Metode METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu

14 Lampiran 1; 5 Mengkategorikan iklan pangan tersebut menjadi iklan yang memenuhi ketentuan MK dan yang tidak memenuhi ketentuan TMK, dimana iklan pangan dikategorikan tidak memenuhi ketentuan MK jika iklan pangan tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan 6 Mengelompok-kan jenis pelanggaran dalam lima 5 kategori seperti tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1. Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevaluasi iklan pangan Kategori Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan Kategori I Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti super, paling, nomor satu, top, awalan ter- terbaik, termurni. 2. Mencantumkan kata Satu-satunya jika telah ada produk pembandingnya. 3. Mencantumkan kata jauh lebih . Kecuali apabila diban- dingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat obyektif. 4. Mencantumkan kata sehat, cerdas. pintar yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan. 5. Mencantumkan kata aman,tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau tidak ada efek samping tanpa keterangan yang lengkap. 6. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. 7. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain- lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan. 8. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus menda- patkan pembuktian secara ilmiah 9. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji jaminan. 10. Mencantumkan kalimat tanpa bahan pengawet.

11. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat

menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. 15 Kategori Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan Kategori II Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata non kolesterol. 2. Mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam mengiklankan produk yang bukan berasal dari buahsayuran dan daging. Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredient pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber. 3. Mencantumkan kata alami. Kata alami hanya boleh digu- nakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya. 4. Mencantumkan kata segar. Kata segar hanya boleh digu- nakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. 5. Mencantumkan kata murni. Kata murni hanya boleh digu- nakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun. 6. Mencantumkan kata dibuat dari “. Dibuat dari hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan. 7. Mencantumkan kata dibuat dengan. Dibuat dengan hanya boleh digunakan bila produk terdiri dari beberapa bahan dan diikuti dengan nama bahan. 8. Mencantumkan kata 100. 100 hanya boleh digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkandicampur dengan bahan lain.

9. Mencantumkan tekonologi pangan teknologi pangan tidak

boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecu- ali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan. Kategori III Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah berfungsi sebagai obat Kategori IV Iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. 16 Kategori Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan Kategori V Iklan pangan yang mencantumkan logopernyataan, yaitu: 1. Mencantumkan pernyataan seseorangtestimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakitberindikasi sebagai obat. 2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar labora- torium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

3. Mencantumkan logo halal bukan pada label.

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran Iklan Pangan pada Nama Media Cetak

Jumlah total iklan yang terdapat di kelima media yang dievaluasi selama periode adalah 930 iklan pangan. Gambar 1 memperlihatkan persentasi iklan pangan di kelima media cetak yang dievaluasi tersebut. Untuk kategori media tabloid, iklan pangan paling banyak dimuat dalam tabloid Nova 30,03, sedangkan untuk kategori majalah, iklan pangan banyak dimuat di majalah Ayahbunda 25,81. Kedua media cetak tersebut banyak dibaca oleh masyarakat, sehingga banyak dipilih oleh pemasang iklan. 39.03 14.19 16.02 4.95 25.81 5 10 15 20 25 30 35 40 F reku en s i Nova Nakita Femina Kartini Ayahbunda Nama media Gambar 1 . Persentase iklan pangan pada lima media cetak tabloid dan majalah

4.2. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan

Iklan pangan dari kelima media cetak dikelompokkan berdasarkan 16 kategori pangan, yaitu 1 coklat, kopi, dan teh 1,18, 2 kelapa dan hasil olahannya 0,32, 3 minyak dan lemak 4,19, 4 minuman serbuk 2,80, 5 minuman ringan 8,49, 6 jem dan sejenisnya 1,61, 7 air minum dalam kemasan 1,72, 8 ikan dan hasil olahnya 1,08, 9 gula, madu dan kembang gula 0,65, 10 daging dan hasil olahnya 0,86, 11 minuman sereal 1,29, 12 makanan diet khusus 0,43, 13 tepung dan hasil olahnya 18 3,01, 14 bumbu dan rempah 12,26, 15 susu dan hasil olahnya 14,41 serta 16 makanan bayi dan anak 45,70. Dari data tersebut, maka diketahui bahwa persentase iklan pangan terbesar adalah untuk makanan bayi dan anak 45,70, susu dan hasil olahnya 14,41, bumbu-bumbu dan rempah 12,26, minuman ringan 8,49 serta minyak dan lemak 4,19. Di antara kategori produk tersebut, iklan kategori makanan bayi dan anak mempunyai persentase terbesar dibandingkan dengan kategori lain. Hal ini karena media cetak yang dievaluasi memiliki segmentasi pembaca dewasa, pasangan yang baru menikah dan berpenghasilan menengah ke atas.

4.3. Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan hasil evauasi terhadap 930 iklan pangan yang diamati, iklan yang memenuhi ketentuan MK peraturan perundangan berjumlah 505 iklan 54,30, sedang yang tidak memenuhi ketentuan TMK peraturan perundang- undangan berjumlah 425 iklan 45,70 Gambar 2. Gambar 2 . Kesesuaian iklan pangan dalam lima media cetak tabloid dan majalah terhadap ketentuan peraturan Perundang-undangan Gambar 3 memperlihatkan ketidaksesuaian iklan pangan berdasarkan kategori pangan. Kategori pangan yang mengiklankan pangan tidak memenuhi ketentuan lebih banyak dibandingkan yang memenuhi ketentuan ditemukan pada kategori produk kelapa dan hasil olahnya, minuman serbuk, minuman ringan, jem 54.30 45.70 MK TMK