life cycle determinants model atau model perilaku pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan behaviour model of health services utilization.
2.2 Kebutuhan Pelayanan Kesehatan
Kebutuhan pelayanan kesehatan bersifat mendasar yang sesuai dengan keadaan riil masyarakat. Secara umum kebutuhan pelayanan kesehatan dapat
dinyatakan dalam dua kategori yaitu kebutuhan yang dirasakan dan kebutuhan yang tidak dirasakan Gani, 1993.
Cara masyarakat memenuhi kebutuhannya tidak selalu sesuai dengan langkah memenuhi kebutuhannya, misalnya masyarakat menempatkan pengobatan anak
waktu sakit pada tingkat prioritas tinggi atau sangat dibutuhkan, tetapi mutu gizi, sanitasi lingkungan dan imunisasi yang justru dapat menjamin kesehatan anak tidak
dianggap sebagai felt needs utama. Faktor yang mempengaruhi masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pada pengetahuan apa yang
ditawarkan dalam pelayanan, bagaimana, kapan, oleh siapa dan dengan biaya berapa pelayanan kesehatan dapat diperoleh. Dengan kata lain pemanfaatan pelayanan
kesehatan dipengaruhi oleh permintaan, sikap dan pengalaman mereka Gani, 1993. Sifat penyakit yang tidak terduga uncertainly kapan datangnya, dimana,
seberapa parah dan pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkan. Menjadikan konsumen pelayanan kesehatan berada dalam posisi yang sangat lemah dan konsekuensi dari
keadaan ini adalah bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan sebagian besar bukan keputusan individu yang bersangkutan. Memang orang memutuskan dimana
Universitas Sumatera Utara
berobat, akan tetapi selanjutnya untuk memutuskan jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan, pihak penyedia pelayananlah yang menentukan Tjiptono, 2000.
Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposing dan faktor enabling mendukung. Jadi
secara umum dapat dikatakan bahwa need characteristic merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Evans dalam
Tjiptono 2000, dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang unik. Ketiga ciri utama tersebut
adalah : a. Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan
kesehatan tidak bisa dipastikan, baik waktunya, tempatnya, maupun besarnya biaya yang dibutuhkan.
b. Asymetry of information. menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi jauh yang lebih lemah sedangkan provider seperti dokter
mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang diberikannya.
c. Externality. Externality berarti bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi pembelipenggunakonsumen tetapi juga bukan konsumen.
Demikian juga resiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak saja mengenai diri pembeli.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi dari sisi permintaandemand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan misalnya status kesehatan dan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
yang dirasakan, faktor demografi dan harapan dan sisi ketersediansupply pelayanan kesehatan kapasitas, fasilitas, sumber daya dan tata kelola. Menurut teori Grossman
dalam Adisasmito 2008, demand untuk layanan kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain, yaitu:
1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk
menghasilkan kesehatan. Kebutuhan penduduk meningkat, penyakit semakin kompleks, dan teknologi kedokteran serta perawatan yang semakin tinggi menuntut
tersedianya dana untuk investasi, operaional, dan pemeliharaan. 2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif, masyarakat
menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan.
3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdeprisiasi dengan segera.
4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi.
2.3 Perilaku Kesehatan
Pelayanan jasa berusaha untuk mempengaruhi perilaku konsumen dengan melakukan pertukaran yang saling menguntungkan. Unit pelayanan kesehatan sebagai
pemberi jasa menawarkan keuntungan kepada konsumen sedangkan konsumen akan memperoleh keuntungan darinya. Demikian pula penyedia pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara
dalam memberi layanannya akan mengeluarkan biaya atau sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan Engel et al, 1995.
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam hidup mereka. Perilaku konsumen dapat juga disebut sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan
jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini Feldstein, 1992.
Ada beberapa macam teori tentang perilaku, antara lain 1 perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan, 2 perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis
dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat Fosu, 1998.
Perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap atau tanggapan
dan psikomotori diukur melalui tindakan praktik yang dilakukan. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal
dari dalam dan luar individu. Faktor dari dalam individu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah
Universitas Sumatera Utara
rangsangan dari luar. Faktor dari luar individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya.
Untuk mendorong pelanggan agar mau merubah sikapnya yang semula tidak berminat memanfaatkan pelayanan kesehatan menjadi mau memanfaatkan, dapat
dilakukan strategi : Luthan, 1995 a. Mengubah komponen afektif. Merupakan hal biasa bagi perusahaan untuk
mempengaruhi rasa suka konsumen terhadap merek tertentu secara tidak langsung. Jika upaya ini berhasil, maka rasa suka yang meningkat tersebut cenderung
meningkatkan kepercayaan positif yang dapat mengarah ke perilaku pembelian, sementara itu, cara umum untuk mempengaruhi komponen afektif secara langsung
adalah melalui classical conditioning. Berdasarkan pendekatan ini, perangsang yang digemari oleh kebanyakan orang secara konsisten dapat dihubungkan dengan
merek. b. Mengubah komponen perilaku. Perilaku pembelian mungkin mendahului
perkembangan kognisi dan afektif. Contohnya, seorang pasien tidak menyukai obat merek tertentu karena yakin bahwa obat tersebut tak dapat menyembuhkan
penyakitnya secara sempurna. Tetapi karena terbujuk oleh temannya, akhirnya ia ingin mencoba dan percobaan itu mengubah persepsinya. Hal ini kemudian
menuntunnya pada peningkatan pengetahuan yang dapat mengubah komponen kognitif. Faktor
– faktor pembentukan sikap untuk mencoba – coba produk tertentu harus tetap dapat dipertahankan. Personel pemasaran perlu mengetahui faktor
–
Universitas Sumatera Utara
faktor tersebut, misalnya dengan membujuk atau memberikan sampel produk sehingga konsumen tertarik untuk mencobanya.
c. Mengubah komponen kognitif Pendekatan yang paling umum untuk mengubah sikap adalah berfokus pada komponen kognitif. Dengan berubahnya kepercayaan,
perasaan dan perilaku, sikap juga akan berubah. Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat
dan perilakunya. Pengetahuan terhadap manfaat suatu kegiatan akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap yang
positif ini akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung pada seseorang
mempunyai sikap positif atau tidak terhadap kegiatan. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan akhirnya
dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah yang disebut dengan perilaku.
2.4 Sistem Pelayanan Kesehatan