40 pertumbuhan yang mencantumkan keterangan perlu pembuktian secara ilmiah
yaitu dengan penambahan DHA.
Tabel 31 . Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan bayi dan anak
Kategori pangan Kategori pelanggaran
Makanan bayi dan anak
Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat- kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan
keamanan pangan karena mencantumkan kata jauh lebih .
0,47 Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-
kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata sehat,
cerdas. pintar yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan
2,35 Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-
kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata
higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan
1,88 Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-
kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-
keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah
49,30 Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-
kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-
keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang
bersangkutan 40,38
Mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.
0,94 Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar
laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, terma- suk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan
sertifikat terhadap pangan. 2,82
Mencantumkan logo halal bukan pada label. 1,88
.
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peta kesesuain klaim iklan
pangan pada beberapa media cetak selama periode Januari – Desember 2009 dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Pangan yang diiklankan
dikelompokkan menjadi 16 kategori pangan, yaitu coklat, kopi, teh 1,18, kelapa dan hasil olahnya 0,32, minyak dan lemak 4,19, minuman serbuk
2,80, minuman ringan 8,49, jem dan sejenisnya 1,61, air minum dalam kemasan 1,72, ikan dan hasil olahnya 1,08, gula,madu dan kembang gula
0,65, daging dan hasil olahnya 0,86, minuman sereal 1,29, makanan diet khusus 0,43, tepung dan hasil olahnya 3,01, bumbu dan rempah
12,26, susu dan hasil olahnya 14,41 serta makanan bayi dan anak 45,70.
Berdasarkan hasil analisa dari 930 iklan yang diamati, maka diperoleh hasil 505 iklan 54,30 memenuhi peraturan perundang-undangan dan 425 iklan
45,70 tidak memenuhi peraturan perundang-undangan. Dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku,
tersebar pada: kategori coklat,,kopi, teh 0,94, kategori kelapa dan hasil olahnya 0,71, kategori minyak dan lemak 3,76, kategori minuman serbuk
5,88, kategori minuman ringan 13,41, kategori jem dan sejenisnya 2,12 kategori air minum dalam kemasan 0, kategori ikan dan hasil olahnya
1.88, kategori gula,madu dan kembang gula 0,47, kategori daging dan hasil olahnya 1,18, kategori minuman sereal 2,82, kategori makanan diet
khusus 0,71, kategori tepung dan hasil olahnya 1,88, kategori bumbu dan rempah1,88 , kategori susu dan hasil olahnya 11,76 serta kategori makanan
bayi dan anak 50,59. Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang
mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan sebesar 72.86, mencantumkan
logopernyataan 12.14, mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat 5.71, mencantumkan keterangan tidak benar dan
menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan 5.24
42 dan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak
langsung pangan lain 4.05. Kategori pelanggaran pada kategori pangan yang banyak melakukan
pelanggaran yaitu kategori makanan bayi dan anak serta susu dan hasil olahnya kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan
menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan
pembuktian secara ilmiah, sedangkan untuk kategori minuman ringan kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan,
berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata murni.
Pelanggaran ini bisa terjadi karena ketidaktahuan produsen tentang peraturan perundang-undangan iklan pangan atau belum adanya persepsi yang
sama dengan pemerintah terhadap iklan yang bersifat subyektif sehingga menghasilkan penafsiran yang berbeda antara pemerintah dan konsumen. Untuk
mengantisipasi banyaknya pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan, pemerintah dapat melakukan
sosialisasi. Untuk mengakomodir kreativitas dari pengiklan pangan tetapi masih mematuhi peraturan perundang-undangan tentang iklan pangan pemerintah dalam
membuat suatu kebijakan agar memperhatikan 1 kepentingankepuasan konsumen, 2 perlindungan masyarakat yaitu iklan sebagai sumber informasi,
informasi yang diberikan dalam iklan harus dapat dibuktikan kebenarannya dan bersedia dituntut jika ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dan
3pemasaranbisnis.
5.2. Saran
1. Pengawasan iklan pangan perlu dilanjutkan pada media massa lainnya terutama media elektronik untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap
kategori pelanggaran yang paling banyak terjadi. Hal ini berguna untuk memperkuat fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun
konsumen serta edukasi terhadap konsumen itu sendiri.