Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan PBB

2.1.2. Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan PBB

Sejarah asal mulanya Pajak Bumi dan Bangunan yang merupakan salah satu pajak tertua di Indonesia, pada zaman kolonial Belanda pajak atas tanah landrent diganti dengan nama Pajak Bumi. Kemudian setelah Indonesia merdeka tahun 1959 diubah namanya menjadi Pajak Hasil Bumi berdasarkan UU No. 11 Prp Tahun 1959. Pada masa itu obyek pajak yang dikenakan tidak lagi nilai tanah melainkan hasil yang keluar dari tanah. Dengan pemberian otonomi dan desentralisasi kepada Pemerintah Daerah, Pajak Hasil Bumi kemudian diubah namanya menjadi Iuran Pembangunan Daerah IPEDA, hasilnya diserahkan pada Pemerintah Daerah walaupun pajak tersebut masih merupakan pajak pusat. Hasil IPEDA tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. Pada tahun 1983 pemerintah mengadakan reformasi pajak untuk pertama kalinya dan menghasilkan salah satunya UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan mulai berlaku secara efektif sejak 1 Januari 1986, yang merupakan landasan hukum dalam pengenaan pajak sehubungan dengan hak atas bumi danatau bangunan, memperoleh manfaat atas bumi danatau bangunan, memiliki dan menguasai atas bangunan. Terakhir peraturan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan UU No. 12 Tahun 1994 sebagai pengganti dari UU No. 12 Tahun 1985, dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum dan keadilan, maka arah dan tujuan penyempurnaan undang-undang ini adalah sebagai berikut: 1. Menunjang kebijaksanaan pemerintah menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan pembangunan yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak. Universitas Sumatera Utara 2. Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan kemampuannya. Berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan tersebut, maka dalam penyempurnaan UU No. 12 Tahun 1985, diatur kembali ketentuan-ketentuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan yang dituangkan dalam UU tentang Perubahan atas UU No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dengan pokok-pokok antara lain sebagai berikut: 1. Untuk lebih memberikan keadilan dalam pengenaan pajak, diatur ketentuan mengenai besarnya Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP untuk setiap wajib pajak. 2. Memperjelas ketentuan mengenai upaya banding ke badan peradilan pajak.

2.1.3. Fungsi pajak dalam pembangunan