h. Mencoba persona baru
Individu ingin menampilkan diri dengan cara yang berbeda di dunia maya daripada yang dilihat orang lain di dunia nyata.
i. Anonymityrasa malu
Individu dapat melakukan tindakan cyberbullying dengan sebebas- bebasnya ketika korban tidak mengetahui identitas pelaku. Anonymity
menghindari individu yang melakukan cyberbullying dari rasa malu. Individu merasa dapat melakukan atau mengatakan apapun ketika tidak
bertatap muka dengan korban.
6. Dampak Perilaku Cyberbullying
Hinduja Patchin 2014 mengemukakan efek negatif cyberbullying berdasarkan pengalaman para korban. Para korban cyberbullying merasa
depresi Ybarra dkk, 2006, sedih, marah dan frustrasi. Beberapa korban mengaku terluka baik secara fisik maupun mental. Cyberbullying yang
dialami membuat para korban merasa tidak berdaya Notar dkk, 2013, tidak berharga dan tidak percaya diri. Beberapa korban sering merasa takut dan
malu untuk pergi ke sekolah. Dampak-dampak negatif lain bagi korban yang pernah mengalami cyberbullying adalah menurunnya harga diri Brewer
Kerslake, 2015; Hinduja Patchin, 2010, mengalami bermacam-macam masalah akademis seperti ketidakhadiran di sekolah dan kegagalan di sekolah
Chibbaro, 2007, kekerasan di sekolah serta keinginan untuk bunuh diri Klomek dkk, 2011.
Efek negatif dari cyberbullying tidak hanya dirasakan oleh korban. Pelaku cyberbulllying juga mengalami penurunan harga diri Brewer
Kerslake, 2015; Hinduja Patchin, 2010. Pelaku kemungkinan mengalami implikasi jangka panjang antara lain peningkatan sikap antisosial, kekerasan
atau perilaku kriminal pada masa dewasa Patchin Hinduja: Kulig dkk dalam Notar dkk, 2013. Pinchot Paullet 2013 menemukan fakta-fakta
bahwa perilaku cyberbullying dapat berlanjut menjadi masalah ketika siswa memasuki universitas walaupun insiden cyberbullying selama ini terjadi pada
tahun-tahun sekolah menengah. Remaja yang terus-menerus melakukan cyberbullyingdapat mengalami penurunan kualitas hubungan dengan teman
sebaya. Remaja pelaku cyberbullying akan kehilangan dukungan dari teman- teman sebaya yang kemudian berdampak pada kesejahteraan psikologis Price
dkk, 2010.
C. Remaja
1. Definisi dan Batasan Usia Remaja
Kata „remaja‟atau „adolescence‟ berasal dari kata latin „adolescere’, yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menuju kedewasaan” Ali Asrori,
2005. Masa remaja ialah perkembangan transisi yang melibatkan perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial dengan beragam bentuk latar belakang
sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda. Masa remaja ditentukan sekitar usia 11 dan 19 atau 20 tahun Papalia, Feldman Martorell, 2014.
Santrock 2007 mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang
melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimulai sekitar usia
10 hingga 13 tahun dan berakhir sekitar usia 18 hingga 22 tahun. Masa remaja dibagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal early adolescence dan masa
remaja akhir late adolescence. Masa remaja awal berlangsung kira-kira di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan
pubertal terbesar terjadi di masa ini. Sedangkan, masa remaja akhir berlangsung kira-kira pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari
kehidupan. World Health Organization WHO dalam Sarwono, 2002
mengemukakan definisi remaja melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Secara biologis, remaja adalah suatu masa dimana
individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda kematangan seksual sekundernya sampai mencapai kematangan seksual.
Secara psikologis,
remaja merupakan
individu yang
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Terakhir definisi remaja secara sosial ekonomi ialah terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri Muangman, dalam Sarwono, 2002. Organisasi kesehatan dunia tersebut membagi remaja menjadi remaja awal yang berkisar
antara umur 10 hingga 14 tahun dan remaja akhir sekitar umur 15 hingga 20 tahun.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
melibatkan perubahan biologis, psikologis dan sosio-emosional dengan beragam bentuk latar belakang sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda.
Individu dapat dikatakan sebagai remaja ketika individu mencapai usia sekitar 10 hingga 20 tahun.
Dalam kasus cyberbullying, Tokunaga 2010 menyebutkan bahwa cyberbullying banyak terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama SMP.
Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama SMP di Indonesia rata-rata berada pada usia 12 hingga 14 tahun. Price Dalgeish 2010 menemukan bahwa
presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga 18 tahun. Lindfors dkk 2012 juga melaporkan bahwa proporsi
tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia 18 tahun. Penentuan subjek kemudian disimpulkan berdasarkan pendapat
para ahli yaitu mulai dari remaja di usia 12 hingga 18 tahun, dimana remaja memasuki pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP hingga pendidikan
Sekolah Menengah Atas SMA. Subjek dalam penelitian ini menggunakan remaja yang berada pada masa remaja awal dan masa remaja akhir.
2. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja dimulai dengan masa pubertas. Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal. Pertambahan berat badan dan tinggi badan berada pada jadwal perkembangan yang sama. Seiring dengan berat
badan yang bertambah, tinggi badan juga akan bertambah. Perubahan tubuh akibat kematangan seksual terjadi pada remaja. Remaja laki-laki
mengalami pertumbuhan rambut pada kemaluan dan ketiak, ejakulasi pertama dan perubahan suara. Kematangan seksual pada remaja
perempuan terlihat dari datangnya menstruasi dan payudara yang membesar. Tubuh remaja menghasilkan dua jenis hormon yang penting
dalam perkembangan pubertal. Hormon tersebut adalah androgen dan estrogen yang merupakan jenis hormon seks. Variabilitas hormon
berkaitan dengan fluktuasi emosi di masa remaja Santrock, 2003. Perkembangan dan perubahan fisik pada remaja membuat remaja harus
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pada dirinya sendiri.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja termasuk dalam tahap operasional formal dalam teori Piaget. Pada tahap ini, para remaja mampu berpikir
logis dengan objek-objek yang abstrak. Hal ini berarti para remaja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI