Pengaruh Kepercayaan dan Kebutuhan Masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat

(1)

PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TERHADAP

PEMANFAATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARAPAT

T E S I S

Oleh

ROSA ZORAYATAMIN DAMANIK 097032019/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TERHADAP

PEMANFAATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARAPAT

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROSA ZORAYATAMIN DAMANIK 097032019/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH KEPERCAYAAN DAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TERHADAP PEMANFAATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARAPAT

Nama Mahasiswa : Rosa Zorayatamin Damanik Nomor Induk Mahasiswa : 097032019

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (dr. Jamaludin, M.A.R.S) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 19 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes Anggota : 1. dr. Jamaludin, M.A.R.S

2. dr. Fauzi, S.K.M 3. Dr. Fikarwin Zuska


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT KECAMATAN GIRSANG SIPANGAN BOLON TERHADAP

PEMANFAATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARAPAT

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2012

Rosa Zorayatamin Damanik 097032019/IKM


(6)

ABSTRAK

RSUD Parapat merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, namun pemanfaatan RSUD Parapat sangat rendah (BOR= 12,08%). Rendahnya pemanfaatan RSUD Parapat diduga karena masyarakat kurang percaya dengan pelayanan yang diberikan serta belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap pemanfaatan RSUD Parapat. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berdomisili di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, sebanyak 3.519 kepala keluarga. Sampel sebanyak 109 kepala keluarga diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α=0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi) dan kebutuhan (evaluated need dan perceived need) masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan RSUD Parapat. Variabel sikap tentang pelayanan rumah sakit memberikan pengaruh paling besar terhadap terhadap pemanfaatan RSUD Parapat dengan nilai koefisien (B)=4,098.

Disarankan kepada : 1) Manajemen RSUD Parapat perlu meningkatkan perlu meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui : peningkatan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pelaksanaan prosedur pelayanan, keamanan dan kenyamanan serta profesionalisme pelayanan. 2) Manajemen RSUD Parapat hendaknya menyesuaikan pelayanan RSUD Parapat dengan kebutuhan masyarakat dengan: menyesuaikan pelayanan rumah sakit dengan jenis penyakit yang ada di masyarakat dan menyediakan fasilitas dan peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bagi pasien serta meningkatkan kehadiran dokter di rumah sakit sehingga dapat melayani pasien secara optimal.


(7)

ABSTRACT

Parapat District General Hospital is a health service facility for the local community in the sub district of Girsang Sipangan Bolon. Subdistrict However, the use of the hospital is very low (BOR = 12.08%). It was assumed that the low utilization of the hospital was due to the local community’s was lack of beliefs with the service provided by the hospital and the service provided did not meet their needs.

The purpose of this study was to analyze the influence of beliefs and needs of the community of Girsang Sipangan Bolon Sub-district on the use of Parapat District General Hospital. This is an explanatory survey research. This research was conducted in October until December 2011. The population in this study was all heads of families who lived in the sub-district of Girsang Sipangan Bolon, as many as 3.519 heads of the families. A sample of 109 heads of families was taken using simple random sampling technique. Data were obtained through interviews using questionnaires and analyzed by multiple logistic regression at α = 0.05.

The results showed that statistically the variables of beliefs (knowledge, attitudes and perception) and needs (evaluated need and perceived need) of the local community had the influence on the utilization of Parapat Regional General Hospital. The attitude variables concerning hospital services provided the most influential impact on the utilization of Parapat Regional General Hospital with the coefficient value (B) = 4.098.

It is recommended that: 1) Management of Parapat Regional General Hospital needs to to improve local community beliefs through: capacity building, knowledge and skills of hospital staffs in the implementation of service procedures, safety and convenience, and service professionalism as well. 2) Management of Parapat Regional General Hospital is ought to adjust services provided with the needs of the local community by: improving hospital services with illnes in comunnity and improving doctors to medicine of patients.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Kepercayaan dan Kebutuhan Masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

4. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Jamaludin, M.A.R.S selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. dr. Fauzi, S.K.M,dan Dr. Fikarwin Zuska selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 6. Dekan Universitas Islam Sumatera Utara Medan yang telah berkenan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

7. Direktur beserta Staf RSUD Parapat yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Ayah dan Ibu atas segala jasanya sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.

12. Adik-adik tersayang: Vira dan lilia yang memotivasi dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.

13. Teman - temanku di fakultas kedokteran universitas islam sumatera utara atas segala dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini


(10)

14. Iqbal atas segala dukungannya untuk menyelesaikan pendidikan ini

15. Seluruh keluarga dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala motivasi dan dukungannya.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2012 Penulis

Rosa Zorayatamin Damanik


(11)

RIWAYAT HIDUP

Rosa Zorayatamin Damanik, lahir pada tanggal 2 Juni 1986 di Semarang, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Jumsadi Damanik dan Ibunda Khotijah

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Kabluk 03 di Semarang, selesai Tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SMP Taman Asuhan Pematang Siantar, selesai Tahun 2001, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Pematang Siantar, selesai tahun 2004. Fakultas Kedokteran di Universitas Islam Sumatera Utara Medan, selesai Tahun 2010.

Mulai bekerja sebagai staff pengajar di Universitas Islam Sumatera Utara dari tahun 2011 sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2009 hingga saat ini.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 10

2.2 Kebutuhan Pelayanan Kesehatan ... 12

2.3. Perilaku Kesehatan ... 14

2.4. Sistem Pelayanan Kesehatan ... 17

2.5 Kepercayaan atau Keyakinan Kesehatan ... 18

2.6 Pengetahuan ... 22

2.7 Sikap ... 25

2.8 Persepsi ... 28

2.9 Masyarakat ... 30

2.10 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ... 32

2.11 Landasan Teori ... 34

2.12 Kerangka Konsep ... 36

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2 Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1 Populasi ... 37


(13)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Data Primer ... 40

3.4.2 Data Sekunder ... 41

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas ... 41

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6 Metode Pengukuran ... 44

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 44

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 45

3.7 Metode Analisis Data ... 45

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 47

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 47

4.1.1 Visi dan Misi RSUD Parapat ... 48

4.1.2 Fasilitas Pelayanan dan Tenaga Kesehatan di RSUD Parapat 48 4.2 Identitas Responden ... 49

4.3 Kepercayaan Masyarakat ... 51

4.3.1 Pengetahuan tentang Pelayanan Rumah Sakit ... 51

4.3.2 Sikap terhadap Pelayanan Rumah Sakit ... 53

4.3.3 Persepsi terhadap Pelayanan Rumah Sakit ... 56

4.4 Kebutuhan Masyarakat ... 59

4.4.1 Perceived Need... 59

4.4.2 Evaluated Need ... 62

4.5 Pemanfaatan RSUD Parapat ... 65

4.6 Tabel Silang Kepercayaan dan Kebutuhan Masyarakat dengan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 66

4.7 Analisis Multivariat ... 70

BAB 5. PEMBAHASAN ... 74

5.1 Pengaruh Kepercayaan Masyarakat terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ... 74

5.1.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ... 76

5.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ... 78

5.1.3 Pengaruh Persepsi terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat .... 81

5.2 Pengaruh Kebutuhan Masyarakat terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ... 83

5.2.1 Pengaruh Perceived Need terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ... 84

5.2.2 Pengaruh Evaluated Need terhadap Pemanfaatan RSUD Parapat ... 90


(14)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Distribusi Sampel menurut Desa/Kelurahan ... 39

3.2 Pengukuran Variabel Variabel Bebas ... 44

3.3 Pengukuran Variabel Terikat ... 45

4.1 Distribusi Identitas Responden di RSUD Parapat ... 50

4.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang RSUD Parapat ... 52

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Pelayanan Kesehatan di RSUD Parapat ... 52

4.4 Distribusi Sikap Responden tentang RSUD Parapat ... 55

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Pelayanan Kesehatan RSUD Parapat ... 55

4.6 Distribusi Persepsi Responden tentang RSUD Parapat ... 58

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi tentang Pelayanan Kesehatan di RSUD Parapat ... 59

4.8 Distribusi Menurut Perceived Need ... 61

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Perceived Need ... 62

4.10 Distribusi Responden Menurut Evaluated Need ... 64

4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Evaluated Need ... 65

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 65

4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pemanfaatan RSUD Parapat 66 4.14 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 67

4.15 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 68

4.16 Hubungan Persepsi dengan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 68

4.17 Hubungan Perceived Need dengan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 69

4.18 Hubungan Evaluated Need dengan Pemanfaatan RSUD Parapat ... 69


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Landasan Teori ... 35 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 36


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 107

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 112

3 Uji Univariat ... 117

4 Uji Bivariat ... 127

5 Hasil Uji Regresi ... 144

6 Surat Keterangan Selesai Penelitian... 145

an 171 8. Surat Ijin selesai penelitian dari RSUD. Perdagangan Kabupaten Simalungun ... 172

5. Dokumentasi Penelitian ... 154

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155


(18)

ABSTRAK

RSUD Parapat merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, namun pemanfaatan RSUD Parapat sangat rendah (BOR= 12,08%). Rendahnya pemanfaatan RSUD Parapat diduga karena masyarakat kurang percaya dengan pelayanan yang diberikan serta belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap pemanfaatan RSUD Parapat. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berdomisili di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, sebanyak 3.519 kepala keluarga. Sampel sebanyak 109 kepala keluarga diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi logistik berganda pada α=0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi) dan kebutuhan (evaluated need dan perceived need) masyarakat berpengaruh terhadap pemanfaatan RSUD Parapat. Variabel sikap tentang pelayanan rumah sakit memberikan pengaruh paling besar terhadap terhadap pemanfaatan RSUD Parapat dengan nilai koefisien (B)=4,098.

Disarankan kepada : 1) Manajemen RSUD Parapat perlu meningkatkan perlu meningkatkan kepercayaan masyarakat melalui : peningkatan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pelaksanaan prosedur pelayanan, keamanan dan kenyamanan serta profesionalisme pelayanan. 2) Manajemen RSUD Parapat hendaknya menyesuaikan pelayanan RSUD Parapat dengan kebutuhan masyarakat dengan: menyesuaikan pelayanan rumah sakit dengan jenis penyakit yang ada di masyarakat dan menyediakan fasilitas dan peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bagi pasien serta meningkatkan kehadiran dokter di rumah sakit sehingga dapat melayani pasien secara optimal.


(19)

ABSTRACT

Parapat District General Hospital is a health service facility for the local community in the sub district of Girsang Sipangan Bolon. Subdistrict However, the use of the hospital is very low (BOR = 12.08%). It was assumed that the low utilization of the hospital was due to the local community’s was lack of beliefs with the service provided by the hospital and the service provided did not meet their needs.

The purpose of this study was to analyze the influence of beliefs and needs of the community of Girsang Sipangan Bolon Sub-district on the use of Parapat District General Hospital. This is an explanatory survey research. This research was conducted in October until December 2011. The population in this study was all heads of families who lived in the sub-district of Girsang Sipangan Bolon, as many as 3.519 heads of the families. A sample of 109 heads of families was taken using simple random sampling technique. Data were obtained through interviews using questionnaires and analyzed by multiple logistic regression at α = 0.05.

The results showed that statistically the variables of beliefs (knowledge, attitudes and perception) and needs (evaluated need and perceived need) of the local community had the influence on the utilization of Parapat Regional General Hospital. The attitude variables concerning hospital services provided the most influential impact on the utilization of Parapat Regional General Hospital with the coefficient value (B) = 4.098.

It is recommended that: 1) Management of Parapat Regional General Hospital needs to to improve local community beliefs through: capacity building, knowledge and skills of hospital staffs in the implementation of service procedures, safety and convenience, and service professionalism as well. 2) Management of Parapat Regional General Hospital is ought to adjust services provided with the needs of the local community by: improving hospital services with illnes in comunnity and improving doctors to medicine of patients.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dunia usaha ditandai dengan terbukanya persaingan yang ketat di segala bidang, termasuk pada jasa pelayanan kesehatan rumah sakit, hal ini merupakan suatu tantangan bagi pelaksanaan pembangunan kesehatan di Indonesia. Organisasi–organisasi menghadapi tantangan untuk mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki keahlian khusus sehingga mampu bersaing dengan dunia usaha, salah satu diantaranya adalah usaha jasa pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek yang berperan dalam penciptaan derajat kesehatan yang merata kepada seluruh masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yaitu terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk menggapai pelayanan kesehatan dan berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2010).

Kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan derajat kesehatan masyarakat. Dalam beberapa tahun belakangan ini, industri rumah sakit di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup berarti dengan diterbitkannya berbagai peraturan dan perundang-undangan yang bertujuan untuk mendorong investasi dan menciptakan kondisi bisnis dan jasa rumah sakit yang lebih baik.


(21)

Rumah sakit umum sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memegang peranan yang cukup penting dalam pembangunan kesehatan dengan misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas pokok rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan (Depkes RI, 2009).

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah masyarakat, pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota), badan legislatif serta badan yudikatif, sehingga dengan demikian masyarakat, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus saling bahu membahu secara sinergis melaksanakan pembangunan kesehatan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2008)

Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau dengan peran masyarakat secara aktif. Tuntutan masyarakat terhadap pemanfaatan rumah sakit semakin kompleks sebagai dampak positif kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat semakin peka terhadap pelayanan rumah sakit yang bermutu sehingga tahu haknya tentang pelayanan yang seharusnya mereka terima, hal ini


(22)

menyebabkan perbedaan tingkat pemanfaatan Rumah Sakit Pemerintah dengan Rumah Sakit Swasta (Depkes RI, 2009).

Persentase pemanfaatan pelayanan rumah sakit di Indonesia oleh rumah tangga sebesar 40,0% untuk daerah perkotaan dan 22,0% untuk wilayah pedesaan. Persentase yang rendah terhadap pemanfaatan rumah sakit pada wilayah perkotaan terkait dengan perkembangan jumlah rumah sakit swasta, khususnya di kota-kota besar (Riset Kesehatan Daerah, 2010).

Departemen Kesehatan RI menentukan Standar Pelayanan Rumah Sakit yang berisi kriteria-kriteria penting mengenai jenis disiplin pelayanan yang berkaitan terutama dengan struktur dan proses pelayanan yang didukung fasilitas fisik serta sikap mental dan kualitas profesionalisme petugas kesehatan (Depkes RI, 2005).

Rumah sakit umum harus menjalankan fungsi sosialnya kepada masyarakat melalui pelayanan prima. Manajemen rumah sakit umum harus berpikir ekstra keras dan menghindari kesalahan dalam pelayanan (Depkes RI, 2001).

Dari permasalahan pelayanan kesehatan yang dikemukakan di atas terlihat bahwa sistem pelayanan jasa rumah sakit di Indonesia belum baik, karena kurang didukung fasilitas fisik dan komponen pelengkap maupun keberadaan tenaga medis, paramedis dan non medis yang ikut terlibat dalam penyampaian jasa dan berhubungan langsung dengan pasien dan keluarganya. Di dalam mencapai tujuan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, juga penting diperhatikan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan (Depkes RI, 2001).


(23)

Menurut Adisasmito (2008), permasalahan pokok yang dihadapi oleh sistem pelayanan di rumah sakit milik pemerintah, antara lain adalah:

a. Ada kesenjangan antara kebutuhan dan permintaan terhadap pelayanan rumah sakit, karena dibandingkan negara-negara tetangga, jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia relatif masih rendah, yaitu 60 tempat tidur RS per 100.000 penduduk, atau ke-8 paling rendah di dunia dalam rasio tempat tidur dibandingkan jumlah penduduk.

b. Kebutuhan riil akan pelayanan kesehatan di Indonesia sangat besar, ini tercermin dari derajat kesehatan yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Bed Occupancy Rate (BOR) hanya sekitar 55-57% selama 10 tahun terakhir. Rata-rata tiap hari dari 100.000 penduduk hanya 30 orang yang sedang dirawat di rumah sakit.

c. Tingkat kepercayaan masyarakat yang menurun akibat hambatan dalam pembiayaan.

d. Pemerataan pelayanan medik yang bermutu, efektif dan berkesinambungan belum dirasakan oleh masyarakat luas.

e. Masyarakat yang mengalami keluhan sakit belum seluruhnya memanfaatkan fasilitas pelayanan rumah sakit, karena melakukan pengobatan sendiri dan sebagian berobat ke dukun atau bahkan sama sekali tidak berobat.

f. Adanya perbedaan pemahaman antara pejabat/instansi di pusat dan daerah tentang hakekat otonomi daerah di bidang kesehatan, sehingga belum seluruhnya


(24)

pemerintah daerah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) tentang organisasi dan tata kerja RSUD.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai rumah sakit milik pemerintah daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut di atas. Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa yang menyediakan layanan untuk dimanfaatkan oleh kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu (Jonirasmanto, 2005).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009), pemanfaatan RSUD masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan angka tingkat pemanfaatan tempat tidur pada 29 unit RSUD di Provinsi Sumatera Utara berkisar 9,0-86,3%. Tingkat pemanfaatan tempat tidur RSUD paling rendah pada RSUD Sultan Sulaiman (Kabupaten Serdang Bedagai) yaitu 9,0%, sedangkan paling tinggi pada RSU Lubuk Pakam (Kabupaten Deli Serdang), yaitu 86,3%. Hal yang sama juga terjadi pada RSUD Parapat Kabupaten Simalungun yang menghadapi tantangan persaingan dengan kehadiran rumah sakit lain (seperti RSU Ajibata Kabupaten Toba Samosir) yang lokasinya berdekatan dengan RSUD Parapat.


(25)

RSUD Parapat berdiri pada tahun 1983 pada awalnya untuk kepentingan wisatawan yang berkunjung ke Parapat sebagai kawasan wisata di Kabupaten Simalungun maupun Provinsi Sumatera Utara, karena ada ketentuan dalam bidang pariwisata bahwa pada kawasan wisata (destinasi) yang dikunjungi oleh wisatawan internasional harus tersedia rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi wisatawan asing yang membutuhkan perawatan selama berwisata (Dinas Pariwisata Kabupaten Simalungun, 2010).

RSUD Parapat pada tahun 1992 dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Simalungun. Saat ini RSUD Parapat merupakan Rumah Sakit Umum Klas D, menurut penjelasan UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, disebutkan bahwa Rumah Sakit Umum Kelas D yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 1 orang dokter umum dan 1 orang dokter gigi. Saat ini RSUD Parapat sedang dipersiapkan menjadi rumah sakit kelas C, dengan fasilitas pelayanan dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar.

RSU Ajibata yang berdiri pada tahun 2009 dikelola swasta menjadi alternatif bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tarif

pelayanan di RSU Ajibata lebih tinggi dibandingkan RSUD Parapat, namun

keinginan masyarakat yang tinggi untuk memanfaatkan RSU Ajibata menunjukkan masyarakat lebih mementingkan pelayanan yang dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan.


(26)

Kondisi tersebut menyebabkan kinerja RSUD Parapat sangat rendah, dimana tingkat Bed Occupancy Rate (BOR) tahun 2009 sebesar 14,06% menurun menjadi 12,08% pada tahun 2010, LOS tahun 2009 sebesar 8,5% menjadi 8,3% pada tahun 2010. Hal ini sangat kontras dengan RSU Ajibata yang tingkat BOR mencapai 67% pada tahun 2009 serta meningkat menjadi 73% pada tahun 2010 (Profil RSUD Parapat, 2011 dan Profil RSU Ajibata, 2011).

Survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2011 terhadap 10 orang masyarakat yang berdomisili di sekitar di RSUD Parapat yang sudah pernah

memanfaatkan dan belum pernah memanfaatkan, ditanyakan tentang kemana akan berobat bila menderita suatu penyakit atau pun sekedar melakukan pemeriksaan kesehatan, sebanyak 5 orang (50%) masyarakat menyatakan lebih memilih RSU Ajibata yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mereka. Setelah ditanyakan lebih lanjut tentang alasan mereka berobat ke RSU Ajibata padahal di tempat tinggal meraka terdapat RSUD Parapat, masyarakat menyatakan lebih percaya dengan kemampuan RSU Ajibata. Alasan yang lebih spesifik dinyatakan masyarakat bahwa mereka membutuhkan pelayanan yang berkualitas serta sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan hasil survei pendahuluan menunjukkan adanya fenomena masalah kepercayaan masyarakat terhadap RSUD Parapat yang rendah dimana masyarakat lebih memilih berobat ke RSU Ajibata meskipun tarifnya lebih mahal. Fenomena ini menyebabkan pemanfaatan RSU Parapat yang tidak maksimal.


(27)

Penelitian Matondang (2011) tentang pengaruh kepercayaan masyarakat tentang kesehatan terhadap pemanfaatan Rumah Sakit Umum Swadana Tarutung, menyimpulkan bahwa faktor kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi) masyarakat tentang kesehatan mempengaruhi pemanfaatan RSUD. Hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan pasien terhadap rumah sakit akan menentukan tingkat pemanfaatan rumah sakit.

Penelitian yang dilakukan Paiman (2008), variabel pelayanan, fasilitas dan tarif pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan variabel kepercayaan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Secara simultan keempat variabel tersebut berpengaruh terhadap kepuasan pasien dan dalam hasil penelitian tersebut disarankan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pasien, hendaknya pihak rumah sakit selalu memperhatikan aspek sumber daya manusia yang ada, dengan diberikan pelatihan agar lebih profesional dibidangnya masing-masing.

Berdasarkan telaah di atas dan untuk mendapatkan bukti empirik, maka diperlukan penelitian berkenaan dengan pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap pemanfaatan RSUD Parapat.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah: “apakah kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berpengaruh terhadap pemanfaatan RSUD Parapat?”.


(28)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap pemanfaatan RSUD Parapat.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon terhadap pemanfaatan RSUD Parapat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi RSUD Parapat untuk menyesuaikan jenis dan kualitas pelayanan dengan kebutuhan masyarakat.

2. Penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan serta memberi masukan bagi pengembangan teori-teori ilmu kesehatan masyarakat, khususnya tentang pemanfaatan rumah sakit.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemanfatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2005) mengemukakan konsep bahwa perilaku sesorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : 1. Karakteristik predisposisi (Predisposing Charcteristic). Setiap individu memiliki

kecenderungan yang berbeda untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan karena adanya perbedaan–perbedaan karakteristik demografi, struktur sosial dan kepercayaan tentang kesehatan yang akan menolongnya menyembuhkan penyakit. Karakteristik predisposing menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda– beda yang digolongkan atas :

a. Ciri demografi seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah keluarga

b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan dan kesukuan c. Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan

2. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic).Karateristik ini mengambarkan bagaimana individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan perlu didukung oleh faktor lain seperti : faktor pendapatan, ketercapaian atau kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan yang ada.


(30)

Karakteristik pendukung ini menjelaskan bahwa meskipun individu mepunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, tidak akan bertindak menggunakannya kecuali mampu memperolehnya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar. Yang termasuk karakteristik ini adalah :

a. Sumber keluarga (family resources), yang meliputi pendapatan keluarga, cakupan asuransi kesehatan dan pihak – pihak yang membiayai individu atau keluarga dalam mengkonsumsi pelayanan kesehatan

b. Sumber daya masyarakat (community resources), yang meliputi tersedianya pelayanan kesehatan, ketercapaian pelayanan dan sumber – sumber yang ada didalam masyarakat

3. Karakteristik kebutuhan (need). Faktor predisposisi dan faktor pendukung dapat terwujud menjadi tindakan pencarian pengobatan, apabila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi :

a. Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan

b. Evaluate / clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.

Model pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang diajukan oleh Andersen pada tahun 1984, sering disebut sebagai model penentu siklus kehidupan


(31)

(life cycle determinants model) atau model perilaku pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan (behaviour model of health services utilization).

2.2 Kebutuhan Pelayanan Kesehatan

Kebutuhan pelayanan kesehatan bersifat mendasar yang sesuai dengan keadaan riil masyarakat. Secara umum kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dinyatakan dalam dua kategori yaitu kebutuhan yang dirasakan dan kebutuhan yang tidak dirasakan (Gani, 1993).

Cara masyarakat memenuhi kebutuhannya tidak selalu sesuai dengan langkah memenuhi kebutuhannya, misalnya masyarakat menempatkan pengobatan anak waktu sakit pada tingkat prioritas tinggi atau sangat dibutuhkan, tetapi mutu gizi, sanitasi lingkungan dan imunisasi yang justru dapat menjamin kesehatan anak tidak dianggap sebagai felt needs utama. Faktor yang mempengaruhi masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pada pengetahuan apa yang ditawarkan dalam pelayanan, bagaimana, kapan, oleh siapa dan dengan biaya berapa pelayanan kesehatan dapat diperoleh. Dengan kata lain pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh permintaan, sikap dan pengalaman mereka (Gani, 1993).

Sifat penyakit yang tidak terduga (uncertainly) kapan datangnya, dimana, seberapa parah dan pelayanan kesehatan apa yang dibutuhkan. Menjadikan konsumen pelayanan kesehatan berada dalam posisi yang sangat lemah dan konsekuensi dari keadaan ini adalah bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan sebagian besar bukan keputusan individu yang bersangkutan. Memang orang memutuskan dimana


(32)

berobat, akan tetapi selanjutnya untuk memutuskan jenis pemeriksaan dan jenis pengobatan, pihak penyedia pelayananlah yang menentukan (Tjiptono, 2000).

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposing dan faktor enabling mendukung. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa need characteristic merupakan penentu akhir bagi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Evans dalam Tjiptono (2000), dibandingkan dengan kebutuhan hidup manusia yang lain kebutuhan pelayanan kesehatan mempunyai tiga ciri utama yang unik. Ketiga ciri utama tersebut adalah :

a. Uncertainty atau ketidakpastian menunjukkan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan tidak bisa dipastikan, baik waktunya, tempatnya, maupun besarnya biaya yang dibutuhkan.

b. Asymetry of information. menunjukkan bahwa konsumen pelayanan kesehatan berada pada posisi jauh yang lebih lemah sedangkan provider (seperti dokter) mengetahui jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang diberikannya.

c. Externality. Externality berarti bahwa konsumsi pelayanan kesehatan tidak saja mempengaruhi "pembeli/pengguna/konsumen" tetapi juga bukan konsumen. Demikian juga resiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak saja mengenai diri pembeli.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi dari sisi permintaan/demand masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (misalnya status kesehatan dan kebutuhan


(33)

yang dirasakan, faktor demografi dan harapan) dan sisi ketersedian/supply pelayanan kesehatan (kapasitas, fasilitas, sumber daya dan tata kelola). Menurut teori Grossman dalam Adisasmito (2008), demand untuk layanan kesehatan memiliki beberapa hal yang membedakan dengan pendekatan tradisional demand dalam sektor lain, yaitu: 1. Yang diinginkan masyarakat atau konsumen adalah kesehatan bukan pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan derived demand sebagai input untuk menghasilkan kesehatan. Kebutuhan penduduk meningkat, penyakit semakin kompleks, dan teknologi kedokteran serta perawatan yang semakin tinggi menuntut tersedianya dana untuk investasi, operaional, dan pemeliharaan.

2. Masyarakat tidak membeli kesehatan dari pasar secara pasif, masyarakat menghasilkannya, menggunakan waktu untuk usaha-usaha peningkatan kesehatan, di samping menggunakan pelayanan kesehatan.

3. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan investasi karena tahan lama dan tidak terdeprisiasi dengan segera.

4. Kesehatan dapat dianggap sebagai bahan konsumsi sekaligus sebagai bahan investasi.

2.3 Perilaku Kesehatan

Pelayanan jasa berusaha untuk mempengaruhi perilaku konsumen dengan melakukan pertukaran yang saling menguntungkan. Unit pelayanan kesehatan sebagai pemberi jasa menawarkan keuntungan kepada konsumen sedangkan konsumen akan memperoleh keuntungan darinya. Demikian pula penyedia pelayanan kesehatan


(34)

dalam memberi layanannya akan mengeluarkan biaya atau sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan (Engel et al, 1995).

Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka. Perilaku konsumen dapat juga disebut sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Feldstein, 1992).

Ada beberapa macam teori tentang perilaku, antara lain (1) perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan, (2) perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat (Fosu, 1998).

Perilaku seseorang terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotori diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan. Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu. Faktor dari dalam individu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah


(35)

rangsangan dari luar. Faktor dari luar individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Untuk mendorong pelanggan agar mau merubah sikapnya yang semula tidak berminat memanfaatkan pelayanan kesehatan menjadi mau memanfaatkan, dapat dilakukan strategi : (Luthan, 1995)

a. Mengubah komponen afektif. Merupakan hal biasa bagi perusahaan untuk mempengaruhi rasa suka konsumen terhadap merek tertentu secara tidak langsung. Jika upaya ini berhasil, maka rasa suka yang meningkat tersebut cenderung meningkatkan kepercayaan positif yang dapat mengarah ke perilaku pembelian, sementara itu, cara umum untuk mempengaruhi komponen afektif secara langsung adalah melalui classical conditioning. Berdasarkan pendekatan ini, perangsang yang digemari oleh kebanyakan orang secara konsisten dapat dihubungkan dengan merek.

b. Mengubah komponen perilaku. Perilaku pembelian mungkin mendahului perkembangan kognisi dan afektif. Contohnya, seorang pasien tidak menyukai obat merek tertentu karena yakin bahwa obat tersebut tak dapat menyembuhkan penyakitnya secara sempurna. Tetapi karena terbujuk oleh temannya, akhirnya ia ingin mencoba dan percobaan itu mengubah persepsinya. Hal ini kemudian menuntunnya pada peningkatan pengetahuan yang dapat mengubah komponen kognitif. Faktor – faktor pembentukan sikap untuk mencoba – coba produk tertentu harus tetap dapat dipertahankan. Personel pemasaran perlu mengetahui faktor –


(36)

faktor tersebut, misalnya dengan membujuk atau memberikan sampel produk sehingga konsumen tertarik untuk mencobanya.

c. Mengubah komponen kognitif Pendekatan yang paling umum untuk mengubah sikap adalah berfokus pada komponen kognitif. Dengan berubahnya kepercayaan, perasaan dan perilaku, sikap juga akan berubah. Keikutsertaan seseorang di dalam suatu aktivitas tertentu sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, sikap, niat dan perilakunya. Pengetahuan terhadap manfaat suatu kegiatan akan menyebabkan orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap yang positif ini akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan sangat tergantung pada seseorang mempunyai sikap positif atau tidak terhadap kegiatan. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan akhirnya dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah yang disebut dengan perilaku.

2.4 Sistem Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan bukanlah komoditi yang dapat diperjual belikan, akan tetapi pelayanan kesehatan merupakan komoditi jasa sehingga konsumen perlu informasi tentang jenis atau macam pelayanan kesehatan yang tersedia serta efektifitas pelayanan tersebut (Mills dan Gilson, 1990). Dari sudut pandang supply, produksi terpenting adalah hasil pelayanan kesehatan dan keluaran lainnya, sedangkan dari sudut pandang demand masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya sehingga mereka memerlukan pelayanan kesehatan sebagai salah satu


(37)

cara mencapai status kesehatan yang tinggi. Hubungan tersebut merupakan hubungan antara supply dan demand dalam pelayanan kesehatan yaitu hubungan antara keinginan sehat dan permintaan terhadap pelayanan kesehatan dengan penyediaan pelayanan kesehatan. Hubungan ini kelihatannya sederhana tapi sebenarnya merupakan hubungan yang sangat kompleks terbukti sering terjadi ketidak sesuaian antara demand dan supply atau sebaliknya. Hal ini penyebab utamanya adalah adanya kesenjangan informasi yaitu menterjemahkan adanya keinginan dan kebutuhan sehat menadi konsumsi perawatan kesehatan yang melibatkan berbagai informasi tentang macam perawatan yang tersedia, tentang efektifitas pelayanan (Mills dan Gilson, 1990).

Padahal permintaan terhadap pelayanan kesehatan merupakan permintaan yang tidak pasti dan ketidak tahuan pasien tentang status kesehatan, ketersediaan pelayanan kesehatan dan lain–lain. Dengan demikian pengambilan keputusannya pun sering sulit dilakukan oleh konsumen (Mills dan Gilson, 1990).

2.5 Kepercayaan atau Keyakinan Kesehatan

Fishbein dan Azjen (1975), menyebutkan pengertian kepercayaan atau

keyakinan dengan kata “belief”, yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek.

Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat dan kajian bidang kesehatan, penggunaan


(38)

terhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan, seperti teori model kepercayaan kesehatan (health belief model) menurut Rosenstock dalam Notoatmodjo (2005) dan kepercayaan kesehatan (health belief) dalam teori pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2005).

Keyakinan atau kepercayaan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi, keilahian dan kekuatan yang menciptakan kehidupan. Aspek keyakinan atau kepercayaan dalam kehidupan manusia mengarahkan budaya hidup. perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber daya didalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup yang disebut kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Keyakinan individu dihubungkan dengan semua aspek kehidupan individu termasuk kesehatan dan penyakit (Potter & Perry dalam Kadir, 2004). Ketika tubuh mengalami sakit dan emosi berada diluar kontrol, maka keyakinan seseorang menjadi faktor pendukung dalam mencari pelayanan pengobatan untuk mencapai kesembuhan.

Deutsch dalam Bruhen (2003) mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan suatu pihak akan menemukan apa yang diinginkan dari pihak lain bukan apa yang ditakutkan dari pihak lain. Mayer, Davis dan Schoorman dalam Bruhen (2003) menyatakan bahwa kepercayaan adalah kemauan dari salah satu pihak untuk menjadi tidak berdaya (vulnerable) atas tindakan pihak lainnya. Sementara Barney dan Hansen dalam Bruhen (2003) berpendapat bahwa kepercayaan merupakan keyakinan


(39)

mutual dari kedua pihak bahwa diantara keduanya tidak akan memanfaatkan kelemahan pihak lain. Costabile dalam Bruhen (2003) kepercayaan atau trust didefinisikan sebagai persepsi akan keterhandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada pengalaman, atau lebih pada urut-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan.

Definisi di atas memberikan beberapa elemen penting yaitu kesedian dari salah satu pihak untuk menjadi tidak berdaya, keyakinan bersama bahwa diantara mereka tidak akan saling memanfaatkan kelemahan mitranya, serta adanya harapan bahwa pihak lain dapat memberikan kepuasan atas kebutuhannya.

Secara umum bagi industri jasa, dasar dari hubungan jangka panjang dengan konsumen ada pada kepercayaan konsumen terhadap organisasi. Kepercayaan merupakan inti dari kompleksitas hubungan antar manusia. Konsep ini mewakili komponen hubungan kualitas yang berpusat pada masa depan. Kepercayaan dapat dikatakan eksis ketika ada kerelaan konsumen untuk bersandar sepenuhnya pada perilaku perusahaan dimasa depan (Bruhen, 2003).

Dalam upaya pembentukan kepercayaan ini dibutuhkan salah satu pihak yang lemah atau tidak berdaya (vulnerable) dimana terdapat ketidakpastian sebagai hasil dari keputusan yang diambil. Unsur ketidakpastian ini banyak terjadi dalam bidang jasa karena keunikan jasa seperti telah disebutkan diatas.

Kepercayaan merupakan konsep yang memfokuskan diri pada masa depan, yang memberikan suatu jaminan bahwa patner termotivasi untuk tidak beralih dalam konteks pertukaran dengan pihak lain (Gurviez dan Korchia, 2003). Secara psikologi


(40)

kepercayaan merupakan suatu keyakinan dan kemauan atau dapat juga disebut sebagai kecenderungan perilaku (Delgado-Ballester et al., 2003), sehingga faktor kepercayaan merupakan variabel kunci dalam hubungan antara suatu organisasi dengan mitra kerjanya.

Beberapa proses yang diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan adalah (Doney & Canon dalam Bruhen, 2003) adalah :

a. Proses yang terkalkulasi. Menurut proses ini pihak tertentu yakin pada perilaku positif pihak lain ketika manfaat dari perilaku negatif pihak yang sama memiliki konsekuensi biaya yang lebih rendah.

b. Proses prediktif. Kepercayaan menurut proses ini sangat bergantung pada kemampuan pihak tertentu untuk mengantisipasi perilaku pihak lainnya.

c. Proses kemampuan. Proses ini berkaitan erat dengan perkiraan kemampuan pihak lain dalam memenuhi kewajibannya.

d. Proses intensi. Menurut proses ini kepercayaan didasarkan pada tujuan dan intensi pihak lain serta ini mengacu pada penilaian pihak lain diluar pihak-pihak yang terlibat dalam proses.

Mengacu pada pada beberapa jenis proses di atas terdapat persamaan penting didalamnya yakni bahwa proses penumbuhan kepercayaan membutuhkan kemampuan mengantisipasi perilaku pihak lain dalam hubungan konsumen-produsen. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa kesuksesan karyawan lini depan dalam menghantarkan jasa yang ditawarkan sangat ditentukan oleh hubungan pertukaran internal antar bagian dalam organisasi.


(41)

Djati dan Ferrinadewi (2004), menyatakan bahwa terdapat dimensi pada manusia dalam jasa merupakan variabel kunci dalam penciptaan kepercayaan konsumen pada bidang jasa. Proposisi ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan usaha jasa untuk mengantisipasi keinginan konsumen merupakan fokus dari keseluruhan aktivitas jasa yang ditujukan untuk mendorong komitmen konsumen, terutama pada usaha jasa dengan tingkat interaksi yang tinggi antara konsumen dan penyedia jasa. Usaha jasa dengan tingkat interaksi yang tinggi dengan konsumen membuat satu-satunya sumber pengalaman konsumen dengan kinerja jasa adalah pada proses interaksi yang mereka jalani. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa kepercayaan merupakan persepsi konsumen akan kehandalan kinerja produk maka sumber stimulus bagi persepsi konsumen ada pada proses interaksi tersebut (Djati dan Ferrinadewi, 2004).

2.6 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006) kata “tahu” berarti mengerti

sesudah melihat (menyaksikan, mengalami atau diajar). Sedangkan arti dari pemahaman adalah hal mengetahui sesuatu, segala apa yang diketahui serta


(42)

kepandaian. Dalam hal ini, dapat dikatakan efektif bila penerima pesan dapat memperoleh pengetahuan yang didapatnya dari pesan yang disampaikan oleh sumber pengetahuan dan berkenaan dengan sesuatu hal (disiplin ilmu).

Pengetahuan dapat diperoleh dari proses belajar yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga, seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan yang diperoleh, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin besar kemampuan menyerap, menerima dan mengadopsi informasi yang di dapat (Notoatmodjo, 2003).

Sementara Soekamto (1997) berpendapat, pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman sendiri maupun orang lain, media masa maupun lingkungan sekitarnya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (over behavior). Adanya perubahan perilaku baru pada seseorang merupakan suatu proses yang komplek dan memerlukan waktu relatif lama di mana tahapan yang pertama adalah pengetahuan, sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru maka harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya maupun terhadap keluarga atau orang lain (Soekamto, 1997).

Kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman kerja maupun


(43)

pendidikan, dan ketrampilan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya jenis pendidikan, kurikulum, pengalaman praktek dan latihan (Gibson. et al, 2001).

Pengetahuan terdiri dari fakta, konsep generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan masalah.

Menurut Gibson. et al. (2001) ada empat cara memperoleh pengetahuan yaitu: 1) melalui pengalaman pribadi secara langsung atau berbagai unsur sekunder yang

memberi berbagai informasi yang sering kali berlawanan satu dengan yang lain; 2) mencari dan menerima penjelasan - penjelasan dari orang tertentu yang

mempunyai penguasaan atau yang dipandang berwenang; 3) penalaran deduktif; 4) pencarian pengetahuan yang dimulai dengan melakukan observasi terhadap hal - hal khusus atau fakta yang nyata (induktif).

Sedangkan menurut Purwanto (1994) berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan, atau berpikir dianggap sebagai suatu proses kognitif yaitu aktivitas internal untuk memperoleh pengetahuan. Disebutkan bahwa perilaku seseorang terdiri tiga bagian penting yaitu : 1) kognitif, 2) afektif, dan 3) psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap, sedangkan psikomotor dari tindakan yang dilakukan. Perilaku seseorang yang terukur dari pengetahuan, sikap dan praktek dapat dijelaskan yaitu bahwa pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media masa, media elektronik, buku petunjuk petugas kesehatan, media cetak, kerabat terdekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai


(44)

keyakinan tersebut. Tingkat pengetahuan manusia adalah suatu keadaan yang merupakan hasil dari pusat sistem pendidikan yang akan mendapatkan pengalaman dimana kelak akan memberikan tingkat pengetahuan dan kemampuan tertentu.

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu sikap seseorang. Pengetahuan tersebut mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut :

a. Awareness ( kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.7 Sikap

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sikap hanya bisa ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya. Sikap merupakan respon evaluatif berdasarkan pada proses evaluasi diri


(45)

disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek.

Menurut Gibson. et al, (2001) sikap adalah determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan diatur melalui pengalaman yang diberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek-obyek, dan keadaan. Definisi sikap mempunyai implikasi tetentu pada seseorang yaitu: (1) sikap dapat dipelajari, (2) sikap mendefinisikan predisposisi terhadap aspek-aspek yang diberikan, (3) sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antar pribadi dan identifikasi dengan yang lain, (4) sikap diatur dan dekat dengan inti kepribadian.

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif atau negatif terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung sesuatu penilaian emosional / afektif, kognitif dan perilaku. Sedangkan Rogers dalam Notoatmodjo (2003) membagi sikap dalam 4 tingkatan yaitu :

1. Menerima (Receiving) diartikan sebagai manusia (subyek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek)

2. Merespon (responding) artinya memberikan suatu tanggapan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan bahwa menunjukkan suatu sikap terhadap ide yang diterima. Karena dengan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan program yang diberikan. terlepas dari benar dan salah, berati manusia menerima ide tersebut.


(46)

3. Menghargai (valuing) mengandung arti mengajak orang lain untuk ikut

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah dengan mengukur kemampuan. 4. Bertanggung jawab (responsible) bersedia bertanggung jawab atas sesuatu yang

sudah dipilih dengan segala resikonya.

Sikap (attitude) adalah suatu pernyataan evaluatif positif ataupun negatif terhadap suatu obyek, orang atau peristiwa (Robbins, 1996). Sementara Azwar (1998) membagi sikap menjadi tiga komponen yaitu : a) keyakinan ide dan konsep terhadap suatu obyek, b) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek, dan c) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Di dalam penentuan sikap yang utuh pengetahuan, berpikir, berkeyakinan dan emosi memegang peranan sangat penting.

Faktor yang memengaruhi pembentukan sikap diantaranya adalah: pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu seseorang (Azwar, 1998). Menurut Gibson et al (2001) bahwa sikap dapat menentukan afeksi, kognisi dan perilaku sebagai berikut : (1) Afeksi, emosi atau perasaan adalah segmen emosional dari sebuah sikap , komponen dari sikap dipelajari dari orang tua, guru, anggota kelompok sebaya. Komponen afektif dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang digunakan untuk mensurvey sikap, melalui pita rekaman, ketika pita rekaman dimainkan, respon emosi dapat diukur dengan reaksi setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung dari pernyataan yang ada


(47)

di pita rekaman, reaksi emosional akan nampak dengan melihat perbedaan pernyataan yang bertentangan, (2) Kognisi, komponen kognisi dari sebuah sikap terdiri dari persepsi, pendapat dan kepercayaan seseorang. Ini mengacu kepada proses berpikir, dengan penekanan khusus pada rasionalitas dan logika.

2.8 Persepsi

Persepsi (perception) merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan perilaku tingkat pertama.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2006) persepsi diartikan sebagai: (a) tangapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan (b) proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Komarudin (2006, secara etimologis,

persepsi berasal dari bahasa Latin percipere yang mempuyai pengertian: (a) kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan

langsung terhadap sesuatu, (b) proses dalam mengetahui objek-objek dan peristiwa-peristiwa obyektif, (c) sesuatu proses psikologis yang memproduksi bayangan sehingga dapat mengenal obyek melalui berfikir asosiatif dengan cara inderawi sehingga kehadiran bayangan itu dapat disadari yang disebut juga dengan wawasan.

Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : (a) frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bacaan ; (b) field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau


(48)

rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak menyenangkan pada pelayanan rumah sakit atau informasi yang tidak benar mengenai rumah sakit akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap kebutuhan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Menurut Zastrow et al, (2004) persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktifitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek (pelayanan) akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.

Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi

dalam setiap kesempatan, disengaja atau tidak, Persepsi sebagai “suatu proses penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atas diekstraksi manusia dari

lingkungan, persepsi termasuk penggunaan indra manusia”. Kemp dan Dayton dalam Prawiradilaga dan Eveline (2004) menyatakan persepsi “ sebagai satu proses dimana

seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya, persepsi dapat memengaruhi cara berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut (Prawiradilaga dan Eveline, 2004).


(49)

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas terdapat perbedaan namun dapat disimpulkan bahwa pengertian atau pendapat satu sama lain saling menguatkan, yaitu bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses yang muncul lewat panca indera, baik indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium, kemudian terus-menerus berproses sehingga mencapai sebuah kesimpulan yang berhubungan erat dengan informasi yang diterima dan belum sampai kepada kenyataan yang sebenarnya, proses ini yang dimaksud dengan persepsi

2.9 Masyarakat

Pengertian masyarakat dalam konteks pemanfaatan pelayanan kesehatan rumah sakit dapat ditelaah dari pengertian menurut Soekanto (2006), bahwa masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (Soekanto, 2006).


(50)

Secara umum masyarakat digambarkan sebagai bentuk integrasi fungsional, dimana dalam masyarakat tersebut kestabilan sosial di topang oleh kesepakatan dasar atas nilai-nilai. Adapun ketertiban sosial terjadi dalam masyarakat karena setiap individu yang ada dalam masyarakat tersebut memiliki pemikiran bahwa dengan kerjasamalah segala keinginan masing-masing individu dapat tercapai. Dalam pandangan ini ditekankan, bahwa tarik-menarik, solidaritas, integrasi, kerjasama, dan stabilitas dalam masyarakat dipersatukan karena kesamaan budaya, dan kesepakatan atas norma dan nilai yang sama (Soekanto, 2006).

Sebagai mana telah dijelaskan dalam pengertian masyarakat, maka ciri-ciri masyarakat itu sendiri adalah: kesatuan antar individu (gabungan dari beberapa individu), menempati suatu wilayah tertentu, terdapat sistem yang berlaku dan telah disepakati bersama, terdapat interaksi antar sesamanya.

Adanya kecenderungan perbedaan pemanfaatan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada suatu kelompok masyarakat dapat ditelaah sebagai akibat perbedaan tingkatan (strata) pada masyarakat. Stratifikasi dalam masyarakat mengacu kepada definisi stratifikasi sosial menurut beberapa pendapat pakar sosiologi. Menurut Hewitt dan Mitchell dalam Bahrein (1997) menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah tingkat perbedaan individu dalam masyarakat yang mana dalam sistem sosial tertentu sebagai superior maupum inferior. Sedangkan menurut Marx dan Weber dalam Bahrein (1997) mengatakan bahwa stratifikasi sosial merupakan pencerminan dari organisasi sosial suatu masyarakat. Soekanto (2006) menyatakan stratifikasi sosial merupakan suatu jenis diferensiasi sosial yang terkait dengan pengertian akan


(51)

adanya jenjang secara bertingkat. Jenjang secara bertingkat tersebut akan menghasilkan strata tertentu, dan kedalam strata itulah masyarakat dimasukkan.

Dari ketiga pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa strtatifikasi sosial adalah cara pembedaan masyarakat berdasarkan jenjang atau strata tertentu yang bertingkat-tingkat, dari mulai strata terendah sampai dengan tertinggi. 2.10 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit No.44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah rumah sakit milik pemerintah Kabupaten/Kota yang diperuntukkan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya (PP No 41 thn 2007).

Rumah Sakit Daerah adalah Rumah Sakit milik pemerintah propinsi, kabupaten/kota yang berlokasi di daerah propinsi, kabupaten, dan kota.


(52)

Pemerintah daerah adalah Kepala daerah beserta perangkat daerah otonom lain sebagai badan eksekutif daerah dan sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota dibidang kesehatan adalah Dinas Kesehatan. Dalam pengelolaannya rumah sakit publik berdasarkan pengelolaan badan layanan umum atau daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan (PP No 41 thn 2007).

Rumah sakit daerah berkedudukan sebagai lembaga teknis daerah yang dipimpin oleh kepala dengan sebutan direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah, melalui sekretaris daerah.

Tugas dan fungsi rumah sakit daerah menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 2002 adalah:

1.Tugas rumah sakit daerah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif), upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan terjadinya penyakit (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar pelayanan rumah sakit

2.Fungsi rumah sakit sebagai penyelenggara: pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan non medis, pelayanan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan,


(53)

pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, pengelolaan administrasi dan keuangan.

Jumlah personel pada rumah sakit daerah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Rumah Sakit Daerah berdasarkan beban kerja, azas manfaat, efisiensi dan efektivitas serta bersifat hemat struktur dan kaya fungsi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, rumah sakit daerah mempunyai hubungan koordinatif dan fungsional dengan dinas kesehatan dan dalam pelayanan kesehatan mempunyai hubungan jaringan pelayanan terkait dengan institusi pelayanan kesehatan lainnya.

2.11 Landasan Teori

RSUD Parapat sebagai sarana kesehatan milik pemerintah di wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon ditujukan untuk melayani masyarakat atau penduduk di wilayahnya. Dengan demikian. seyogianya penduduk yang membutuhkan pelayanan kesehatan memanfaatkan jasa pelayanan rumah sakit tersebut. Konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan mengacu teori Anderson dalam Notoatmodjo (2005), sebagaimana diuraikan pada skema berikut ini:


(54)

Gambar 2.1 Landasan Teori

Sumber : Anderson dalam Notoatmodjo (2005)

Kepercayaan kesehatan (health belief) sebagaimana dikemukakan Anderson, mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, yaitu meliputi: penilaian terhadap status sehat sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang penyakit. Kebutuhan (need) terhadap pelayanan kesehatan meliputi: kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan serta evaluate / clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh diagnosa petugas kesehatan. Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada faktor kepercayaan (pengetahuan, sikap dan persepsi) serta faktor kebutuhan yang terkait dengan pemanfaatan rumah sakit.

Predisposing Enabling Need

Demografic (Age, Sex) Social Structure (Etnicity, Education, Occupation of Head Family) Health Belief Family Resourch (Income, Health Assurance) Community Resourch (Health facility and personal) Perceived (Symptoms diagnose) Evaluated (Clinical diagnose) Health Services


(55)

2.12 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pemanfaatan RSUD Parapat Kepercayaan Masyarakat

a. Pengetahuan tentang pelayanan kesehatan

b. Sikap terhadap pelayanan kesehatan

c. Persepsi tentang pelayanan kesehatan

Kebutuhan Masyarakat a. Perceived need


(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap pemanfaatan RSUD Parapat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, meliputi 3 Kelurahan dan 2 Desa/Nagori dengan pertimbangan bahwa pemanfaatan RSUD

Parapat masih belum optimal. 3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari penyusunan proposal sampai seminar hasil penelitian, yaitu mulai dari bulan Oktober sampai Desember 2011.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berdomisili

di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Populasi penelitian difokuskan pada 3 Desa/Kelurahan (Parapat, Tigaraja dan Sibaganding) dengan pertimbangan ketiga


(57)

dengan RSUD Parapat dengan jumlah penduduk sebanyak 14.215 jiwa dalam 3.519 KK (Simalungun dalam Angka, 2010)

3.3.2 Sampel

Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut :

2 ) d ( N 1 N n  

Keterangan : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi d = Presisi 10 %

Dengan demikian besarnya sampel sebagai berikut :

2 ) 1 . 0 ( 519 . 3 1 519 . 3   n

n = 97,24 KK, digenapkan menjadi 98 KK

Menghindari sampel yang drop out, maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel yang dihitung, dengan menambahkan sejumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi dihitung menggunakan rumus (Sudigdo dan Ismael, 2002) :

ni = n / (1-f)

Keterangan: n = besar sampel yang dihitung (98) f = perkiraan proporsi drop out (10%) Perhitungan : ni = 98/(1-0,1) = 109 KK

Berdasarkan rumus perhitungan besar sampel di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 109 KK. Menentukan jumlah sampel setiap desa/kelurahan di


(58)

Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dilakukan dengan metode proporsional pada seluruh desa/kelurahan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Sampel menurut Desa/Kelurahan

No Desa/Kelurahan

Jumlah KK Per Desa/Kelurahan

Proporsi Jumlah Sampel

1 Parapat 1.648 1.648/3.519 x 109 51

2 Tigaraja 748 748/3.519 x 109 23

3 Sibaganding 1.123 1.123/3.519 x 109 35

Total 3.519 109

Sumber: Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam Angka, 2010

Setelah diperoleh jumlah sampel dari masing-masing desa/kelurahan, maka selanjutnya dilakukan pemilihan sampel per desa/kelurahan dilakukan dengan cara simple random sampling sebanyak jumlah yang telah ditentukan pada setiap desa/kelurahan dan memenuhi kriteria penelitian dengan cara sebagai berikut:

Data penduduk pada setiap kelurahan dituliskan pada kertas kecil dari nomor

‘1’ sampai nomor terakhir pada kelurahan tersebut, misalnya pada Kelurahan Parapat

sampai nomor “51”, kemudian dilakukan pengundian secara acak sampai jumlah

sampel pasien yang diperlukan terpenuhi, yaitu 51 sampel untuk Kelurahan Parapat. Setiap nomor yang terpilih dikembalikan kedalam wadah pengundian sehingga setiap nomor sampel pasien mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Demikian seterusnya dilakukan sampling untuk desa/kelurahan lainnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepercayaan masyarakat (pengetahuan, sikap dan persepsi) serta kebutuhan (perceived need dan evaluated


(59)

need) tentang RSUD Parapat. Masyarakat yang menjadi sampel penelitian ini harus dibuat syarat inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat yang belum pernah memanfaatkannya, namun pernah mendapat informasi yang berhubungan dengan RSUD Parapat.

b. Sudah pernah memanfaatkan RSUD Parapat.

c. Telah berdomisili pada desa/kelurahan yang terpilih sebagai sampel lokasi minimal 1 tahun dengan pertimbangan selama 1 tahun sudah mampu beradaptasi dengan penduduk di kecamatan tersebut dan telah mengetahui sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

d. Bersedia diwawancarai dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

Sedangkan kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah pasien yang tinggal di luar Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder dengan metode pengumpulan sebagai berikut:

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner tertutup dan sebagian semi tertutup yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dengan penjelasan kuesioner secara lengkap sebagai acuan pewawancara dalam melakukan wawancara. Untuk menjamin


(1)

AGGTA * MANFAAT

Crosstab

2 0 2

1.7 .3 2.0

100.0% .0% 100.0%

51 14 65

54.3 10.7 65.0 78.5% 21.5% 100.0%

18 3 21

17.5 3.5 21.0 85.7% 14.3% 100.0%

16 1 17

14.2 2.8 17.0 94.1% 5.9% 100.0%

4 0 4

3.3 .7 4.0

100.0% .0% 100.0%

91 18 109

91.0 18.0 109.0 83.5% 16.5% 100.0% Count

Expected Count % wit hin AGGTA Count

Expected Count % wit hin AGGTA Count

Expected Count % wit hin AGGTA Count

Expected Count % wit hin AGGTA Count

Expected Count % wit hin AGGTA Count

Expected Count % wit hin AGGTA 1 orang

2 orang

3 orang

4 orang

5 orang AGGTA

Total

Tidak memanf a

atkan

Memanf a atkan MANFAAT

Total

Chi-Square Tests

3.846a 4 .427

5.122 4 .275

2.678 1 .102

109 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

6 cells (60.0%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is .33.


(2)

DIDIK * TAHUK

Crosstab

5 7 12

6.9 5.1 12.0 41.7% 58.3% 100.0%

30 23 53

30.6 22.4 53.0 56.6% 43.4% 100.0%

21 13 34

19.7 14.3 34.0 61.8% 38.2% 100.0%

7 3 10

5.8 4.2 10.0 70.0% 30.0% 100.0%

63 46 109

63.0 46.0 109.0 57.8% 42.2% 100.0% Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK SD

SMP

SMA

Akademi/S1 DIDIK

Total

Tidak baik Baik TAHUK

Total

Chi-Square Tests

2.141a 3 .544

2.146 3 .543

1.907 1 .167

109 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

1 cells (12.5%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is 4.22.


(3)

DIDIK * MANFAAT

Crosstab

11 1 12

10.0 2.0 12.0 91.7% 8.3% 100.0%

44 9 53

44.2 8.8 53.0 83.0% 17.0% 100.0%

28 6 34

28.4 5.6 34.0 82.4% 17.6% 100.0%

8 2 10

8.3 1.7 10.0 80.0% 20.0% 100.0%

91 18 109

91.0 18.0 109.0 83.5% 16.5% 100.0% Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK Count

Expected Count % wit hin DIDIK SD

SMP

SMA

Akademi/S1 DIDIK

Total

Tidak memanf a

atkan

Memanf a atkan MANFAAT

Total

Chi-Square Tests

.711a 3 .871

.812 3 .847

.439 1 .508

109 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

2 cells (25.0%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is 1.65.


(4)

KERJA * TAHUK

Crosstab

0 2 2

1.2 .8 2.0

.0% 100.0% 100.0%

5 2 7

4.0 3.0 7.0

71.4% 28.6% 100.0%

6 11 17

9.8 7.2 17.0 35.3% 64.7% 100.0%

16 10 26

15.0 11.0 26.0 61.5% 38.5% 100.0%

23 14 37

21.4 15.6 37.0 62.2% 37.8% 100.0%

13 6 19

11.0 8.0 19.0 68.4% 31.6% 100.0%

0 1 1

.6 .4 1.0

.0% 100.0% 100.0%

63 46 109

63.0 46.0 109.0 57.8% 42.2% 100.0% Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA PNS/ TNI/ Polri

Pegawai Swasta

Wiraswasta/Pedagang

Petani

Petambak

Buruh

Tidak Bekerja KERJA

Total

Tidak baik Baik TAHUK

Total

Chi-Square Tests

9.488a 6 .148

10.567 6 .103

2.073 1 .150

109 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

6 cells (42.9%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is .42.


(5)

KERJA * MANFAAT

Crosstab

2 0 2

1.7 .3 2.0

100.0% .0% 100.0%

6 1 7

5.8 1.2 7.0

85.7% 14.3% 100.0%

12 5 17

14.2 2.8 17.0 70.6% 29.4% 100.0%

20 6 26

21.7 4.3 26.0 76.9% 23.1% 100.0%

33 4 37

30.9 6.1 37.0 89.2% 10.8% 100.0%

17 2 19

15.9 3.1 19.0 89.5% 10.5% 100.0%

1 0 1

.8 .2 1.0

100.0% .0% 100.0%

91 18 109

91.0 18.0 109.0 83.5% 16.5% 100.0% Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA Count

Expected Count % wit hin KERJA PNS/ TNI/ Polri

Pegawai Swasta

Wiraswasta/Pedagang

Petani

Petambak

Buruh

Tidak Bekerja KERJA

Total

Tidak memanf a

atkan

Memanf a atkan MANFAAT

Total

Chi-Square Tests

4.849a 6 .563

5.120 6 .529

1.411 1 .235

109 Pearson Chi-Square

Likelihood Ratio Linear-by -Linear Association N of Valid Cases

Value df

Asy mp. Sig. (2-sided)

8 cells (57.1%) hav e expected count less t han 5. The minimum expected count is .17.


(6)

Logistic Regression

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

75.363 5 .000 75.363 5 .000 75.363 5 .000 St ep

Block Model St ep 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

22.321 .499 .843 Step

1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Classification Tablea

90 1 98.9

4 14 77.8

95.4 Observ ed

Tidak Memanf aatkan Memanf aatkan Pemanf aatan RSUD

Parapat

Ov erall Percentage St ep 1

Tidak Memanf a

atkan

Memanf a atkan Pemanf aatan RSUD

Parapat

Percentage Correct Predicted

The cut v alue is .500 a.

Variables in the Equation

2.988 1.521 3.862 1 .049 19.850 1.008 390.896

4.098 1.683 5.925 1 .015 60.199 2.222 1631.031

3.319 1.441 5.305 1 .021 27.632 1.640 465.531

3.650 1.713 4.539 1 .033 38.488 1.339 1106.039

3.129 1.334 5.500 1 .019 22.848 1.672 312.219

-25.279 8.243 9.405 1 .002 .000

TAHUK SKP PERSEPIK PERCNEED EVALNEED Constant Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95.0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: TAHUK, SKP, PERSEPIK, PERCNEED, EVALNEED. a.