27
telah dibuat dan tetap berlaku. Bagi Locke, hak pengadilan adalah bagian dari kekuasaan eksekutif.
3. Kekuasaan federatif federative power, yaitu kekuasaan untuk
berperang dan berdamai, mengadakan liga dan perserikatan, serta melakukan transaksi dengan orang atau masyarakat di luar
commonwealth . Kekuasaan ini berbeda dari kekuasaan eksekutif,
namun keduanya tidak dapat dipisahkan. Doktrin Locke berpengaruh besar pada rakyat Inggris, sarjana-sarjana
Perancis dan Amerika Serikat. Para perantau Inggris yang berangkat ke benua Amerika dengan menumpang kapal Mayflower telah mempraktikkan ajaran Locke
dengan serta merta. Di Perancis, Rousseau mengembangkan doktrin ajaran contarct social
meskipun pada alur yang bebeda, yaitu menopang demokrasi dan kebebasan absolut tetapi tidak menganjurkan revolusi; sedangkan Montesquieu
memerlukan diri datang ke Inggris untuk meninjau monarki konstitusional dan sekembalinya ke Perancis mengembangkan teori kekuasaan yang memisahkan
kekuasaan yudisial dari kekuasaan eksekutif. Di Amerika Serikat, Jonathan Mayhew 1720-1766 dan John Adams 1798-1801 melancarkan doktrin no
taxation without representation tiada pajak tanpa perwakilan pada tahun 1765;
sedangkanthe Founding Fathers of United States memasukkan gagasan-gagasan penting seperti all men created free and equal dan unalienable rights dalam
Declaration of Independence 1776.
18
Bagi Montesquieu, negara dan hukum tumbuh melalui proses sosial yang menyejarah. Negara ialah hasil perkembangan masyarakat. Maka, masyarakatlah
yang primer, bukan negara. Hukum undang-undang negara merupakan penjelmaan saja dari hukum kebiasaan masyarakat yang sudah berlangsung
2. Charles de Montesquieu 1689-1755
18
Pudja Pramana. 2009. Ilmu Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 158-162.
Universitas Sumatera Utara
28
lebih lama. Maka, hukum masyarakat itulah yang primer, bukan undang-undang. Jelaslah bahwa paham hukum Montesquieu amat maju untuk ukuran zamannya,
yaitu yuridis historis-sosiologis. De L’Esprit des Lois
merupakan karya terbesar Montesquieu yang berisi ajaran mengenai sistem pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip yang
dikandungnya dan ajaran pemisahan kekuasaan-kekuasaan negara. Menurutnya, sistem pemerintahan dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Pemerintahan monarkis, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh satu
orang berdasarkan asal-usul keturunan misalnya raja, kaisar, ratu dengan berlandaskan undang-undang sebagai pedoman menjalankan
pemerintahan. Satu orang pemimpin negara berkuasa berdasarkan prinsip honneur atau kehormatan. Dalam perkembangan suatu negara,
dapat terjadi pelimpahan wewenang dan tanggung jawab satu orang kepada orang-orang tertentu berdasarkan prinsip tadi, sehingga mereka
itu memperoleh hak-hak istimewa untuk menjalankan misi negara dengan baik dan seimbang. Maka, pemerintahan monarkis ini kadang-
kadang dikenali sebagai pemerintahan aristokratik, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang yang berasal dari golongan
aristokrasi dengan berlandaskan undang-undang sebagai pedoman menjalankan pemerintahan.
2. Pemerintahan despotis, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh
seorang raja tanpa berlandaskan undang-undang atau aturan tertulis yang berkepastian. Hukum yang berlaku disesuaikan dengan kehendak
pribadi sang raja dan cenderung represif. Pemimpin negara yang berkuasa berdasarkan prinsip ketakutan. Pemerintahan kediktatoran ini
mengkonsepkan para bawahan tanpa kecuali berada dalam suasana pengabdian pada raja, sedangkan rakyat diperlakukan sebagai budak-
budak tanpa ada secuil hak.
