Kerangka Konsep KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa jumlah wajib pajak, PDRB perkapita ADHB, inflasi, tingkat suku bunga dan investasi secara teoritis mempunyai pengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kota Medan. Apabila dalam penelitian ini variabel-variabel tersebut terbukti berpengaruh signifikan maka dapat dirumuskan implikasi managerial dan kebijakan strategis, yang diharapkan mampu meningkatkan penerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan di Kota Medan. Penelitian ini menggunakan variabel independen lebih dari satu variabel maka dipakai model regresi berganda multiple regression. Dengan memakai model regresi berganda agar dapat dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Skema model kerangka konseptual pada penelitian ini adalah model Analisis Regresi Berganda dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kota Medan”. 31 Universitas Sumatera Utara Skema Model Kerangka Konseptual Penelitian, yang digambarkan dalam hipotesis ini adalah: Variabel Independen Variabel Dependen e Gambar 3.1. Model kerangka konseptual penelitian Untuk meningkatkan penerimaan PBB P2 Kota Medan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor jumlah wajib pajak, PDRB perkapita ADHB, inflasi, tingkat suku bunga dan investasi, maka kerangka konsep ini dapat dijustifikasi sebagai berikut: PDRB perkapita X2 Inflasi X3 Penerimaan PBB P2 Y Wajib Pajak X1 Investasi X5 Suku Bunga X4 Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan Hadi 2005 dan kesimpulan Insukindro dalam Hadi 2005, variabel jumlah wajib pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan PBB. Namun peningkatan jumlah wajib pajak belum tentu meningkatkan penerimaan PBB. Hal ini bisa terjadi apabila tidak ada kemampuan danatau kesadaran untuk membayar pajak, atau karena tidak adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah setempat untuk mengelola pajak. Akan tetapi, peneliti sepaham dengan Insukindro dalam Hadi 2005. Jumlah wajib pajak yang meningkat akan meningkatkan potensi penerimaan pajak, di mana naiknya jumlah wajib pajak sebagai wujud kesadaran wajib pajak akan membayar pajaknya. Jika wajib pajak sudah memiliki kesadaran yang tinggi maka jumlah wajib pajak yang membayar pajak akan meningkat. Naiknya pembayaran oleh wajib pajak juga akan mendukung penerimaan pajak, khususnya terhadap Pajak Bumi dan Bangunan. PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah atau daerah. PDRB perkapita diperoleh dari hasil pembagian antara PDRB dengan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita menunjukkan kemampuan seseorang untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, termasuk membayar pajak. Dalam penelitian yang dilakukan Hadi 2005, variabel PDRB perkapita berpengaruh positif terhadap penerimaan PBB. Semakin tinggi tingkat pendapatan, kekayaan, dan konsumsi seseorang, berarti semakin tinggi kemampuan orang tersebut untuk membayar pajak dan berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak, termasuk membayar PBB, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi peningkatan PDRB perkapita juga dapat menurunkan penerimaan PBB. Hal ini bisa terjadi apabila kebutuhan Universitas Sumatera Utara hidup seseorang semakin tinggi dikarenakan meningkatnya biaya hidup yang menyebabkan seseorang tidak lagi mampu membayar pajak. Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa peningkatan PDRB perkapita, maka akan banyak penduduk yang memiliki rumah dan menyebabkan pajaknya akan meningkat, sehingga akan meningkatkan penerimaan PBB. Naiknya PDRB akan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam bidang konsumsi dan pengeluaran, khsuusnya terhadap pembelian tanah dan bangunan yang mereka inginkan. Naiknya PDRB akan meningkatkan pendapatan perkapita dan kemudian akan mendorong naiknya permintaan akan rumah. Naiknya permintaan akan rumah dan bangunan rumah baru akan meningkatkan penerimaan PBB. Inflasi memiliki dampak positif apabila inflasi itu ringan dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, apabila terjadi inflasi tak terkendali hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian akan dirasakan lesu. Dalam penelitian yang dilakukan Hadi 2005, variabel Inflasi berpengaruh positif terhadap penerimaan PBB. Kondisi ini menyatakan bahwa semakin tinggi variabel inflasi, berarti semakin tinggi pula penerimaan PBB dan berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan PBB. Inflasi yang meningkat akan mendorong ekspektasi inflasi yang lebih tinggi lagi di masa yang akan datang oleh masyarakat. Naiknya harga-harga khususnya harga tanah dan bangunan rumah akan mendorong masyarakat untuk Universitas Sumatera Utara menginvestasi dalam bentuk tanah, rumah dan bangunan rumah baru, hal tersebut akan meningkatan penerimaan PBB. Menurut Nopirin 2000, suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan agregatpun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi. Suku bunga yang meningkat akan mendorong masyarakat untuk menabung dan tidak menginvestasikan ke dalam pembelian tanah dan bangunan. Banyak masyarakat yang menjual rumah dan tanahnya karena peluang bunga deposito lebih besar dibandingkan jika investasi ke tanah dan bangunan sehingga akan menurunkan penerimaan PBB. Investasi adalah penanaman uang atau modal dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau nilai tambah produksi. Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal investasi dan investasi sangat diperlukan oleh setiap negara untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi maupun untuk meningkatkan lapangan kerja. Menurut Kasmir dan Jakfar 2003, investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik atau pun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan Universitas Sumatera Utara proyek penelitian, dan pengembangan. Dinamika investasi sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan marak lesunya pembangunan. Investasi dalam berbagai bidang akan meningkatkan peluang masyarakat mendapatkan pekerjaan sehingga pendapatan juga meningkat, naiknya pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan akan tanah dan bangunan sehingga akan meningkatkan penerimaan PBB. Secara langsung jika invesatasi ke dalam pembelian tanah dan bangunan meningkat maka potensi penerimaan PBB juga akan terus meningkat.

3.2. Hipotesis Penelitian