dengan perlakuan konsentrasi susu skim 20 dan Na-CMC 1 merupakan produk yang disukai oleh konsumen dengan total ranking kesukaan warna 100,
aroma 94.5, rasa 124.5 dan tekstur 131. sehingga dapat memberi keuntungan.
Dari masing-masing data tersebut dapat diperoleh yang terbaik, dimana aspek kualitas merupakan prioritas utama dari analisis keputusan karena
berhubungan dengan konsumen. Alternative ini selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial. Nilai keseluruhan dari berbagai analisa pada tiap
perlakuan dapat di lihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Nilai rata-rata perlakuan terbaik
Parameter Organoleptik Perlakuan
Konsentrasi susu skim Konsentrasi Na-CMC
Total Padatan
Terlarut Overrun
Stabilitas Emulsi
Waktu pelelehan
menit Warna Rasa Aroma
Tekstur
Susu skim 10 Na-CMC 1 Susu skim 10 Na-CMC 2
Susu skim 10 Na-CMC 3
Susu skim 15 Na-CMC 1 Susu skim 15 Na-CMC 2
Susu skim 15 Na-CMC 3
Susu skim 20 Na-CMC 1
Susu skim 20 Na-CMC 2 Susu skim 20 Na-CMC 3
27.67 30.00
31.67
32.00 32.67
32.00
31.67 32.33
33.67 23.80
24.57 24.75
28.87 25.33
26.27
28.52 28.54
32.41 79.67
80.00 80.67
81.33 81.33
82.67
83.67 84.00
88.67 13.13
16.01 18.33
22.67 23.67
25.33
28.00 35.00
35.67 108.5
98.5 91
105.5 102
108
100
96 90.5
101.5 91.5
80 120.5
108.5 85
124.5 102.5
86 92
99 100
93 100.5
105
94.5
101 115
104 92.5
92 119
92 92
131
96 78.5
Dari parameter kimia dan fisika menunjukkan perlakuan yang dominan menjadi perlakuan yang lebih baik adalah perlakuan konsentrasi susu skim 20
dan Na-CMC 1. Hasil analisa lanjutan pada perlakuan terbaik dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Hasil analisa mellorine perlakuan terbaik susu skim20 dan Na-cmc 1
Parameter Hasil Analisa
Vitamin C mg100 g Kadar Protein
Kadar Lemak PH
5.598
2.05 3.02
5
Pada Tabel 18 dapat di ketahui bahwa mellorine dari perlakuan terbaik memiliki kadar vitamin C 5.598 , menurut SNI es krim secara umum memiliki
vitamin C 1, kadar protein 2.05, menurut SNI es krim secara umum memiliki protein minimal 2.7, hal ini di sebabkan mellorine mengkudu rosella
ini sumber protein hanya dari susu skim, mengkudu memliki kadar lemak 1.50g. sedangkan rosella memiliki kadar lemak 0gr, jadi hal tersebut yang menyebabkan
mellorine dari mengkudu dan rosella memiliki kadar protein yang lebih kecil dari es pada umumnya 5.863 , menurut SNI minimal 5.0 , hal ini di sebabkan
Karena mellorine mengkudu rosella tidak menggunakan susu, sehingga memiliki kandungan lemak yang lebih sedikit daripada lemak pada es krim pada umumnya.
58
7. Analisis Finansial 1.
Kapasitas Produksi Kapasitas produksi direncanakan tiap hari memerlukan bahan baku
mengkudu15036,2kgtahun Rosella kering 249,6kgtahun,Na-CMC 99,84 kgtahun,Susu Skim 1996,8kgtahun, gula 1996,8 kgtahun dan membutuhkan cup
es krim 124800 cuptahun. Perincian
kapasitas produksi dapat di lihat pada Lampiran 8
2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha, terdiri dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap adalah
biaya yang besarnya berubah sejalan dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam jangka waktu tertentu tidak berubah
mengikuti perubahan tingkat produksi. Biaya tetap bersifat konstan pada relevan range tertentu.
Secara singkat total biaya per tahun dari industri es Mellorine mengkudu Rosella adalah sebagai berikut :
Total biaya produksi = biaya tetap + biaya tidak tetap = Rp 67.256.935,44 + 349.923.400
=
Rp 417.180.335,44,-
,- Perincian total biaya produksi tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 9
3. Harga Pokok Produksi
Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap 100mlcup.
Harga Pokok = per tahun
produksi Kapasitas
produksi biaya
Total
= Rp 417.180.335,44 = Rp 1.658,02cup = 1700cup 251613
4. Harga Jual Produksi
Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok, harga produk lain dipasarkan dan juga keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan
yang ingin dicapai 40 dari harga pokok. Pajak 10 dari harga jual. Harga Jual
= harga pokok + keuntungan 40 + pajak 10 = Rp. 1.700 + 680 + 16,9= Rp. 2.500cup
5. Break Event Point BEP
Analisa Break Event adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Volume
penjualan dimana penghasilannya tetap sama dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian dinamakan
“Break Event Point”. Biaya yang termasuk biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung, dan komisi penjualan. Sedangkan yang
termasuk golongan biaya tetap pada umumnya depresiasi aktiva tetap, sewa bangunan, bunga pinjaman, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research, biaya
kantor Pujawa, 2002. Berdasarkan Lampiran 12 diperoleh BEP sebagai berikut :
- BEP biaya titik impas =
Rp
Rp. 151.578.069,80
- BEP titik impas = 24,10
57 58
59 60