Klaim Iklan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

7 pada kesesuaiannya dengan Nutrition Labelling of Singapore serta Keputusan Dirjen POM No. 0202664BSKVIII1991 tentang Persyaratan Mutu Pengganti ASI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 16 dari produk yang diteliti memiliki klaim gizi yang tidak benar. Dengan semakin ketatnya persaingan antar produsen, berbagai cara dilakukan termasuk pencantuman klaim yang dapat mengelabui konsumen. Iklan sering dijadikan media klaim atas sesuatu tanpa bukti. Ada empat jenis klaim yang digunakan untuk mengelabui konsumen, yaitu 1 Klaim yang tampak objektif; seperti klaim tentang kandungan gizi tertentu dalam suatu produk pangan yang harus dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada; 2 Klaim yang subjektif, seperti klaim yang menampilkan persepsi individu kesukaan, pilihan, kepercayaan yang mungkin menghasilkan tafsiran berbeda antar individu, klaim seperti ini sukar dibuktikan; 3 Klaim yang mendua, yaitu suatu klaim yang menampilkan dua sisi pesan yang bersifat pro dan kontra sebagian benar dan sebagian salah; dan 4 Tidak mempunyai dasar, yaitu tidak didukung oleh logika sehingga klaim yang dibuat hanya ditujukan untuk kepentingan promosi yang lebih mengutamakan segi persuasi dibanding segi informasinya Sumarwan, 2006. Menurut Sumarwan, 2006, berdasarkan pada kebenaran informasi atau klaimnya, iklan dapat dibagi menjadi 1 Literal truth atau kebenaran sesungguhnya, yaitu klaim produk yang didukung oleh fakta secara objektif, 2 True Impression advertising, yaitu iklan yang memberikan informasi yang benar namun dapat menimbulkan kesan yang keliru di benak konsumen, 3 Discernible exaggregation, yaitu iklan yang berlebihan atau tidak didukung oleh fakta, 4 False impression advertising, yaitu iklan yang secara sengaja atau tidak sengaja menciptakan salah impresi kesan di benak konsumen.

2.5. Peraturan-peraturan yang terkait dengan pelanggaran Iklan Pangan

Tinjauan pustaka terhadap peraturan perundang-undangan berikut dibagi berdasarkan kategori pelanggaran, yaitu 1 iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, 2 iklan yang memberikan keterangan tidak benar dan 8 menyesatkan berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, 3 yang yang mengarah pada pernyataan baha pangan seolah-olah sebagai obat, 4 iklan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung produk pangan lain. serta 5 ilklan yang mencantumkan logo pernyataan. 2.5.1. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.1831 tanggal 14 April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan menetapkan kata-kata atau pernyataan yang tidak boleh digunakan dalam iklan yang berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan, yaitu 1 yang bermakna superlatif seperti “super”, “paling”, “nomor satu”, “top”, awalan “ter-“ terbaik, termurni; 2 satu-satunya, jika telah ada produk pembandingnya; 3 “sehat”,”cerdas”, “pintar” jika terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan; dan 4 “aman”, “tidak berbahaya”, “tidak mengandung risiko” atau “tidak ada efek samping” tanpa keterangan yang lengkap . Peraturan tersebut juga melarang pencantuman kata higienis, sanitasi, cara produksi pangan yang baik. Hal ini karena proses higienis, sanitasi dan produksi pangan yang baik merupakan keharusan dalam proses produksi yang harus dipenuhi oleh produsen pangan, sehingga tidak boleh diklaim dalam iklan. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pasal 50, melarang iklan yang memuat keterangan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. Pencantuman klaim pada zat gizi ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida “ termasuk kategori pelanggaran iklan yang menyesatkan. Hal tersebut diatur dalam Surat Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.52.3572 tanggal 10 Juli 2008 tentang Penambahan zat gizi dan non gizi dalam produk pangan pasal 6 yang menyatakan bahwa dilarang mencantumkan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida. Klaim tanpa bahan tambahan pangan termasuk kategori pelanggaran iklan pangan yang menyesatkan, karena seolah-olah suatu bahan tambahan pangan