannya menurun pada suhu lebih rendah 120C. Salinitas kadar (kadar garam perairan) yang bisa ditoleransi antara 0-35 ppm. Salinitas dan turbidias (kekeruhan suatu perairan) merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap jumlah elver di suatu daerah, elver menyukai habitat dengan salinitas rendah dan turbiditas tinggi. Pengemasan (packing) dilakukan terutama untuk konsumsi ikan segar. Cara packing harus disesuaikan dengan jarak lokasi usaha ke konsumen. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan keawetan ikan segar sampai ditangan konsumen. Hal yang terpenting yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan keawetan ikan agar sampai ketangan konsumen dalam keadaan segar sehingga harganya tidak turun. Untuk ikan yang diawetkan biasanya dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label, kemudian dimasukkan ke dalam dus, Begitu pula dengan ikan-ikan didalam kaleng (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).

2.1.2. Tinjauan Teknologi

Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira, dkk, 2001).

Dalam lingkup industri pengolahan hasil pertanian, teknologi ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah suatu komoditas. Semakin tinggi nilai produk olahan diharapkan devisa yang diterima oleh Negara juga meningkat, serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku industri pengolahan juga relatif tinggi (Anonimius, 1997).


(24)

Sebagai contoh aplikasi peningkatan teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk pertanian dapat dilihat pada industri pengolahan. Pemanfaatan teknologi untuk pengolahan dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap Primer, yaitu output utama yang dihasilkan dalam proses produksi langsung dinikmati oleh konsumen tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. 2. Tahap Sekunder, yaitu produk yang dihasilkan mengalami proses pengolahan

tertentu secara tradisional. Pengolahan secara tradisional ini kemudian secara perlahan menjadi lebih maju, kemudian output dari hasil pengolahan itu dikonsumsi. Sampai dengan batas tertentu, pengolahan tahap sekunder berkembang ke tahap tersier

3. Tahap Tersier, yaitu ketika output yang dihasilkan oleh tahap sekunder diolah dengan proses yang lebih canggih sehingga menghasilkan bahan pangan yang dapat diolah lagi menjadi berbagai macam makanan turunan dari produk tersebut

(Siswono, 2004).

Pendinginan merupakan proses pengawetan dengan suhu rendah -1-50C. Proses ini bertujuan untuk menghambat kegiatan mikrooganisme, proses kimia-kimia, dan proses fisis lainnya yang dapat mempengaruhi kesegaran mutu. Pada saat ini, proses pendinginan sudah banyak menggunakan unit pendingin mekanis yang dapat mendinginkan ikan secara lebih menyakinkan sampai suhu 00C. Unit pendingin ini langsung mendinginkan ikan dan mempertahankan suhu 00C atau sedikit lebih rendah


(25)

(-20C). Dengan demekian, es yang dipakai untuk mendinginkan ikan tidak cepat mencair.

Prinsip pembekuan sebenarnya hampir sama dengan proses pendinginan. Hanya saja, dalam proses pembekuan, ikan dibuat samapi membeku agat tidak khawatir terjadi proses pembusukan akibat mencairnya es pendingin. Pembekuan ini dilakukan karena jarak tempuh pengiriman jauh dan ikan yang dikirim berada dalam jumlah besar. Alat pembukuan yang biasa sharp freezer, multiplate freezer,contact freezer, air blast freezer, dan brine freezer. Waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan ini berbeda-beda, tergantung pada kecepatan dan suhu yang hendak dicapai. Pada suhu - 550 C sampai – 650 C, semua cairan tubuh ikan membeku. Sementara faktor-faktor mempengaruhi kecepatan pembekuan, yaitu cara perambatan panas, perbedaan suhu awal. Dan wadah yang digunakan (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).

Dalam proses biasanya dilakukan penambahan medium pengalengan. Di Indonesia, dikenal tiga macam medium pengalengan, yaitu larutan garam (brine), minyak atau minyak yang ditambah dengan cabai dan bumbu lainnya, serta saus tomat. Penambahan medium bertujuan untuk memberikan penampilan dan rasa yang spesifik pada produk akhir, sebagai media pengantar panas sehingga memperpendek waktu proses, mendapatkan derajat keasaman yang lebih tinggi, dan mengurangi terjadinya karat pada bagian dalam kaleng dan Apabila menginginkan produk yang siap olah, pilihlah yang bermedia saus tomat. Bila ingin mengolah produk dalam kaleng lebih lanjut, produk produk dalam kaleng lebih lanjut, produk berlarutan garam atau minyak nabati dapat dipilih. Penyimpanan produk harus dilakukan pada suhu yang cukup rendah, seperti pada


(26)

suhu kamar normal dengan kelembaban rendah. Akan menjadi lebih baik lagi bila disimpan pada lemari pendingin. Kondisi penyimpanan sangat berpengaruh terhadap mutu ikan dalam kaleng. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur, dan vitamin yang dikandung oleh bahan akibat terjadinya reaksi kimia, Karena itu, makanan kaleng sebaiknya tetap disimpan dalam ruang bersuhu rendah (di bawah 10 derajat Celcius) untuk mencegah kerusakan dan pembusukan. Simpanlah produk pada kelembaban rendah untuk mencegah karat pada bagian luar kaleng dan tumbuhnya jamur. Jauhkan produk dari terpaan cahaya matahari langsung (Anominius,2009).

Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan adalah kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita rasanya, kaleng dapat juga menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan, kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau-bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer dan untuk bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng dapat menjaga terhadap cahaya (Anonimous,2009).

2.1.3. Tinjauan Ekonomi

Sistem dan usaha agribisnis yang sedang dipromosikan adalah sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing tinggi. Hal ini dapat dicirikan dengan efisiensi yang tinggi mampu merespons perubahan pasar secara cepat dan efisien,


(27)

menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, menggunakan inovasi teknologi sebagai sumber pertumbuhan dan produktivitas dan nilai tambah. Hal ini dapat disikapi dengan pembangunan industri hulu dan industri hilir pertanian yang dapat memperbaiki sistem dan prospek pertanian ke arah yang berpotensi positif (Daniel,2002).

Bisnis ikan adalah memilih segmen usaha yang tepat juga perlu mempertimbangkan banyak hal. Antara lain modal, peluang pasar, dan potensi lokal. Kalau menginginkan usaha yang perputarannya relatif cepat dan beresiko kecil, usaha pembenihan bisa dijadikan pilihan (Flona,2009).

Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis tertentu pasti berharap banyak untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai. Apalagi jika keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya. Pengetahuan tentang ikan yang akan dibudidayakan dan keberanian untuk memulai usaha saja tidak mendukung kegiatan usaha ini. Untuk itu, diperlukan modal untuk pengelolanya agar usaha dapat berkembang seperti yang diharapkan. Di pasaran terlihat bahwa produk yang disenangi atau diperlukan konsumen tidak hanya satu jenis saja, tetapi bermacan-macam oleh karenanya, pemilihan produk dapat dilakukan pada satu atau jenis ikan, diadakan seleksi dengan cara meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi jenis (yang dipilih) tersebut (Muzhar,1994). Pengalengan sebagai salah satu sub sistem dalam agribisnis merupakan alternatif terbaik untuk dikembangkan. Dengan kata lain pengembangan industri pengalengan diperlukan guna terciptanya keterkaitan antara sektor perikanan dan sektor industri. Industri pengalengan akan mempunyai kemampuan yang baik jika kedua sektor di atas memiliki keterkaiatan yang erat, baik ke depan maupun ke


(28)

belakang. Pengalengan dari hasil akan meningkatkan nilai tambah dari hasil perikanan yang di proses dan akan meningkatkan nilai jual dan akan memberikan nilai kesejahteraan yang lebih tinggi kepada para pekerja yang bekerja di daerah tersebut mendapatkan upah yang lebih layak (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).

Bisnis pengalengan ikan didalamnya terhadap aspek produksi, ini karena dalam bisnis perikanan terjadi sebuah usaha untuk menghasilkan sebuah komoditas. Oleh karena itu, aspek produksi sangat memerlukan kegiatan manajemen agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Selain itu, bisnis perikanan sifatnya yang cukup kompleks sehingga memerlukan pemikiran yang cermat. Kecermatan mengelola usaha perikanan yang dilakukan, mulai dari persiapan produksi dan saat produksi itu berlangsung (Junianto,2003).

Ketersediaan input produksi yang sangat mendukung besarnya produksi yang dihasilkan. Produksi yang tinggi akan sangat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh pengolah. Harga jual yang ditetapkan oleh pengolah bedasarkan hasil produksi dan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Semakin banyak pengalengan ikan Cunang renang yang dijual dan kecilnya biaya produksi memberikan keuntungan yang besar bagi pabrik pengalengan ikan (Sarwono,2003).

Jenis ikan yang akan diproduksi perlu dipertimbangkan dan ditentukan terlebih dahulu. Jenis ikan yang dipilih hendaknya dapat memenuhi selera pasar dengan baik dan disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Hasil produksi ikan


(29)

yang memenuhi selera pasar akan lebih memudahkan pemasaran hingga tidak ada kekhawatiran ikan tidak terjual (Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).

Masyarakat lebih menghargai dan menyukai mengkonsumsi hasil olahan ikan yang modern, seperti ikan dalam keleng, Apalagi, kalau itu merupakan produk luar negeri atau ekspor. Masyarakat juga mengutamakan masih hasil olahan ikan pabrikan. Ikan nomor kualitas satu atau kulaitas utama digunakan untuk bahan untuk pengolahan ikan tradisional hanyalah ikan kuliatas nomor dua, bahkan nomor tiga. Karena bahannya kurang bagus, hasilnya pun juga kurang bagus. Ini menyebabkan hasil olahan kurang diminati oleh masyarakat, mereka sangat menyukai produk olahan yang modern seperti dalam kemasan kaleng dan plastik yang mudah untuk dikonsumsi masyarakat sekarang (Afrianto dan Evi,1989).

Selain halal dan keragaman jenis yang tinggi, keunggulan ikan yang lain adalah keleluasaan untuk disajikan dalam berbagai bentuk olahan. Sayangnya, keragaman produk olahan dalam negeri saat ini masih sangat terbatas. Melihat data statistik, tercatat bahwa sebagian besar hasil laut kita diolah menjadi produk tradisional seperti ikan asin, ikan pindang, ikan asap, kerupuk dan beberapa produk fermentasi. Produk yang dikategorikan modern dan juga banyak beredar adalah produk kaleng dan beku (terutama udang dan tuna). Dari beberapa jenis tersebut, yang dikategorikan siap saji teutama adalah ikan dalam kaleng. Namun, tidak semua menyukai ikan kaleng karena terbatasnya rasa yang tersedia, yang umumnya hanya berkisar pada ikan kaleng dalam saus tomat, minyak atau larutan garam. Beruntung beberapa industri dalam negeri saat ini sudah banyak yang membuat variasi rasa untuk ikan kaleng misalnya dalam sambal bali, rendang, dan


(30)

kari. Namun tetap saja kosumsi ikan kaleng masih belum tinggi. Meskipun beberapa kelemahan yang menjadi keberatan dalam memasak ikan sudah dihilangkan, seperti penyiangan, pembersihan, bahkan tulang telah menjadi lunak, beberapa ibu rumah tangga masih menambahkan beberapa bumbu untuk mengolah ikan kaleng lebih lanjut, setidaknya ditambah bawang merah, bawang putih atau cabe, atau digoreng dengan dibungkus tepung atau telur (Anominius, 2009).

Ikan cunang renang juga memiliki potensi pasar yang cukup baik, karena selain dijual kepada konsumen dan juga diekspor ke luar negeri. Cunang renang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, awetan, dan olahannya adalah ikan Cunang renang goreng, sendeng, ikan asap, dan abon dan lain-lainnya (Suhaeri,2008). Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih lagi Negara kepulauan seperti Indonesia yamg memiliki potensi perairan yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan baik penangkapan maupun akultur. Namun demekian, tuntunan pemenuhan kebutuhan akan sumberdaya tersebut akan diikuti oleh tekanan eksploitasi sumbert daya ikan uyang juga semakin intensif. Jika tidak dikelola secara bijaksana maka sangat dikhawatirkan pemanfaatan sumber daya secara intensif akan mendorong usaha perikanan pada jurang kehancuran (Junianto,2003).

Tingginya permintaan baik pasar domestik maupun pasar internasional merupakan tantangan bagi para pengusaha Cunang renang, tetapi kecil kemungkinan seorang pengusaha dalam memenuhinya sendiri, kecuali pengusaha besar, Hal in karena untuk memproduksi Cunang renang sebanyak itu, diperlukan lahan yang sangat yang luas dan modal yang sedikit. Untuk mengatasi itu, perlu


(31)

dikembangkan suatu kerja sama, baik antara investor dengan penagkap dan pengumpul, antara investor dengan pembudi daya, maupun antarsemua pihak dengan pemerintah sebagai penyandang dana, melalui program pemberian kredit (Evy ,dan Endang, 2001).

Salah satu penyebab meningkatnya devisa negara yaitu meningkatnya nilai ekspor hasil perikanan. Pada tahun 2006, komoditas non migas ikan memberikan kontribusi tertinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan sangat tinggi di beberapa negara, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Juni 2006 mencapai 825,5 juta dolar AS. Nilai tersebut mengalami peningakatan periode yang sama pada tahun 2005 sebesar 759,2 juta dolar AS. Keadaan ekspor tersebut mengambarkan sangat tingginya permintaan dunia terhadap komoditas perikanan Indonesia. Namun, kurangnya bahan baku membuat Indonesia tidak memenuhi semua permintaan (Afrianto dan Evi,1989).

2.3. Landasan Teori

Indonesia memiliki potensi perikanan yang cukup besar dapat menjadi salah satu andalan pemasok bahan pangan sekaligus sumber pendapatan devisa melalui ekspor. Meskipun demekian, potensi tersebut belum memanfaatkan secara optimal, terutama disebabkan oleh lemahnya sisi pengawetan, pengolahan, dan pemasaran. Pemasalahan yang dihadapi terutama adalah tidak akuratnya sumber daya, ketidakpastian bahan mentah dan tidak berjalannya sistem industri penggalengan ikan yang ada didaerah tersebut (Pusat Riset Perikanan Budidaya,2000).


(32)

Perikanan merupakan salah satu ekspor pembangunan yang memberikan pendapatan devisa yang tidak kecil. Walaupun beberapa komoditas perikanan seperti rumput laut, kerapu, udang, memberikan prospek bisnis yang menguntungkan, industri pengolahan belum memberikan kontribusi nilai tambah yang semestinya dalam pembangunan nasional. Ternyata pengusahaan sumber daya perikanan di Indonesia yang telah mencapai 62% ternyata tidak diimbangi melalui industri pengolahan hasil perikanan. Ekspor perikanan masih berkisar pada produk segar, beku, dan kaleng. Akibatnya daya saing produk perikanan Indonesia baik di pasaran domestik maupun global rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kinerja sistem industri pengolahan ikan di Indonesia masih rendah dan lemah. (Sudrajat,2008).

Strategi pengembangan perikanan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis, merupakan suatu upaya sangat penting untuk mencapai tujuan, yaitu :

1. Menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor perikanan. 2. Menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel. 3. Menciptakan nilai tambah.

4. Menciptakan penerimaan devisa. 5. Menciptakan lapangan kerja.

Agroindustri adalah pengolahan hasil dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari sub sistem agribisnis. Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian (Soekartawi (a),1993).


(33)

Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif (segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian. 2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian.

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan.

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian. 5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan. (Muzhar, 1994).

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.


(34)

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan.

4. Meningkatkan keterampilan

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.

5. Peningkatan Pendapatan

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar.

(Soekartawi (b), 1999).

Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai


(35)

tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen (Suryana, 1990).

Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan biaya. Biaya ialah pengorbanan-pengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil

(Wasis, 1992).

Biaya dalam suatu usaha dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Disisi lain biaya tidak tetap (variable cost) didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi (c), 1995)

Dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) dapat diperoleh penerimaan dan pendapatan suatu usaha. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi (Samuelson, 2001).

Keberhasilan industri pada masa yang akan datang sangat tergantung pada pengembangan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan potensi yang sangat besar di dalam negeri (Sumarsono, 2003).


(36)

Kebijaksanaan ketenagakerjaan diarahkan kepada perluasan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Disamping adanya peningkatan produksi juga dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan, karena adanya perluasan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan (Sumarsono, 2003).

Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan target hasil yang direncanakan atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda terhadap tenaga kerja, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi (Simanjuntak, 1998).

Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula. Karenanya perluasan kesempatan kerja merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial untuk bisa tumbuh secara otomatis dan terus-menerus (Sagir, 1992)


(37)

Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Empat kategori tersebut adalah :

1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang. 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang.

3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang. 4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih. (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001).

Pemasaran merupakan aspek yang sangat mendasar dalam mencapai keuntungan. Jika produksi besar, tetapi tidak memiliki sasaran pasar maka hasil produksi tidak akan bisa terjual.Oleh karena itu, sebelum melangkah ke usaha produksi, sebaiknya pengusaha perikanan berpikir dan berorientasi ke aspek pemasaran terlebih dahulu. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pasar sebaiknya dapat dianalisis secara akurat. Pengusaha yang ingin maju harus selalu tanggap terhadap hal ini agar tidak terjadi permasalahan

(Tim Penulis Penebar Swadaya,2008).

Keuntungan dari adanya pengalengan hasil dari perikanan adalah melakukan ekspor karena Cunang renang bisa dijual di pasar domestik maupun pasar internasional, Hal ini karena Cunang renang adalah salah satu bahan makanan yang setiap hari dikonsumsi mansyarakat sebagai lauk-pauk. Jumlah permintaan pasarnya di pasar domestik maupun pasar internasional sangat tinggi (Sarwono,2003).


(38)

Di pasar Internasional, permintaan ikan Cunang renang sangat tinggi, sedangkan pasokannya masih rendah, kondisi ini sangat menguntungkan karena harga yang ditawarkan tinggi, Jepang menjadi tujuan ekspor ikan Cunang renang Indonesia, tetapi Negara itu juga merupakan negara penghasil ikan Cunang renang di dunia yang terbesar.

Membudidayakan ikan Cunang renang merupakan bisnis yang menguntungkan karena selisih antara pendapatan dengan biaya produksi sangat tinggi atau dengan kata lain menguntungkan. Keuntungan ini diperoleh dari harga ikan Cunang renang yang cukup tinggi dan biaya yang dikeluarkan bisa ditekan serendah mungkin. Tahun 2006, harga ikan Cunang renang konsumsi ukuran 110-120 Gram di pasar domestik dapat mencapai Rp 60.000/Kg dengan biaya produksi rata-rata Rp 40.000/Kg. Keuntungan ini akan semakin berlipat dalam bila dijual ke pasar internasional mencapai 14 U$ atau Rp 130.000.000/Kg. Terlebih lagi bila skala usaha semakin ditingkatkan dan manajemennya diatur dengan baik (Sasongko,2007).

2.4. Kerangka Pemikiran

Usaha pengalengan Cunang renang merupakan salah satu industri pengalengan yang dengan memanfaatkan ikan sebagai bahan baku utamanya, dimana ikan Cunang renang tersebut dikalengkan sesuai dengan kebutuhan untuk dijual dan diekspor, Dalam hal ini pengadaan input yaitu jumlah dan kontiniuitas ikan segar, Ketersediaan tenaga kerja, Ketersediaan mesin, dan Ketersediaan teknologi sangat diperlukan untuk pengalengan ikan.


(39)

Ikan Cunang renang dapat dinikmati dalam bentuk segar dan juga dapat dilakukan proses pengolahan lebih lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat diperoleh nilai tambah sehingga produk pengalengan ikan ini mampu menerobos pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses pengolahan ikan Cunang renang menjadi pengalengan ikan Cunnag renang ini tentu juga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian.

Dalam proses produksi bisnis pengalengan ikan Cunang renang tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha pengalengan ikan Cunang renang, maka ikan kaleng ikan Cunang renang tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan dan agar pengalengan ikan Cunang renang tersebut dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

Nilai tambah untuk bisnis pengalengan ikan Cunang renang ini adalah nilai produk olahan (penerimaan) dikurangi dengan total nilai bahan baku dan bahan penunjang. Dimana nilai bahan baku diperoleh dari perkalian antara jumlah bahan baku yang dibutuhkan dengan harga beli bahan baku, sedangkan nilai bahan penunjang yang digunakan dikali dengan harga bahan penunjang.


(40)

Hasil produk pengalengan Ikan Cunang renang baik berupa ikan segar maupun produk pengalengan yang memiliki nilai tambah (value added) harus disalurkan kepada pabrik pengalengan atau konsumen melalui pedagang perantara, ini terjadi karena keterbatasan nelayan dalam menjalankan fungsi tataniaga. Baik keterbatasan kemampuan juga materil. Produk olahan ikan Cunang renang abon, lauk-pauk, fillet Dari usahatani, pengalengan ikan Cunang dan pemasaran pengalengan ikan Cunang renang akan diperoleh penerimaan yaitu perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, sedangkan pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Dalam proses produksi industri pembuatan ikan kaleng tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha pengalengan ikan cunang renang, maka ikan Cunang renang kaleng tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan dan agar pengalengan ikan Cunang renang tersebut dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

Ketersediaan input yang cukup sangat mendukung besarnya produksi yang dihasilkan. Produksi yang tinngi akan sangat mempengaruhi keuntungan uang diperoleh petani. Semakin banyak produksi pengalengan ikan Cunang renang yang dijual dan kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi memberikan keuntungan yang besar untuk pabrik.


(41)

Dalam melakukan proses pengalengan terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh pabrik pengalengan ikan Cunang renang tersebut, untuk mengatasi kendala-kendala maka dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.


(42)

Skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Pengadaan Input

a. Jumlah dan kontiniuitas ikan Cunang renang segar b. Ketersedian Peralatan

c. Ketersediaan Tenaga Kerja d. Ketersediaan Teknologi

Proses Pengalengan

Value Added

Produk ( Ikan kaleng )

Harga Jual Penerimaan dan

Pendapatan

Total Biaya Produksi Kendala-kendala Keuntungan

Upaya-upaya

Keterangan : : Ada hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikira Biaya – Biaya Produksi :

- Bahan Baku

- Bahan Penunjang

- Tenaga Kerja - Penyusutan


(43)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya maka dapat dirumuskan beberapa hipotesis :

1) Input produksi bisnis pengalengan ikan Cunang renang cukup tersedia.

2) Biaya tetap bisnis pengalengan ikan Cunang renang lebih besar dari biaya variabel.

3) Penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dalam bisnis pengalengan ikan Cunang renang adalah tinggi.

4) Adanya nilai tambah (value added) yang diperoleh sebagai akibat proses Pengolahan yang menghasilkan pengalengan ikan Cunang renang.

5) Volume pemasaran dalam bisnis pengalengan ikan Cunang renang dalam setiap tahunnnya mengalami peningkatan sangat tinggi baik dari pasar domestik dan pasar internasional.


(44)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah dilakukan secara studi kasus dengan pertimbangan bahwa daerah penelitian merupakan satu-satunya daerah pengalengan ikan Cunang renang dan dekat laut sehingga mudah mendapatkan ikan segar yang diolah mejadi pengalengan ikan Cunang renang. Studi kasus adalah penelitian mengenai status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Suatu genenelisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari induvidu, kelompok, lembaga dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi yang mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan induvidu, kelompok, lembaga dan sebagainya, baik dengan penekanan pada faktor-faktor kasus tertentu maupun fenomena-fenomena Penelitian ini lebih menekankan pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil (Hasan 2002).

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di daerah penelitian dilakukan secara Subjektif (subyek) yaitu di Gudang Selama Abadi di Jalan Besar Teluk Nibung Tanjung Balai, dimana subjek penelitian dapat saja berupa induvidu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat, peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status


(45)

dari induvidu, yang kemudian hasilnya dijadikan suatu hal yang bersifat umum (Hasan,2002).

3.3. Metode Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh Badan Pusat Statistik aKota Tanjung Balai, serta buku-buku yang mendukung penelitian ini.

3.4. Metode Analisa Data

Untuk menguji hipotesis (1) yang digunakan dengan metode deskriptif, yaitu mengenai dengan menggunakan data yang diperoleh di daerah penelitian. Untuk menguji hipotesis (2) dianalisis mengenai biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan tabulasi sebagai berikut:

TB = BV + BT n n

BT = bt BV = bv i = 1 i = 1

Dimana :

TB = Total Biaya bt = biaya tetap untuk setiap tahap kegiatan BV= Biaya Variabel bv = biaya variabel untuk setiap tahap kegiatan BT = Biaya Tetap n = banyaknya tahap kegiatan


(46)

Dengan biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya tenaga kerja, biaya peralatan, biaya bahan bakar, dan biaya pembungkusan. Biaya variabel lebih besar dari biaya tetap bila BV > BT.

Untuk menguji hipotesis (3) mengenai penerimaan dan pendapatan (keuntungn) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TR = Y.Py Dimana:

TR = Total penerimaan (Total revenue) penjualan ikan Cunang renang Y = Produksi yang diperoleh dalam pengalengan ikan Cunang renang Py = Harga jual ikan Cunang renang

I = TR-TC Dimana :

I = Income (pendapatan) bisnis pengalengan ikan Cunang renang (Rp)

TR = Total Revenue / Total penerimaan pengalengan ikan Cunang renang (Rp) TC = Total cost / Total Biaya ikan pengalengan ikan Cunang renang (Rp) (Soekartawi (b),1995).

Untuk menguji hipotesis (4) mengenai nilai tambah yang dihasilkan pada proses pengolahan ikan segar menjadi pengalengan ikan Cunang renang dihitung dengan menggunakan rumus value added sebagai berikut:

NT = NP- (NBB + NBP) Dimana :

NT = Nilai Tambah (Rp)

NP = Nilai Produk Hasil Olahan (Rp) NBB = Nilai Bahan Baku (Rp)


(47)

NBP = Nilai Bahan Penujang yang digunakan dalam proses produksi (Rp) Kriteria uji : Nilai Tambah Tinggi bila NP > NBB + NBP

Nilai Tambah Rendah NP < NBB+ NBP (Suryana,1990).

Untuk masalah (5), (6) dan (7) dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan melihat bagaimana ikan Cunang renang dapat diperoleh, proses pengalengan ikan Cunang renang dan kendala-kendala apa saja yang timbul dalam usaha pengalengan ikan Cunang renang dan upaya-upaya apa yang mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam pengalengan ikan Cunang renang di daerah penelitian.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka di buat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1) Value Added (nilai tambah) adalah nilai produk olahan (penerimaan) dikurangi dengan total nilai bahan baku dan bahan penunjang. Dimana nilai bahan baku diperoleh dari perkalian antara jumlah bahan baku yang dibutuhkan dengan harga beli bahan baku, sedangkan nilai bahan penunjang yang digunakan dikali dengan harga bahan penunjang.


(48)

2) Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru

3) Penerimaan adalah jumlah produksi ikan Cunang renang dikali dengan harga jual ikan Cunang renang yang dihitung dalam satuan Rp (Rupiah). 4) Pendapatan total adalah penerimaan ikan Cunang renang dikali dengan

harga jual ikan Cunang renang yang dihitung dalam satuan Rp (Rupiah). 5) Pengadaan input adalah segala macam keperluan yang digunakan untuk

pengalengan ikan Cunang renang.

6) Produksi ikan Cunang renang adalah nilai produksi yang benar-benar dihasilkan dan yang diperoleh dari kegiatan lain yang berkaitan dengan usaha.

7) Harga jual ikan Cunang renang adalah biaya total ditambah atau dikurangi untung atau rugi yang dinyatakan dalam rupiah.

8) Proses pengalengan ikan Cunang renang adalah proses pengolahan bahan baku menjadi produk akhir dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, teknologi dan bahan baku.

9) Keuntungan ikan Cunang renang adalah selisih hasil penjualan ikan Cunang renang dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama produksi dalam satuan rupiah.

10)Proses produksi adalah proses mengolah bahan baku menjadi suatu produk yang diinginkan dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku dan bahan penunjang.


(49)

11)Biaya produksi ikan Cunang renang adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan yang dikeluarkan pengusaha sampai produk siap untuk dipasarkan.

12)Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu industri.

13)Teknologi adalah penggunaan alat-alat produksi dan pengetahuan untuk menghasilkan produk tertentu.

3.6. Batasan Operasional

Adapun Batasan Operasional adalah sebagai berikut : 1) Sampel dalam penelitian ini ikan Cunang renang.

2) Responden adalah tenaga kerja yang berkerja pengalengan ikan Cunang renang dan pengolah pabrik yang terletak di daerah penelitian.

3) Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009.

4) Daerah penelitian dilakukan di Gudang Selama Abadi di Jalan Besar Teluk Nibung, Tanjung Balai.


(50)

IV.

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Letak Geografis Kota Tanjung Balai Luas dan Letak Geografis

Kota Tanjung Balai memiliki luas wilayah sebesar 6.052 Ha atau 60,52 km2 (0,008%) dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara) dengan ketinggian 0-3 meter di atas permukaan laut dan senantiasa dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kota Tanjung Balai secara administratif memiliki 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan.

Kota Tanjung Balai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara georgafis Tanjung Balai berada pada 2058’15”-3001’32” Lintang Utara 99048’00”-99050’16” Bujur Timur, berada pada pertemuan 2 (dua) sungai besar yaitu Sungai Asahan dan Sungai Silau yang bermuara ke Selat Melaka. Kota Tanjung Balai secara keseluruhan berbatasan dengan Kabupaten Asahan, yakni :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan.


(51)

4.1.2 Tata Guna Tanah

Tanah di Kota Tanjung Balai meuirut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, sawah, ladang dan perkuburan, jalan, Sekolah, Mesjid, Gereja, Vihara dan Kuil. Pola penggunaan tanah di Kota Tanjung Balai dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Keadaan Tata Guna Tanah di Kota Tanjung Balai Tahun 2007 N0. Penggunaan Lahan Jumlah (Ha) Presentase (%)

1. Pemukiman 166 9,36

2. Sawah 19 8,37

3. Ladang 17 81,77

4. Perkuburan, Jalan, Sekolah dan Mesjid, Gereja,Vihara, dan Kuil

20 1,38 Total luas wilayah 222 100,00 Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Dari tabel 1 dapat diketahui penggunaan tanah di Kota Tanjung Balai yang paling luas digunakan untuk pemukiman seluas 166 Ha (9,36%), yang diikuti oleh Perkuburan, Jalan, Sekolah, dan Mesjid, Gereja, Vihara, dan kuil seluas 20 Ha (1,38%), Sawah seluas 19 Ha (8,37) da Ladang seluas 17 Ha (81,77).

Penggunaan lahan terbesar di Kota Tanjung Balai dimanfaatkan untuk lahan pemukiman yaitu sebesar 166 (81,77 %). Penggunaan tanah untuk pemukiman yang cukup luas dibandingkan dengan penggunaan tanah yang lainnya ini di sebabkan karena terbangunnya Gedung Serba Guna, Kantor Walikota, Kantor-Kantor, Keluruhan, Perumahan Pengawai Negeri, Perumahan Susun Sederhana, dan Sewa (Rusunawa), Pasar Terpadu, TPO dan sarna prasarana pelayanan umum lainnya.penggunaan lahan terbesar kedua dimanfaatkan sebagai areal pertanian. Areal pertanian ini dibagi menjadi 2 yaitu lahan persawahan sebesar 19 Ha (9,36 %) dan lahan perladangan sebesar 17 Ha (8,37 %). Adapun tanaman dominan yang ditanam di ladang penduduk adalah padi (Oriza sativa)


(52)

Dan yang terakhir penggunaan tanah Kota Tanjung Balai ini digunakan sebagai tempat Pemakaman, Jalan, Sekolah, Mesjid, Gereja, Vihara, dan Kuil seluas

20 Ha (1,38 %).

4.1.3 Jenis Bangunan

Tabel 2. Jenis Bangunan di Kota Tanjung Balai Tahun 2007

N0 Jenis Bangunan Jumlah (Buah) Persentase (%)

1. Permanen 29 39,1

2. Semi Permanen 31 41,8

3. Kayu 5 6,75

4. Bambu 9 12,1

Total 74 100,00

Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Dari Tabel 2 diatas diketahui bahwa di Kota Tanjung Balai sebagian besar bangunan baik perumahan maupun sarana dan prasarana desa merupakan bangunan semi permanen, yaitu sebesar 29 buah (41,8 %) dari total 348 buah bangunan. Bangunan semi permanen ini merupakan bangunan yang sebagian bangunannya (pondasinya) terbuat dari batu bata dan sebagian lagi menggunakan kayu. Sedangkan untuk bangunan yang permanen hanya berjumlah 29 buah (39,1 %), bangunan yang terbuat dari bambu berjumlah 9 buah (12,1%) dan bangunan yang terbuat dari kayu berjumlah 32 buah (6,75 %).

4.1.3. Keadaan Penduduk

Penduduk Kota Tanjung Balai berjumlah pada tahun 2007 berjumlah 159.932 jiwa. Terdiri dari berbagai suku Batak (Simalungun, Toba, Mandailing, Pak-pak dan Karo), Jawa, Melayu, Minang, Aceh dan suku lainnya. dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku Batak. Berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki sebanyak 80.676


(53)

jiwa (50,44%) dari total penduduk sebanyak 159.932 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 79.256 jiwa (49,56 %). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Tanjung Balai:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Tanjung Balai Tahun 2007

No. Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Presentase (%)

1. Laki-laki 80.676 50,44

2. Perempuan 79.256 49,56

Total 159.932 100,00 Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Dari Tabel 2 jenis kelamin jumlah penduduk terbesar adalah laki-laki sebanyak 80.676 jiwa (50.44%) dan jumlah penduduk perempuan sedikit sebanyak 79.256 jiwa (49,56%).

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di Kota Tanjung Balai cukup besar. Kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 15-64 tahun yaitu 37.98 jiwa atau 60,75% dari total 159.932 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur 65 tahun keatas yaitu sebesar 2.55 jiwa (4,08%) Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kota Tanjung Balai :

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Tanjung Balai Tahun 2007

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%)

1. 0-14 21.99 35,17

2. 15-64 37.98 60,75

3. > 65 2.551 4,08


(54)

Umur 15–64 tahun menempati porsi yang cukup besar (lebih dari 60 %), dimana umur 0-4 tahun berjumlah 21.99 jiwa (35,17 %), dan untuk umur diatas 65 berjumlah 2.551 jiwa (4,08%). Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kelompok usia produktif (15-64) berjumlah 37.98 (60,75%) dan kelompok usia tidak produktif berjumlah 2.551 (4,08%).

Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Kota Tanjung Balai banyak yang memeluk agama Islam tetapi tidak sedikit juga yang memeluk agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Budha. Meskipun jumlah pemeluk agama Islam dominan tetapi kerukunan antar umat beragama tetap terjaga. Berikut data penyebaran penduduk Kota Tanjung Balai:

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Agama Kota Tanjung Balai Tahun 2007

No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Islam 51.265 81,99

2. Kristen Protestan 4.864 7,78

3. Kristen Katolik 662 1,06

4. Hindu 5 0,08

5. Budha 5.671 9,07

Total 728.8 100,00 Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Dari Tabel 4 diatas penduduk yang memeluk agama Islam menempati jumlah yang paling besar yaitu sebesar 51.265 jiwa (81,99 %) dari jumlah total penduduk dan jumlah pemeluk agama Hindu sangat sedikit yaitu sebesar 5 jiwa atau (0,88 %). Sedangkan jumlah pemeluk agama Protestan sebesar 4.864 jiwa (7,78 %) dan jumlah pemeluk agama Katolik sebanyak 662 jiwa (1,06 %).

Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk di Kota Tanjung Balai ini hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama (SLTP). Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya hingga SLTA dan DII/DII bahkan Sarjana.


(55)

Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun dan telah ada penduduk yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kota Tanjung Balai :

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Kota Tanjung Balai Tahun 2007

N0. Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. SD 20 3,55

2. SLTP 338 55,45

3. SLTA 27 4,54

4. DII/DIII 132 21,62

5. SARJANA 91 14,94

Total 308 100,00 Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak adalah tamatan SLTP yaitu sebesar 577 jiwa (55,45 %) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah SD yang berjumlah 20 jiwa (3,35 %). Sedangkan penduduk yang DIPLOMA II/III sebanyak 132 jiwa (21,62 %), tamat SARJANA sebanyak 91 jiwa (14,94 %), dan SLTA sebanyak 27 jiwa (4,54 %).

Untuk mata pencaharian penduduk Kota Tanjung Balai menurut lapangan usaha di Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Angkutan dan Komunikasi, Keuangan, Jasa dan lainnya. Penduduk yang bermata pencaharian industri yang paling besar sebanyak sebanyak 3.376 jiwa (2,98 %) dan penduduk yang bermata pencaharian Konstruksi sebanyak 1.863 jiwa (2,98 %), Perdagangan Hotel dan Restoran sebanyak 1.745 jiwa (27,92%), Jasa sebanyak 1.373 jiwa (21,96%),


(56)

Pertanian sebanyak 1.302 jiwa (20,83%), Angkutan dan Komunikasi sebanyak 1.233 jiwa (19,72 jiwa), Listrik Gas dan Air 22 sebanyak jiwa (0,36%), Pertambangan dan Penggalian sebanyak 5 jiwa (0,09%), lainnya sebanyak 5 jiwa (0,09%), dan yang mata pencaharian yang paling kecil adalah Keuangan sebanyak 4 jiwa (0,64%).

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Tanjung Balai Tahun 2007

NO. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.745 27,92

2. Jasa 1.373 21,96

3. Pertanian 1.302 20,83

4. Angkutan dan Komunikasi 1.233 19,72

5. Industri 3.376 5,40

6. Konstruksi 1.863 2,98

7. Pertambangan dan Penggalian 5 0,09

8. Lainnya 5 0,09

9. Keuangan 4 0,64

10 Listrik, Gas dan Air 22 0,36

Total 159.932 100,00 Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Dari Tabel 6 diatas diketahui bahwa selain bermata pencaharian Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Angkutan dan Komunikasi, Keuangan, Jasa dan lainnya. Penduduk yang bermata pencaharian industri yang paling besar sebanyak 3.376 jiwa (2,98 %) dan penduduk yang bermata pencaharian Konstruksi 1.863 jiwa (2,98 %), Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.745 jiwa (27,92%), Jasa 1.373 jiwa (21,96%), Pertanian 1.302 jiwa (20,83%), Angkutan dan Komunikasi 1.233 jiwa (19,72 jiwa), dan Listrik, Gas dan Air 22 jiwa (0,36%), Pertambangan dan Penggalian 5 jiwa (0,09%), lainnya 5 jiwa (0,09%), mata pencaharian yang paling kecil adalah Keuangan 4 jiwa (0,64%).


