Hasil uji normalitas dalam tabel diatas menunjukkan nilai p dari variabel perilaku asertif sebesar 0,008 dan nilai p dari variabel perilaku
cyberbullying sebesar
0,001. Hal
tersebut menunjukkan
bahwa pendistribusian data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku
cyberbullying tidak tersebar secara normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk menyatakan apakah hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak.
Artinya, peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di variabel lainnya.
Uji linearitas pada penelitian ini menggunakan teknik Test for Linierity dengan menggunakan program SPSS Statistics 23.0. Dua variabel dikatakan
bersifat linear apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 p 0,05. Sebaliknya, apabila nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05 p 0,05,
maka dua variabel dikatakan bersifat tidak linear Priyatno, 2014. Berikut tabel hasil uji linearitas:
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas
F Sig.
Perilaku Cyberbullying
perilaku asertif Combined
2.609 .000
Linearity 65.682
.000 Deviation from
Linearity 1.396
.065
Hasil uji linearitas dalam tabel diatas menunjukkan hubungan antara variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying memiliki nilai p
lebih kecil dari 0,05 p 0,05 yaitu sebesar 0,000. Hal tersebut berarti terdapat hubungan yang linear antara variabel perilaku asertif dan variabel
perilaku cyberbullying.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah hipotesis H
1
yang diajukan oleh peneliti diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif
dan perilaku cyberbullying. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik uji korelasi Spearman Rho menggunakan program SPSS Statistics 23.0.
Hal ini dikarenakan data penelitian pada skala perilaku asertif dan perilaku cyberbullying tidak terdistribusi secara normal. Berikut tabel hasil uji hipotesis:
Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis
Asertif Cyberbullying
Spearman’s rho
Perilaku Asertif
Correlation Coefficient
1.000 -.482
Sig. 1-tailed .
.000 N
192 192
Perilaku Cyberbullying
Correlation Coefficient
-.482 1.000
Sig. 1-tailed .000
. N
192 192
. Correlation is significant at the 0.01 level 1-tailed.
Hasil uji hipotesis dalam tabel memperoleh nilai koefisien korelasi r variabel perilaku asertif dan variabel perilaku cyberbullying sebesar -0,482
dengan nilai signifikansi p sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara perilaku asertif dan perilaku
cyberbullying. Artinya, semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah perilaku asertif maka
semakin tinggi perilaku cyberbullying. Koefisien korelasi r yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat
koefisien determinasi
r
2
. Koefisien
determinasi dihitung
dengan mengkuadratkan nilai dari koefisien korelasi. Nilai koefisien determinasi r
2
pada penelitian ini adalah 0,232 atau 23,2 . Hal tersebut menunjukkan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
variabel perilaku asertif memiliki pengaruh sebesar 23,2 terhadap variabel perilaku cyberbullying. Sedangkan 76,8 merupakan sumbangan dari variabel-
variabel lain di luar perilaku asertif yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
F. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying pada remaja. Hasil uji korelasi menggunakan
perhitungan korelasi Spearman Rho pada 192 sampel remaja diperoleh koefisien korelasi r sebesar -0,482 dengan signifikansi sebesar 0,000 p 0,05. Data
analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara perilaku asertif dan perilaku cyberbullying. Artinya, semakin tinggi tingkat perilaku asertif
maka semakin rendah tingkat perilaku cyberbullying. Sebaliknya, semakin rendah tingkat perilaku asertif maka semakin tinggi perilaku cyberbullying.
Hasil penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriyanto dkk 2014. Penelitian tersebut menemukan bahwa perilaku asertif
memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap kecenderungan kenakalan remaja. Perilaku Bullying maupun cyberbullying yang dilakukan dapat dikatakan
sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja Bonke, 2010. Hubungan yang negatif ini berarti apabila perilaku asertif pada remaja tinggi maka kecenderungan
kenakalan remaja akan rendah. Pembentukan sikap dan perilaku asertif sangat penting pada diri remaja. Hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa yang
menentukan perkembangan kepribadian selanjutnya. Kepribadian yang lemah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI