Berdasarkan ketentuan baru yang berlaku efektif mulai tahun 2001, atas setiap wajib pajak diberikan keringanan berupa ketentuan NJOPTKP sebesar
Rp. 12.000.000,- per wajib pajak. Ketentuan ini menggantikan ketentuan lama yang besarnya Rp. 8.000.000,-. Dengan adanya NJOPTKP akan banyak
masyarakat kecil terutama yang tinggal di perdesaan yang selama ini hanya mempunyai obyek PBB yang bernilai kecil, akan terbebas dari kewajiban
membayar PBBnya. Untuk menghitung obyek PBB dikenakan tarif PBB 0,5. Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak NJKP, yang
ditetapkan serendah-rendahnya 20 dan setinggi-tingginya 100 dari NJOP. Saat ini ketentuan mengenai NJKP yang diberlakukan adalah sebesar 20 dan 40.
NJKP sebesar 40 diberlakukan khusus bagi obyek PBB yang dipergunakan untuk perumahan dengan NJOP sebesar 1 satu milyar rupiah atau lebih.
Ketentuan NJKP sebesar 40 tersebut tidak berlaku bagi obyek pajak yang dimiliki oleh PNS, ABRI, pensiunan yang semata-mata penghasilannya hanya
berasal dari gaji pensiunan, dengan demikian tarif efektif untuk menghitung besarnya PBB yang harus dibayar oleh wajib pajak adalah sebesar 0,1 dan 0,2
dari NJOP.
2.1.5. Jumlah wajib pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran
pajak yang terutang, termasuk memungut atau memotong pajak tertentu. Oleh sebab itu, seseorang atau suatu badan menjadi wajib pajak apabila telah
ditentukan oleh peraturan daerah untuk melakukan pembayaran pajak, serta orang atau badan yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari subyek pajak. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini menunjukkan bahwa wajib pajak dapat merupakan subyek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak maupun pihak lain yang bukan merupakan
subyek pajak yang berwenang untuk memungut pajak dari subyek pajak. Dalam pengertian PBB, subyek pajak identik dengan wajib pajak, yaitu setiap orang atau
badan yang memenuhi ketentuan sebagai subyek pajak diwajibkan untuk membayar pajak sehingga secara otomatis menjadi wajib pajak.
Subyek pajak atau wajib pajak dalam PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh manfaat atas bumi
untuk memiliki, menguasai, dan memperoleh manfaat atas bangunan antara lain pemilik, penghuni, penggarap, dan penyewa.
2.1.6. Produk Domestik Regional Bruto PDRB perkapita
Besarnya nilai jual obyek pajak sebagai dasar pengenaan PBB ditetapkan setiap 3 tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu
ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya Waluyo dan Wirawan, 2000. Kondisi ini diperhitungkan mengikuti pertumbuhan ekonomi yang dialami
daerah bersangkutan yang mendorong kemampuan ekonomi masyarakat dan ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan perkapita Insukindro, 1994. PDRB
perkapita menunjukkan kemampuan seseorang untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya, termasuk membayar pajak.
Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan indikator agregat ekonomi makro yang lazim digunakan untuk mengukur kondisi perekonomian
suatu wilayah tingkat provinsi atau kabupaten, sedangkan PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk
Universitas Sumatera Utara
selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah. PDRB perkapita diperoleh dari hasil pembagian antara PDRB dengan jumlah penduduk.
Kemampuan seseorang untuk membayar pajak dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu tingkat pendapatan, jumlah kekayaan, dan besarnya pengeluaran konsumsi.
Semakin tinggi tingkat pendapatan, kekayaan, dan konsumsi seseorang, berarti semakin tinggi kemampuan orang tersebut untuk membayar pajak dan
berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak Miyasto, 1993.
2.1.7. Inflasi