Universitas Sumatera Utara
29
3. Pemerintahan republik, yaitu pemerintahan yang dipegang oleh rakyat
untuk menjamin terwujudnya kebijakan yang berpihak pada publik dan berlakunya hukum undang-undang atas diri rakyat sendiri. Pemimpin-
pemimpin negara merupakan pilihan rakyat berdasarkan prinsip kebajikan. Maka, pemimpin-pemimpin itu mengakui kebebasan politik
rakyat dan tunduk pada konstitusi. Apabila rakyat tidak mampu mematuhi hukum undang-undang yang pada dasarnya penjelmaan
kebiasaan rakyat itu sendiri, maka lambat laun negara mengalami kemunduran dan kehancuran.
Montesquieu mengagumi Inggris yang menurut pengamatannya selama 18 bulan di sekitar tahun 1732 merupakan monarki konstitusional dan dapat dicontoh
sebagai model pemerintahan terbaik. Inggris memang menyatakan diri sebagai monarki konstitusional sesudah bangkitnya GloriusRevolution 1688-1689.
Monarki konstitusional merupakan bentuk campuran pemerintahan monarki dan pemerintahanrepublik. Monarki konstitusional yaitu kerajaan
yangpemerintahannya dipegang oleh seorang raja yang tidak mampu bertindak sewenang-wenang karena terdapat konstitusi yang mengatur serta membatasi
kekuasaan politik raja, dan pemerintahan itu mengakui serta menghormati hak- hak kebebasan politik rakyat. Jelaslah bahwa paham politik Montesquieu ialah
liberalisme. Montesquieu lantas menganjurkan Perancis untuk membina kestabilan
politik melalui golongan-golongan agama, aristokrat dan parlemen untuk menjalankan fungsi-fungsinya yang tertentu dan berbeda-beda. Tujuan utama
golongan-golongan itu ialah mewujudkan keseimbangan antara wewenang raja dan kebebasan rakyat. Wewenang raja meliputi hak-hak istimewa itu jangan
sampai menjadi arbitrer, sedangkan kebebasan rakyat jangan sampai menjadi anarkis dan mengganggu stabilitas negara.
Universitas Sumatera Utara
30
Jalan untuk mewujudkan gagasan itu adalah separation de pouvoir atau pemisahan kekuasaan berupa kuasa eksekutif, legislatif, dan yudisial. Pemisahan
kekuasaan itu pada gilirannya diistilahi oleh Immanuel Kant sebagai trias politica atau tiga kuasa politik dalam karyanya, Rechtslehre Science of Right,
Jurrisscientia .
Berdasarkan separation de pouvoir itu, kekuasaan negara harus dipisahkan menjadi tiga, yaitu:
1. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan yang meliputi kegiatan
melaksanakan undang-undang, menjaga keamanan negara, serta menetapkan keadaan damai dan perang. Kekuasaan ini sebaiknya
merupakan urusan raja karena mampu bertindak lebih baik daripada beberapa orang.
2. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan membentuk, memperbaiki, serta
mengamandemen undang-undang. Kekuasaan ini sebaiknya merupakan urusan parlemen atau dewan perwakilan rakyat karena
rakyat melalui wakilnya dapat menjadi penentu atas hukum undang- undang yang pada gilirannya digunakan sebagai sarana untuk
mengatur rakyat itu sendiri. 3.
Kekuasaan yudisial, yaitu kekuasaan yang menerapkan serta mempertahankan undnag-undang, dan mengadili pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi terhadap undang-undang. Kekuasaan ini sebaiknya bukan merupakan urusan raja dan parlemen, melainkan
badan tersendiri dan terpisah yang beranggotakan hakim-hakim. Montesquieu meyakini bahwa badan tersendiri itu tidak mungkin
mengganggu stabilitas negara dan sewenang-wenang sebab hakim hanyalah corong dari undang-undang yang tidak dapat mengubah atau menambah undang-
undang yang sudah ditetapkan badan pembentuknya. Hakim tidak lain adalah la
Universitas Sumatera Utara
31
bounce qui pronounce les paroles de la loi , mulut yang hanya mengucapkan kata-
kata peraturan undang-undang. Undang-undang itu sendiri hanya merupakan penjelmaan secara tegas dan sadar dari kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat.
Montesquieu menaruh perhatian pada kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan itu pulalah yang sesungguhnya mampu
menopang hak-hak kebebasan politik rakyat.
19
7. Nilai-Nilai Dalam Ide Demokrasi Modern