Karakteristik Sampel Analisis Efisiensi Usahatani Tebu (Studi Kasus : Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Produksi Usahatani Tebu

Setiap petani dalam mengelola usahataninya menginginkan jumlah produksi yang maksimal, begitu juga petani tebu di Desa Kwala Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Berdasarkan data yang diperoleh di daerah penelitian rata-rata tingkat produksi usahatani tebu sebesar 75,5 TonHaMT. Dengan tingkat produksi usahatani tebu tertinggi sebesar 375 TonMT sedangkan tingkat produksi usahatani tebu terendah sebesar 37 TonMT Lampiran 3. Bila tingkat produksi rata-rata usahatani tebu di lokasi penelitian dibandingkan dengan tingkat produksi rata-rata usahatani tebu Nasional yaitu sebesar 70 TonHaMT maka tingkat produksi rata-rata usahatani tebu di lokasi penelitian lebih tinggi dari tingkat produksi rata-rata usahatani tebu Nasional, namun bila dibandingkan dengan tingkat produksi usahatani tebu hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian yakni sebesar 135 TonHaMT, maka tingkat produksi usahatani tebu di daerah penelitian masih tergolong rendah, hal ini memberikan arti bahwa produksi rata-rata usahatani tebu di lokasi penelitian masih potensial untuk ditingkatkan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi rata-rata usahatani tebu Desa Kwala Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat masih tergolong rendah artinya hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat produksi usahatani tebu di daerah penelitian tergolong rendah dapat diterima.

5.2 Pendapatan Usahatani Tebu

Analisis pendapatan usahatani tebu yang dilakukan bertujuan untuk menjelaskan perihal penerimaan menyangkut hasil produksi serta harga jual, komponen biaya produksi dan pendapatan usahatani. Untuk menganalisis tingkat kelayakan usahatani tebu dilakukan dengan membandingkan antara penerimaan usahatani tebu dengan pengeluaran usahatani tebu RC.

5.2.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan hasil usahatani tebu selama satu musim tanam yaitu hasil perkalian dari jumlah fisik produk dengan harga jual. Hasil produksi tebu dalam bentuk batangan selanjutnya diolah menjadi gula. Jumlah gula dihitung dengan cara jumlah produksi batangan tebu dikalikan nilai rendemen tebu. Jumlah gula yang akan dihasilkan dipengaruhi oleh nilai rendemen tebu. Semakin tinggi nilai rendemen tebu semakin banyak gula yang akan dihasilkan begitu juga sebaliknya. Total produksi tebu di lokasi penelitian dalam bentuk batangan tebu berjumlah sebesar 135,5 TonPetaniMT atau 75,5 TonHaMT dengan nilai rendemen sebesar 6,2. Sehingga jumlah gula yang dihasilkan sebelum bagi hasil dengan pabrik gula yaitu sebesar 8.401,6 Kg Petani atau 4.682,86 KgHa. Pengolahan tersebut dilakukan di pabrik gula dengan sistem bagi hasil sebesar 65:35 65 untuk petani dan 35 untuk pabrik gula. Maka jumlah gula usahatani tebu sebesar 5.461,05 KgPetani atau 3.043,86 KgHa. Penerimaan usahatani tebu dihitung dari hasil perkalian antara jumlah gula dengan harga jual gula. Jumlah gula usahatani tebu di lokasi penelitian adalah 55.461,05 KgPetani atau 3.043,86 KgHa dengan harga jual gula sebesar Rp.10.500Kg.