Skema Hubungan antara Perilaku Cyberbullying dan Perilaku Asertif pada Remaja
Remaja
Perilaku asertif rendah Perilaku asertif tinggi
- Mengungkapkan perasaan, pikiran,
keinginan dan kebutuhan yang sebenarnya
- Penyelesaian masalah efektif
- Memendam perasaan, pikiran,
keinginan dan kebutuhan yang sebenarnya
- Penyelesaian masalah tidak efektif
- Hubungan dengan orang lain sehat
- Menimbulkan perasaan positif
- Kecemasan rendah
- Tidak mengalami ketegangan psikis
- Hubungan yang sehat dengan orang
lain terhambat -
Menimbulkan perasaan negatif -
Kecemasan tinggi -
Mengalami ketegangan psikis
Perilaku cyberbullying rendah Perilaku cyberbullying tinggi
Tidak mengalami frustrasi Mengalami frustrasi
Tidak memiliki keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis
Keinginan untuk mengurangi ketegangan psikis
Tidak memiliki dorongan agresi Memiliki dorongan agresi
Perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritik yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara
perilaku asertif dan perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Artinya, semakin tinggi tingkat perilaku asertif, maka akan semakin rendah tingkat
perilaku cyberbullying di jejaring sosial pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perilaku asertif, maka akan semakin tinggi tingkat perilaku cyberbullying
di jejaring sosial pada remaja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka
dan dianalisis dengan teknik statistik. Karakteristik masalah yang diuji pada penelitian ini adalah melihat hubungan korelasional antara dua variabel. Tujuan
dari penelitian ini ialah untuk menguji asosiasi antara dua variabel, yaitu perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja Sangadji Sopiah, 2010.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi variabel
tergantung. Sedangkan variabel tergantung adalah variabel yang bergantung pada variabel bebas Creswell, 2012.
Variabel bebas : Perilaku asertif
Variabel tergantung : Perilaku cyberbullying
C. Definisi Operasional
1. Perilaku Asertif
Perilaku asertif ialah perilaku individu yang mengungkapkan perasaan dan pikiran secara langsung, artinya menyampaikan pesan secara jelas, tidak
berputar-putar dan fokus. Individu juga dapat mengekspresikan perasaan secara jujur, yaitu antara kata-kata, gerak-gerik dan perasaan selaras.
Pengekspresian perasaan
dilakukan dengan
memandang keinginan,
kebutuhan, hak dan kesejahteraan diri sendiri setara dengan orang lain yang dilakukan tanpa menghakimi, menggangu, menyakiti maupun merugikan
orang lain. Perilaku asertif diukur dengan menggunakan skala perilaku asertif berdasarkan lima aspek, antara lain:
a. Mampu menyatakan perasaan dan pendapat
b. Mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri
c. Mampu mempertahankan hak-hak pribadi
d. Mampu menghormati hak-hak orang lain
e. Mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia
Hasil skala perilaku asertif akan menunjukkan tingkat perilaku asertif individu. Semakin tinggi skor perilaku asertif maka semakin tinggi pula
perilaku asertif yang dilakukan individu. Sebaliknya, semakin rendah skor perilaku asertif, maka semakin rendah pula perilaku asertif yang dilakukan
individu.
2. Perilaku Cyberbullying
Perilaku cyberbullying merupakan tindakan yang menyakiti, mengganggu, mengancam atau menghina orang lain secara sengaja dan
berulang kali oleh individu atau kelompok melalui media elektronik atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
digital untuk menimbulkan bahaya atau ketidaknyamanan bagi orang lain. Perilaku cyberbullying diungkapkan berdasarkan skala perilaku cyberbullying
dengan aspek bullyingyang telah direvisididefinisi ulang agar dapat disesuaikan dalam konteks maya cyber. Aspek-aspek tersebut, yaitu
pengulangan repetitition, ketidakseimbangan kekuatan power imbalance, kesengajaan intention, dan agresi aggressive. Semakin besar skor yang
didapat maka tingkat perilaku cyberbullying semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan subjek menggunakan purposive sample yang mencakup responden, subjek atau elemen yang dipilih
karena karakteristik atau kualitas tertentu dan mengabaikan yang tidak memenuhi kriteria yang ditentukan Morissan, 2012.
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan batasan usia 12 hingga 18 tahun dan telah menggunakan ponsel maupun internet secara
aktif selama kurang lebih satu tahun. Penentuan subjek remaja dan batasan usia dilakukan berdasarkan pendapat para ahli tentang kecenderungan kelompok usia
yang terlibat dalam cyberbullying. Price Dalgeish 2010 menemukan bahwa presentase terbesar usia yang terlibat dalam cyberbullying adalah usia 10 hingga
18 tahun. Penelitian Lindfors dkk 2012 juga menyebutkan bahwa proporsi tertinggi terjadinya cyberbullying diantara usia 14 tahun dan yang terendah usia
18 tahun. Subjek kemudian ditentukan mulai dari usia 12 tahun sesuai dengan pernyataan Tokunaga 2010 yang menyebutkan bahwa cyberbullying banyak
terjadi di usia Sekolah Menengah Pertama SMP.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala perilaku asertif dan skala perilaku cyberbullying yang disusun
dengan metode penskalaan likert. Skala likert merupakan metode penskalaan yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial Sugiyono, 2013. Metode ini meminta kepada subjek untuk mengidentifikasi tingkat kesetujuan dan
ketidaksetujuan pada setiap pernyataan. Berikut akan dijelaskan masing-masing variabel yang diukur.
1. Skala perilaku asertif
Skala perilaku asertif disusun berdasarkan 5 aspek yang telah digabungkan oleh peneliti berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Alberti
dan Emmons 1986, Adams 1995 dan Zeuschner 2003. Aspek-aspek tersebut, yaitu aspek mampu menyatakan perasaan dan pendapat, aspek
mampu bertindak sesuai kebutuhan dan kepentingan diri, aspek mampu mempertahankan hak-hak pribadi, aspek mampu menghormati hak-hak orang
lain dan aspek mampu mendukung kesetaraan dalam hubungan antar manusia. Setiap item memiliki empat jenis pilihan respon, antara lain “SS Sangat