d. Uji Asumsi Persyaratan Regresi Linear Berganda
Model regresi linear berganda dinyatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan
terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik Nugraha, 2011. Menurut Suharyadi dan Purwanto dalam Oktavianto 2010,
pemenuhan asumsi-asumsi tersebut sangat penting dalam melakukan analisis linear berganda, karena pemenuhan asumsi
tersebut diperlukan terutama pada saat pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter. Uji asumsi klasik
statistik terdiri dari normalitas, multikolineritas, autokorelasi dan heteroskesdasitas.
Asumsi-asumsi yang digunakan pada persamaan regresi linear berganda, antara lain:
1. Multikolineritas
Menurut Nugraha 2011, uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang
memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model, sedangkan menurut Priyatno 2008 Uji
multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu
adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Menurut Nawari 2010, suatu model regresi
yang baik tidak mengalami multikolinearitas, dimana multikolinearitas terjadi pada model regresi dengan lebih dari
satu variabel independen variabel bebas dan terjadi hubungan antar variabel independen.
Uji multikolineritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:
a Jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model
dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.
b Jika nilai koefisien determinan, dilihat dari nilai R-square adalah diatas 0,60, namun tidak ada variabel independen
yang berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dideteksi bahwa model terkena multikolineritas.
c Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70 maka terbebas dari
multikolineritas. Menurut Atmaja 2009, model regresi masih dapat
membuat prediksi
yang baik
meskipun terjadi
multikolinearitas, dengan
solusi untuk
permasalahan multikolinearitas ini adalah mengeluarkan variabel bebas yang
berkorelasi positif dengan variabel lain, dimana variabel bebas yang dihilangkan dipilih yang memiliki nilai t-ratio rendah.
2. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan ragam residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heteroskedastisitas, atau model yang
mempunyai persamaan ragam individual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain Nugraha,
2011. Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat pada pola gambar Scatterplot
model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat
heteroskedastisitas, jika memenuhi syarat: a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar
angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang kemudian menyempit dan melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola.
3. Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data yang digunakan dalam penelitian. Menurut Nugraha
2011, data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang mempunyai distribusi normal. Pada
normalisasi data dengan menggunakan Normal P-Plot, data yang digunakan akan dinyatakan terdistribusi normal atau
mendekati normal. Suatu data dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis
diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Pada normalitas juga dapat menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov, uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistibusi
normal jika K hitung K tabel atau nilai Sig alpha Suliyanto, 2011.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Sinar Sosro bermula dari sebuah usaha keluarga bapak Sosroadjojo pada tahun 1940. Usaha tersebut dilakukan dengan menjual
teh kering. Pada tahun 1953 didirikan sebuah perusahaan dengan nama PT. Gunung Slamat di Slawi, Jawa Tengah. Perusahaan ini
memproduksi dan menjual teh kering dengan merek Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, dan Teh Celup Sosro. Pada tahun 1965 perusahaan
memperkenalkan produknya di Jakarta dengan strategi promosi “Cicip Rasa”.
Setelah bertahun- tahun strategi promosi “Cicip Rasa” dilakukan,
pada tahun 1969 muncul gagasan untuk menjual Teh Siap Minum dalam kemasan botol “Ready to Drink Tea” dengan merek Teh Botol. Awal
tahun 1970 dimulai memproduksi Teh Botol dengan bentuk usaha home industry. Pada tanggal 17 Juli 1974 perusahaan ini berdiri dengan nama
PT. Sinar Sosro yang berlokasi di Cakung, Bekasi. PT. Sinar Sosro memproduksi produknya dengan mesin berteknologi
canggih dari Jerman dan merupakan pabrik teh siap minum pertama di Indonesia dan di dunia. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
usaha yang semakin meningkat, saat ini PT. Sinar Sosro sudah memiliki 9 unit Kantor Pabrik KPB, 11 Kantor Perwakilan KPW dan 92
Kantor Penjualan KP yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia. Pada mulanya distribusi Unit Bogor atau Kantor Penjualan Bogor
berdiri pada tanggal 25 Februari 1992 sebagai stock point PT. Binasarana Jayamurni, yang berdomisili di Jl. Raya Baru Kemang
Km.26 Bogor. KP Bogor merupakan unit distribusi penjualan dan pemasaran produk-produk PT. Sinar Sosro. Seiring dengan pertumbuhan