(57)

4.1.4 Sarana dan Prasarana Kota Tanjung Balai

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena sarana dan prasarana sangat menunjang kegiatan penduduk sehari-harinya. Perkembangan suatu daerah sangat membutuhkan suatu alat yang dapat mempercepat akses masuknya arus informasi bagi perkembangan daerah tersebut. Berikut Tabel 7 yang menjelaskan sarana dan prasarana yang terdapat di Kota Tanjung Balai.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Kota Tanjung Balai Tahun 2007

No. Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan TK SD SLTP SLTA

MIN dan MIS MTsN dan MTS MAN dan MAS

12 75 17 16 23 12 7 2. Kesehatan Puskesmas

Puskesmas Pembantu Posyandu Klinik KB 8 13 115 26 3. Peribadatan Mesjid

Mushola Gereja Kuil Vihara 45 156 30 8 8 4. Transportasi Jalan Hotmik

Jalan Beraspal Jalan Berikil Jalan Tanah Jalan Beton 63,45 km 11,12 km 65,92 km 32,50 km 30,11 km Sumber : BPS Kota Tanjung Balai, 2007

Dari Tabel 7 diatas memperlihatkan bahwa ketersediaan saran dan prasarana di Kota Tanjung Balai cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan, perekonomian, keagamaan dan sosial budaya.


(58)

4.2.1. Deskripsi Keadaan Pabrik Selama Abadi

Pabrik terletak di Jalan Teluk Nibung Kota Tanjung Balai, Pabrik ini berdiri pada tahun 1995 yang mempunyai pabrik pengalengan ikan Cunang renang bernama Bapak Agus Salim, beliau keturunan China. Pabrik ini memiliki luas 150x50 m2. Dengan modal yang cukup besar yaitu Rp 2.000.000.000 yang berasal dari modal sendiri Bapak Agus Salim mendirikan pabrik pengalengan ikan Cunang renang, alasan utama mendirikan pabrik Selama Abadi ini adalah karena Tanjung Balai merupakan kota yang memiliki komoditas ikan yang cukup banyak dan salah satu kota yang perikanan yang terbesar di Sumatera Utara, maka dari Bapak Agus Salim mendirikan pabrik Selama Abadi terletak tepat di belakang Pelabuhan Teluk Nibung, dan memilih ikan Cunang renang karena ikan ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas hanya masyarakat Kota Tanjung Balai dan Negara pengekspor China dan Kota Jakarta dan Belawan, dan juga pengalengan ikan Cunang renang sedikit orang yang tidak mengenalnya, selain itu ada pengalengan Cumi-cumi dan Sotong. Pabrik berada dibelakang Pelabuhan Teluk Nibung, para nelayan menangkap hasil tangkapannya dan pabrik ini yang mengolahnya menjadi ikan kaleng. Didalam pabrik ini terdapat peralatan pabrik yang lengkap terdiri dari kamar mandi, kantor, dan mesin-mesin pengalengan ikan yang lengkap dan besar dan tempat parkir untuk para pekerja disana. Pabrik memiliki 29 tenaga kerja, 12 tenaga kerja laki-laki dan 17 tenaga kerja wanita dan semua di pekerja dibagi-bagi tugas untuk pengalengan ikan Cunang renang dan jenis ikan lainnya. Pabrik Selama Abadi ini merupakan pabrik yang cukup terbesar di Teluk Nibung, Tanjung Balai karena banyak jenis ikan yang di tangkap nelayan dan pabrik ini yang mengelolanya, dan ikan Cunang renang dalam


(59)

memproduksi setiap bulan antara 27-5 ton itu hanya tergantung pada musim ikan Cunang renang dan juga kondisi alam yang sulit untuk diprediksi oleh nelayan.

Gbr 1. Pabrik Selama Abadi

Gbr 2. Pelabuhan Teluk Nibung tempat nelayan menangkap ikan Cunang renang


(60)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketersediaan Input Produksi

Input produksi pada pengalengan ikan Cunang renang ini adalah bahan baku, tenaga kerja, peralatan, dan bahan baku minyak (bensin) untuk pengisiin mesin genset (mesin untuk yang digunakan apabila terjadi mati lampu), dan teknologi. Hampir semua Input produksi tersedia di pasar setempat Kota Tanjung Balai dan Sebagian kecil Input produksi yang tidak tersedia yaitu mesin genset dan peralatan-peralatan yang digunakan adalah Contact Freezer, Kulkas dan rak untuk menyimpan ikan Cunang renang mereka memesan di Kota Medan begitu juga bahan baku ikan Cunang renang yang ketersediannya bergantung musimnya.

a. Bahan Baku

Bahan baku merupakan suatu bagian yang sangat penting untuk kelangsungan bisnis pengalengan ikan Cunang renang.Bila suatu usaha pengalengan kekurangan bahan baku, maka bisnis tersebut tidak dapat berjalan lancar. Selain itu bahan baku juga harus tersedia setiap kali pengalengan akan dilakukan untuk menjamin kontinuitas bisnis pengalengan itu sendiri.

Bahan baku pada bisnis pengalengan ikan Cunang renang ada dua jenis bahan baku utama dan bahan penunjang.Adapun yang menjadi bahan baku utama pada bisnis pengalengan ikan Cunang renang adalah ikan Cunang renang saja.Kebutuhan bahan baku adalah ikan Cunang renang 5.000-27.000 Kg dalam sekali produksi pengalengan ikan Cunang renang setiap bulannya.


(1)

Jumlah

Fibre Glass Total biaya Pembungkus

Harga Beli Umur Ekonomis B.Penyusutan (Rp/Bulan ) (Rp/Kg )

(Unit)

(Rp) (Bulan) (Rp/bulan)

100 4,000 1 33,200 58,432 1,285,504,000

100 4,000 1 33,200 58,432 1,168,640,000

100 4,000 1 33,200 58,432 1,343,936,000

100 4,000 1 33,200 58,432 292,160,000

100 4,000 1 33,200 58,432 1,519,232,000

100 4,000 1 33,200 58,432 584,320,000

100 4,000 1 33,200 58,432 1,285,504,000

100 4,000 1 33,200 58,432 1,460,800,000

100 4,000 1 33,200 58,432 1,343,936,000

100 5,000 1 33,200 58,432 1,402,368,000

100 5,000 1 33,200 58,432 1,577,664,000

100 5,000 1 33,200 58,432 1,519,232,000

1200 51,000 12 398,400 701,184 14,783,296,000


(2)

Lampiran 11. Biaya Variabel pada Pengalengan ikan Cunang renanf Per Bulan dan Per Kg

Bulan Produksi Produksi Bahan Baku Tenaga Kerja Biaya Bensin

(Kg/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp/Kg) (Rp/Bulan) (Rp/Kg) (Rp/Bulan)

Januari 22,000 24,000 528,000,000 2,100,000 46,200,000,000 50,000,000

Februari 20,000 24,000 480,000,000 2,100,000 42,000,000,000 50,000,000

Maret 23,000 24,000 552,000,000 2,100,000 48,300,000,000 120,000,000

April 5,000 24,000 120,000,000 2,100,000 10,500,000,000 210,000,000

Mei 26,000 24,000 624,000,000 2,100,000 54,600,000,000 120,000,000

Juni 10,000 24,000 240,000,000 2,100,000 21,000,000,000 120,000,000

Juli 22,000 24,000 528,000,000 2,100,000 46,200,000,000 210,000,000

Agustus 25,000 24,000 600,000,000 2,100,000 52,500,000,000 210,000,000

September 23,000 24,000 552,000,000 2,800,000 64,400,000,000 120,000,000

Oktober 24,000 24,000 576,000,000 2,800,000 67,200,000,000 120,000,000

November 27,000 24,000 648,000,000 2,800,000 75,600,000,000 210,000,000

Desember 26,000 24,000 624,000,000 2,800,000 72,800,000,000 320,000,000

Total 253,000 288,000 6,072,000,000 288,000,000 6,013,000,000 1,860,000,000

Rata-rata 21,083 24,000 506,000,000 2,400,000 50,108,333,333 155,000,000


(3)

Bahan Pembungkus Total Biaya Variabel

(Rp/Bulan) (Rp/Kg) (Rp/Bulan)

58,432 1,285,504,000 52,182,432

58,432 1,168,640,000 52,182,432

58,432 1,343,936,000 122,182,432

58,432 292,160,000 212,182,432

58,432 1,519,232,000 122,182,432

58,432 584,320,000 122,182,432

58,432 1,285,504,000 212,182,432

58,432 1,460,800,000 212,182,432

58,432 1,343,936,000 122,882,432

58,432 1,402,368,000 122,882,432

58,432 1,577,664,000 212,882,432

58,432 1,519,232,000 322,882,432

701,184 14,783,296,000 1,888,989,184


(4)

Lampiran 13. Biaya Penerimaan

Tahun 2008

Total Produksi Total Penerimaan (Rp) Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi

(Kg/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp)

Januari 22,000 1,320,000,000

18,812,278,46 52,184,432 6,967,671,046

Februari 20,000 120,000,000

31,471,103,59 52,184,432 11,999,999,916

Maret 23,000 1,280,000,000

19,664,065,41 121,184,432 1,279,999,859

April 5,000 30,000,000

19,663,666,5 212,184,432 2,999,976,815

Mei 26,000 150,000,000

33,602,783,5 121,184,432 14,999,984,521

Juni 10,000 60,000,000 33,700,277,834 121,184,432 5,999,984,512

Juli 22,000 1,320,000,000

34,050,278,35 212,184,432 13,199,999,754

Agustus 25,000 150,000,000

34,550,278,33 212,184,432 1,499,997,533

September 23,000 1,380,000,000

35,491,036,96 121,184,432 1,379,999,843

Oktober 24,000 1,440,000,000

35,930,830,25 121,184,432 13,188,815,532

November 27,000 1,620,000,000 36,550,829 212,184,432 16,199,999,751

Desember 26,000 1,560,000,000

63,370,146,76 332,882,432 15,599,999,604

Total 253,000 10,430,000,000 33,736,828,663 1,891,911,184 105,316,369,057

Rata-rata 21,083 869,166,667 16,868,414,332 157,659,265 8,776,369,057


(5)

Lampiran 14. Biaya Pendapatan Pengalengan ikan Cunang renang Per Bulan

Tahun 2008

Total Produksi Total Penerimaan Total Biaya Produksi Pendapatan

(Kg/Bulan) (Rp) (Rp) (Rp)

Januari 22,000 1,320,000,000 6,967,671,046 1,319,999,983

Februari 20,000 120,000,000 11,999,999,916 11,999,999,998

Maret 23,000 1,280,000,000 1,279,999,859 12,799,999,999

April 5,000 30,000,000 2,999,976,815 29,999,997

Mei 26,000 150,000,000 14,999,984,521 1,499,999,985

Juni 10,000 60,000,000 5,999,984,512 5,999,999,994

Juli 22,000 1,320,000,000 13,199,999,754 1,319,999,987

Agustus 25,000 150,000,000 1,499,997,533 14,999,999,999

September 23,000 1,380,000,000 1,379,999,843 13,799,999,999

Oktober 24,000 1,440,000,000 13,188,815,532 14,399,999,987

November 27,000 1,620,000,000 16,199,999,751 16,199,999,984

Desember 26,000 1,560,000,000 15,599,999,604 15,599,999,984

Total 253,000 10,430,000,000 105,316,369,057 109,969,966,896


(6)

Lampiran 15. Nilai Tambah pada Pengalengan ikan Cunang rennag Per Kg dan Per Bulan

Tahun 2008 Total Produksi

Nilai Produk

Olahan

Nilai Bahan

Baku Utama

Nilai Bahan Penunjang

Tenaga Kerja (Kg/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp/Bulan) (Rp/Bulan)

Januari 22,000 1,320,000,000 24,000 750,000 2,100,000 1,317,126,000

Februari 20,000 1,200,000,000 24,000 750,000 2,100,000 1,197,126,000

Maret 23,000 1,280,000,000 24,000 750,000 2,100,000 1,277,126,000

April 5,000 300,000,000 24,000 750,000 2,100,000 297,126,000

Mei 26,000 1,500,000,000 24,000 750,000 2,100,000 1,497,126,000

Juni 10,000 600,000,000 24,000 750,000 2,100,000 597,126,000

Juli 22,000 1,320,000,000 24,000 780,000 2,100,000 1,317,096,000

Agustus 25,000 1,500,000,000 24,000 780,000 2,100,000 1,497,096,000

September 23,000 1,380,000,000 24,000 780,000 2,800,000 1,376,936,000

Oktober 24,000 1,440,000,000 24,000 810,000 2,800,000 1,436,366,000

November 27,000 1,620,000,000 24,000 840,000 2,800,000 1,616,336,000

Desember 26,000 1,560,000,000 24,000 840,000 2,800,000 15,563,336,000

Total 253,000 10,430,000,000 288,000 9,330,000 288,000,000 28,989,826,833

Rata-rata 21,083 869,166,667 24,000 777,500 2,400,000 2,415,826,833