14
Lampiran 1; 5 Mengkategorikan iklan pangan tersebut menjadi iklan yang
memenuhi ketentuan MK dan yang tidak memenuhi ketentuan TMK, dimana iklan pangan dikategorikan tidak memenuhi ketentuan MK jika iklan pangan
tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan 6 Mengelompok-kan jenis pelanggaran dalam lima 5 kategori seperti tercantum
dalam Tabel 1. Tabel 1.
Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevaluasi iklan pangan Kategori
Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan
Kategori I Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar
dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, yaitu:
1. Mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti
super, paling, nomor satu, top, awalan ter- terbaik, termurni.
2. Mencantumkan kata Satu-satunya jika telah ada produk pembandingnya.
3. Mencantumkan kata jauh lebih . Kecuali apabila diban- dingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut
terukur serta bersifat obyektif. 4. Mencantumkan kata sehat, cerdas. pintar yang terkait
dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan.
5. Mencantumkan kata aman,tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau tidak ada efek samping tanpa
keterangan yang lengkap. 6. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan
tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.
7. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain- lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi
pangan. 8. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus menda-
patkan pembuktian secara ilmiah 9. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji
jaminan. 10. Mencantumkan kalimat tanpa bahan pengawet.
11. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat
menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan.
15
Kategori Pelanggaran
Deskripsi Pelanggaran Iklan Kategori II
Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta
sifat bahan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata non kolesterol.
2. Mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam
mengiklankan produk yang bukan berasal dari buahsayuran dan daging. Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya
hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredient pangan tersebut atau apabila
berasal dari satu sumber.
3. Mencantumkan kata alami. Kata alami hanya boleh digu- nakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak
diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya.
4. Mencantumkan kata segar. Kata segar hanya boleh digu- nakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu
bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan.
5. Mencantumkan kata murni. Kata murni hanya boleh digu- nakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan
sesuatu apapun. 6. Mencantumkan kata dibuat dari “. Dibuat dari hanya boleh
digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan.
7. Mencantumkan kata dibuat dengan. Dibuat dengan hanya boleh digunakan bila produk terdiri dari beberapa bahan dan
diikuti dengan nama bahan. 8. Mencantumkan kata 100. 100 hanya boleh digunakan
untuk produk pangan yang tidak ditambahkandicampur dengan bahan lain.
9. Mencantumkan tekonologi pangan teknologi pangan tidak
boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecu- ali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan
dalam kategori pangan. Kategori III
Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah berfungsi sebagai obat
Kategori IV Iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik
secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.
16
Kategori Pelanggaran
Deskripsi Pelanggaran Iklan Kategori V
Iklan pangan yang mencantumkan logopernyataan, yaitu:
1. Mencantumkan pernyataan seseorangtestimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan
penyakitberindikasi sebagai obat. 2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar labora-
torium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap
pangan.
3. Mencantumkan logo halal bukan pada label.
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran Iklan Pangan pada Nama Media Cetak
Jumlah total iklan yang terdapat di kelima media yang dievaluasi selama
periode adalah 930 iklan pangan. Gambar 1 memperlihatkan persentasi iklan
pangan di kelima media cetak yang dievaluasi tersebut. Untuk kategori media tabloid, iklan pangan paling banyak dimuat dalam tabloid Nova 30,03,
sedangkan untuk kategori majalah, iklan pangan banyak dimuat di majalah Ayahbunda 25,81. Kedua media cetak tersebut banyak dibaca oleh
masyarakat, sehingga banyak dipilih oleh pemasang iklan.
39.03
14.19 16.02
4.95 25.81
5 10
15 20
25 30
35 40
F reku
en s
i
Nova Nakita
Femina Kartini
Ayahbunda
Nama media
Gambar 1 . Persentase iklan pangan pada lima media cetak tabloid dan majalah
4.2. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan
Iklan pangan dari kelima media cetak dikelompokkan berdasarkan 16 kategori pangan, yaitu 1 coklat, kopi, dan teh 1,18, 2 kelapa dan hasil
olahannya 0,32, 3 minyak dan lemak 4,19, 4 minuman serbuk 2,80, 5 minuman ringan 8,49, 6 jem dan sejenisnya 1,61, 7 air minum
dalam kemasan 1,72, 8 ikan dan hasil olahnya 1,08, 9 gula, madu dan kembang gula 0,65, 10 daging dan hasil olahnya 0,86, 11 minuman
sereal 1,29, 12 makanan diet khusus 0,43, 13 tepung dan hasil olahnya
18 3,01, 14 bumbu dan rempah 12,26, 15 susu dan hasil olahnya 14,41
serta 16 makanan bayi dan anak 45,70. Dari data tersebut, maka diketahui bahwa persentase iklan pangan terbesar
adalah untuk makanan bayi dan anak 45,70, susu dan hasil olahnya 14,41, bumbu-bumbu dan rempah 12,26, minuman ringan 8,49 serta minyak dan
lemak 4,19. Di antara kategori produk tersebut, iklan kategori makanan bayi dan anak mempunyai persentase terbesar dibandingkan dengan kategori lain. Hal
ini karena media cetak yang dievaluasi memiliki segmentasi pembaca dewasa, pasangan yang baru menikah dan berpenghasilan menengah ke atas.
4.3. Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap Peraturan Perundang-undangan
Berdasarkan hasil evauasi terhadap 930 iklan pangan yang diamati, iklan yang memenuhi ketentuan MK peraturan perundangan berjumlah 505 iklan
54,30, sedang yang tidak memenuhi ketentuan TMK peraturan perundang- undangan berjumlah 425 iklan 45,70 Gambar 2.
Gambar 2 . Kesesuaian iklan pangan dalam lima media cetak tabloid dan
majalah terhadap ketentuan peraturan Perundang-undangan
Gambar 3 memperlihatkan ketidaksesuaian iklan pangan berdasarkan kategori pangan. Kategori pangan yang mengiklankan pangan tidak memenuhi
ketentuan lebih banyak dibandingkan yang memenuhi ketentuan ditemukan pada kategori produk kelapa dan hasil olahnya, minuman serbuk, minuman ringan, jem
54.30 45.70
MK TMK