belum efisien secara ekonomi. Usahatani tebu di lokasi penelitian adalah usahatani tebu yang belum efisien secara teknik, harga dan ekonomi.
6.2 Saran
1. Kepada Petani Usahatani Tebu Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi maka petani perlu
menyesuaikan penggunaan faktor produksi yakni penggunaan pupuk masih harus ditingkatkan sesuai dengan standar ketentuan yang berlaku, penggunaan tenaga
kerja yang berpengalaman terampil sehingga pemakaian tenaga kerja dapat diminimalkan dan penggunaan pestisida dengan mengacu pada standar ketentuan
yang berlaku sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal. 2. Kepada Pemerintah
Pemerintah perlu menyediakan benih yang berkualitas untuk petani hal ini dikarenakan petani di lokasi penelitian masih memakai varietas bibit yang lama
sehingga produksi dan rendemen tebu rendah. Kemudian menganti fasilitas pabrik gula yang sudah lama contohnya mesin pengolahan gula dengan yang baru yang
lebih modern. Pabrik gula masih menggunakan mesin yang lama sehingga proses pengolahan gula masih belum optimal karena adanya gula yang terbuang ketika
dalam pengolahan sehingga hasil yang didapat belum maksimal. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya
Agar meneliti optimalisasi penggunaan faktor produksi pada usahatani tebu dengan menambahkan variabel yang belum dimasukkan dalam model ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produktivitas Tebu Nasional
Produktivitas tanaman tebu di tingkat nasional berkisar dari 60–80 TonHa atau rata-rata sebesar 70 TonHa. Tingkat produktivitas tanaman tebu ini masih bisa
ditingkatkan hingga di atas 120 TonHa. Bahkan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui sistem tanam juring
ganda dengan menggunakan benih budset terbukti dapat meningkatkan produktivitas tanaman tebu dalam batangan sampai 135 TonHa Tabloid Sinar
Tani, 2015.
2.1.2 Konsep Pengukuran Efisiensi
Konsep pengukuran efisiensi dapat dibagi menjadi pengukuran berorientasi input dan berorientasi output Farrell 1957.
Pengukuran berorientasi input merupakan kondisi dimana secara proporsional menurunkan penggunaan input dengan output yang dihasikan adalah tetap atau
dengan pengukuran berorientasi output dimana dengan menggunakan input yang
sama akan mendapatkan proporsi output yang lebih besar Coelli et al. 1998. 2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Efisiensi Produksi
Berbagai studi telah dilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi efisiensi produksi. Dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor
konvensional dan faktor non konvensional. Faktor non konvensional menggambarkan dampak variabel makroekonomi seperti investasi umum dan