Pelaksanaan Penelitian Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015, bertempat di SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan subyek penelitian kelas X A yang berjumlah 32 siswa. Obyek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus pertama dan siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Untuk mengetahui motivasi awal, siswa diberikan kuisioner mengenai motivasi siswa dalam belajar biologi sebelumnya yaitu pada pertemuan pertama siklus I, sedangkan untuk mengetahui motivasi akhir siswa terhadap model pembelajaran, siswa diberikan kuisioner pada pertemuan terakhir siklus II. Pada setiap akhir siklus dilakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

B. Hasil Penelitian

1. Siklus 1

Siklus I di mulai pada tanggal 14 Mei 2015 sebanyak 3 kali pertemuan. Materi pokok pertemuan pertama yaitu mengenai pengertian ekologi sebagai ilmu, pertemuan kedua mengenai komponen penyusun ekosistem, dan pertemuan ketiga mengenai interaksi antar komponen ekosistem. Tahapan pelaksanaan pertemuan pertama adalah apersepsi yaitu siswa mengerjakan pre- test selama 15 menit dan mengisi kuisioner motivasi awal selama 10 menit, penyampaian masalah yang akan dipelajari, melakukan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, mengerjakan LKS dan presentasi di depan kelas oleh setiap kelompok. a. Perencanaan Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan di bantu oleh teman sejawat. Observasi pertama dilakukan untuk menentukan target subyek penelitian dengan bertanya kepada guru mata pelajaran biologi yaitu pada materi Ekosistem. Dari hasil observasi didapatkan nilai rata-rata ulangan harian biologi pada materi Ekosistem terendah terdapat pada kelas X A yaitu 66,3 dari 32 orang siswa dengan nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 85,00. Berdasarkan ulangan harian biologi yang dilakukan pada materi ekosistem terdapat 37,5 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditentukan, yaitu 12 orang siswa. Sementara 62,5 siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 20 orang siswa. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas apabila ketercapaian KKM minimal 76 . Setelah peneliti bertanya kepada guru mata pelajaran, peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hasil observasi didapatkan hanya sebanyak 55 siswa yang mendengarkan saat guru menerangkan pelajaran, 25 siswa yang mencatat hal-hal penting saat pelajaran, dan 15 siswa yang bertanya mengenai materi yang disampaikan guru. Gambar 4.1 Observasi guru mengajar dan kondisi kelas Setelah selesai melakukan observasi, peneliti mempersiapkan semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Perangkat pembelajaran ini berupa proposal yang mencakup silabus, RPP, LKS, kuisioner, lembar observasi, kertas dan bola mainan yang akan digunakan untuk pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Fungsi dari kertas dan bola mainan ini adalah untuk membuat pertanyaan yang akan dilemparkan ke kelompok lain. Setelah semuanya selesai dipersiapkan peneliti memulai penelitian pada tanggal 14 Mei 2015. b. Pelaksanaan Pada siklus I dilakukan tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 14, 15, dan 21 Mei 2015 yang diikuti oleh 32 siswa kelas X A. Pada pertemuan pertama sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu siswa melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi pokok Ekosistem. Hasil pre-test dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.1 Hasil Pre-test Siswa No Hasil Belajar Nilai 1 Nilai Rata-rata 52,18 2 Nilai Tertinggi 70 3 Nilai Terendah 20 Setelah siswa mengerjakan pre-test, peneliti membagikan kuisioner motivasi awal kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran biologi sebelumnya. Berikut merupakan tabel data hasil kuisioner motivasi awal siswa. Tabel 4.2 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa Kriteria Hasil Jumlah Siswa Persentase Sangat Tinggi 81-100 Tinggi 61-80 19 59,37 Sedang 41-60 13 40,62 Rendah 21-40 Sangat Rendah 0-20 Setelah selesai mengerjakan pre-test dan mengisi lembar kuisioner motivasi awal, siswa melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Berikut merupakan kegiatan yang dilakukan pada pertemuan I yaitu. a. Pembagian Kelompok Langkah awal adalah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa. Memotivasi siswa adalah dengan cara menanyakan kepada siswa tentang materi pelajaran dan membangkitkan siswa untuk belajar. Kemudian peneliti membagi siswa menjadi 8 kelompok. Pada siklus I pertemuan pertama ini, pembagian kelompok dihitung secara acak oleh siswa. Setelah itu siswa yang mendapatkan kelompok dengan nomor yang sama berkumpul menjadi satu kelompok. Peneliti kemudian menjelaskan secara singkat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dan meminta setiap kelompok menunjuk temannya untuk menjadi ketua kelompok. Setelah masing-masing kelompok memiliki ketua, maka ketua setiap masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk diberitahu oleh peneliti materi pokok apa yang akan dijadikan pertanyaan. Gambar 4.2 Setiap ketua kelompok diberikan materi pokok b. Diskusi Kelompok Peneliti kemudian memberikan Lembar Kerja Siswa LKS dan kertas kepada setiap kelompok. Kertas yang diberikan berfungsi untuk menuliskan pertanyaan yang akan dibuat oleh kelompok tersebut. Setiap kelompok diminta untuk membuat pertanyaan sebanyak 2 soal beserta jawabannya. Pertanyaan beserta jawabannya dituliskan di Lembar Kerja Siswa LKS dan pertanyaan juga dituliskan di kertas yang akan dilemparkan untuk kelompok lain. Setelah kelompok selesai membuat pertanyaan beserta jawabannya, peneliti mengecek setiap pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing kelompok. Mengecek pertanyaan bertujuan untuk melihat apakah pertanyaan yang dibuat oleh setiap kelompok sudah benar dan menunjukkan tingkat soal yang sedang sampai sulit atau tidak. Langkah awal adalah peneliti terlebih dahulu melemparkan bola mainan yang berisi pertanyaan kepada salah satu kelompok, kemudian anggota kelompok menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu kelompok tersebut bergantian untuk melemparkan pertanyaan yang telah dibuat kepada kelompok lain, jika setiap kelompok dapat menjawab pertanyaan yang telah dilemparkan oleh kelompok lain, maka kelompok tersebut mendapatkan poin. Gambar 4.3 Siswa membuat Gambar 4.4 Siswa melemparkan pertanyaan beserta jawaban pertanyaan ke kelompok lain Gambar 4.5 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya c. Presentasi Setiap Kelompok Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kemudian kelompok lain memperhatikan dan memberikan tanggapan kepada kelompok tersebut. Pada saat diskusi berlangsung, peneliti berperan sebagai moderator yang memimpin jalannya proses diskusi kelas. Gambar 4.6 Siswa bersama kelompok mempresentasikan hasil diskusi d. Presentasi Kelas Peneliti kemudian memberikan presentasi, yaitu menjelaskan materi yang telah digunakan selama kegiatan diskusi dan mengklarifikasi materi pokok yang belum jelas. e. Mengerjakan Post-test Setelah selesai melaksanakan diskusi kelas, siswa diminta untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing kemudian diminta untuk mengerjakan soal post-test Siklus I. Siswa diminta untuk mengerjakan soal post-test secara individu tanpa mencontek jawaban dari teman lain. Gambar 4.7 Siswa mengerjakan Post-test Siklus I c. Observasi Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran siklus I. Kegiatan observasi ini dibantu oleh teman sejawat dan hasil observasi ditulis dilembar observasi siswa. Observasi dilakukan pada setiap kelompok siswa sehingga observer bertugas untuk mengamati setiap kelompok siswa di kelas. Di dalam satu kelas terdapat 8 kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Pada lembar observasi dilakukan dalam setiap anggota kelompok siswa. Pada lembar observasi terdapat 20 aspek kategori dalam ranah afektif kemudian skor yang harus diisi oleh observer dalam rentang 1, 2, 3, 4, 5. Skala tersebut diisi sesuai dengan pernyataan di lembar observasi. Berdasarkan skala tersebut didapatkan skor maksimal 100. Pada siklus I terdapat 2 lembar observasi untuk dua kali pertemuan. Untuk melihat hasil observasi setiap kelompok, terlebih dahulu harus dirata-rata in antara lembar observasi pertemuan 1 dan pertemuan 2. Berikut merupakan hasil observasi kelompok aspek afektif siswa pada siklus I. Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus I No Nama Kelompok Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata Kategori 1 Kelompok 1 76 73 74,5 Tinggi 2 Kelompok 2 72 67 69,5 Tinggi 3 Kelompok 3 74 75 74,5 Tinggi 4 Kelompok 4 66 70 68 Tinggi 5 Kelompok 5 71 74 72,5 Tinggi 6 Kelompok 6 67 71 69 Tinggi 7 Kelompok 7 73 70 71,5 Tinggi 8 Kelompok 8 69 72 70,5 Tinggi Persentase Kelompok Kategori Tinggi 8 8 100 = 100 d. Evaluasi Pada pertemuan ketiga, peneliti mengadakan evaluasi berupa post- test. Siklus I yaitu untuk mengetahui pemahaman dan peningkatan hasil belajar pada siklus I dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Post-test I diadakan pada hari Kamis tanggal 21 Mei 2015 selama 30 menit di ruang kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Tabel 4.4 Hasil Post-test Siklus I No Hasil Belajar Nilai 1 Nilai Rata-rata 78,75 2 Nilai Tertinggi 95,00 3 Nilai Terendah 55,00 4 Jumlah Siswa yang mendapat nilai ≥ 76 19 5 Jumlah Siswa yang mendapat nilai 76 13 6 Persentase Ketuntasan 59,37 7 Persentase Ketidaktuntasan 40,62 Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa nilai rata-rata siswa adalah 78,75, nilai tertinggi 95,00, nilai terendah 55,00, jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 19 orang, sedangkan yang tidak mencapai KKM adalah 13 orang, persentase siswa yang tuntas adalah 59,37 sedangkan persentase yang belum tuntas adalah 40,62. e. Refleksi Proses pembelajaran pada siklus I telah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat pada hasil observasi yang menunjukkan 100 ranah afektif siswa dikategorikan tinggi. Sedangkan hasil tes evaluasi atau post- test pada siklus I ini memperoleh nilai rata-rata 78,75 dan presentase siswa yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 59,37. Sehingga dapat dilihat indikator dalam ranah kognitif telah melebihi target, dimana nilai rata-rata yang ditargetkan adalah 76. Namun persentase siswa yang tuntas atau mencapai KKM belum mencapai target yang diinginkan, karena persentase siswa yang ditargetkan adalah 75. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan siklus II yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta.

2. Siklus 2

a. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran dari siklus I, yaitu dengan cara mempersiapkan kembali instrumen pembelajaran yang akan digunakan. Peneliti menambah beberapa buku referensi dan juga memberikan handout pembelajaran yang diharapkan dapat membantu mempermudah siswa dalam proses belajar kelompok. b. Pelaksanaan Pada siklus II dilakukan tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 22, 28, dan 29 Mei 2015. Pada tanggal 22 Mei 2015 mempelajari tentang rantai makanan dan jaring-jaring makanan sedangkan pada tanggal 29 Mei 2015 mempelajari tentang piramida ekologi. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II kurang lebih sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I, hanya pada saat melakukan pembelajaran tipe Snowball Throwing, peneliti terlebih dahulu telah membagikan kelompok siswa. Kelompok siswa dibagi berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang dilihat dari hasil Post-test siklus I. Dalam satu kelas terdapat 10 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 3 dan 4 orang. Setelah siswa berkumpul dalam kelompoknya, hal yang sama pada siklus I yaitu memilih salah satu temannya untuk menjadi ketua kelompok. Kemudian ketua kelompok maju ke depan kelas untuk diberikan materi oleh peneliti, yang akan digunakan untuk pembelajaran tipe Snowball Throwing. Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa LKS dan kertas pada setiap kelompok, kemudian peneliti meminta siswa untuk membuat pertanyaan sebanyak 2 soal beserta jawabannya. Siswa membuat pertanyaan pada kertas yang akan dilemparkan untuk kelompok lain. Langkah awal adalah peneliti terlebih dahulu melemparkan bola mainan yang berisi pertanyaan kepada salah satu kelompok. Setelah itu, kelompok tersebut menjawab pertanyaan yang didapat. Jika kelompok tersebut dapat menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh kelompok lain, maka kelompok tersebut akan mendapatkan point. Kemudian kelompok tersebut bergantian melemparkan pertanyaan yang telah dibuat untuk kelompok lain, begitu seterusnya. Setelah melalukan pembelajaran tipe Snowball Throwing, peneliti meminta siswa untuk berdiskusi mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS yang telah dibagikan. Gambar 4.8 Siswa membuat Gambar 4.9 Siswa melempar bola pertanyaan beserta jawabannya mainan yang berisi pertanyaan Gambar 4.10 Siswa berdiskusi menjawab pertanyaan yang telah dilemparkan oleh kelompok lain Kemudian pada pertemuan selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan kelompok yang tidak presentasi mendengarkan dan menanggapi hasil presentasi. Setelah presentasi berakhir, peneliti meminta siswa untuk membuat kesimpulan dan merefleksikan hasil belajarnya, kemudian peneliti meriview serta mengklarifikasi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Gambar 4.11 Siswa Gambar 4.12 Peneliti menjelaskan mempresentasikan hasil diskusi materi pembelajaran Pada pertemuan terakhir, siswa mengerjakan post-test Siklus I. Setelah siswa selesai mengerjakan post-test, peneliti membagikan kuisioner motivasi akhir kepada siswa. kuisioner motivasi akhir ini bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa dalam belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Berikut merupakan hasil dari pengisian kuisioner motivasi akhir siswa. Tabel 4.5 Data Kuisioner Motivasi Akhir Siswa Kriteria Hasil Jumlah Siswa Persentase Sangat Tinggi 81-100 Tinggi 61-80 26 81,25 Sedang 41-60 6 18,75 Rendah 21-40 Sangat Rendah 0-20 c. Observasi Pada tahap observasi pada siklus II kurang lebih sama dengan siklus I, yaitu dilakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk menjadi observer yang bertugas untuk mengobservasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus II. Hasil observasi ditulis di lembar observasi siswa dan observasi dilakukan pada setiap kelompok siswa. Pada siklus II ini dilakukan 2 kali pengamatan observasi sama dengan siklus I, kemudian hasil observasi akan dirata-rata atau dibagi dengan 2 sebanyak jumlah pengamatan. Berikut merupakan hasil observasi kelompok siswa pada siklus II. Tabel 4.6 Hasil Observasi Kelompok Siswa Aspek Afektif Siklus II No Nama Kelompok Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata Kategori 1 Kelompok 1 83 78 80,5 Tinggi 2 Kelompok 2 81 76 78,5 Tinggi 3 Kelompok 3 87 74 80,5 Tinggi 4 Kelompok 4 79 82 80,5 Tinggi 5 Kelompok 5 82 77 79,5 Tinggi 6 Kelompok 6 81 79 80 Tinggi 7 Kelompok 7 74 78 76 Tinggi 8 Kelompok 8 80 81 80,5 Tinggi 9 Kelompok 9 86 74 80 Tinggi 10 Kelompok 10 70 80 75 Tinggi Persentase Kelompok Kategori Tinggi 10 10 100 = 100 d. Evaluasi Pada tahap ini, peneliti mengadakan evaluasi berupa post-test siklus II yang di lakukan pada pertemuan terakhir siklus II. Post-test siklus ke II dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa terhadap materi ekosistem, selain itu juga untuk mengetahui ketercapaian indikator yang telah ditentukan. Hasil post-test II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Hasil Post-test Siklus II No Hasil Belajar Nilai 1 Nilai Rata-rata 82,5 2 Nilai Tertinggi 95,00 3 Nilai Terendah 80 4 Jumlah Siswa yang mendapat nilai ≥ 76 32 5 Jumlah Siswa yang mendapat nilai 76 6 Persentase Ketuntasan 100 7 Persentase Ketidaktuntasan e. Refleksi Pada siklus II ini peneliti sudah melaksanakan upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Hasil belajar kognitif siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan melebihi target yang ditentukan yaitu mencapai persentase ketuntasan 100. Pada ranah afektif dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer juga mengalami peningkatan. Pembagian kelompok yang dilakukan oleh peneliti ternyata memberikan dampak positif yang cukup besar untuk siswa. Sedangkan untuk hasil kuisioner yang diisi oleh siswa kelas X A, motivasi siswa termasuk dalam kategori tinggi dan sedang.

C. Analisis Data

1. Motivasi Belajar Siswa

a. Motivasi Belajar Awal Kuisioner motivasi awal siswa diberikan dengan tujuan untuk melihat motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi. Kuisioner motivasi awal ini terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif, dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Dari data yang diperoleh, hasil kuisioner motivasi awal adalah 59,37 siswa yang memiliki motivasi tinggi dan 40,62 siswa yang memiliki motivasi sedang. Hasil kuisioner motivasi awal siswa dapat dilihat dalam grafik berikut. Gambar 4.13 Grafik Persentase Motivasi Awal Siswa b. Motivasi Belajar Akhir Kuisioner motivasi akhir siswa diberikan dengan tujuan untuk melihat motivasi siswa terhadap pembelajaran biologi dengan menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Data kuisioner motivasi akhir siswa menunjukkan bahwa motivasi siswa terhadap pembelajaran biologi menggunakan Tipe Snowball Throwing adalah 81,25 siswa memiliki motivasi yang tinggi dan 18,75 siswa memiliki motivasi sedang. Hasil kuisioner motivasi akhir siswa dapat dilihat dalam grafik berikut ini. 10 20 30 40 50 60 Sedang Tinggi Tinggi Sedang Gambar 4.14 Grafik Persentase Motivasi Akhir Siswa 2. Hasil Belajar a. Hasil Belajar Aspek Kognitif Hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dari hasil post-test siklus I dan post-test siklus II. Berikut merupakan tabel perbandingan post-test siklus I dan post-test siklus II. Tabel 4.9 Perbandingan Post-test Siklus I dan Siklus II No Hasil Belajar Post-test I Post-test II 1 Nilai Rata-rata 78,75 82,5 2 Nilai Terendah 55,00 80 3 Nilai Tertinggi 95,00 95 4 Jumlah Siswa yang mendapat nilai ≤ 76 13 5 Jumlah Siswa yang mendapat nilai 76 19 32 6 Persentase Ketidaktuntasan 40,62 7 Persentase Ketuntasan 59,37 100 Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa di post-test II lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata post-test I. Nilai rata-rata 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sedang Tinggi Tinggi Sedang dari post-test I ke post-test II mengalami peningkatan yaitu dari 78,75 menjadi 82,5. Pada siklus I, terdapat 2 orang yang memperoleh nilai tertinggi yaitu 95, namun kedua siswa tersebut mengalami penurunan dalam post-test II yaitu dari 95 menjadi 80 dan 85. Hal ini dapat terjadi karena siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal-soal ataupun kurang mempersiapkan belajar. Sedangkan nilai terendah siswa pada post-tes I mengalami peningkatan dalam post-test II yaitu dari 55 menjadi 85. Jumlah siswa yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan dari 19 orang siswa 59,37 menjadi 32 orang siswa 100. Sehingga membuat persentase siswa yang belum tuntas menurun drastis dari 40,62 menjadi 0. b. Hasil Belajar Aspek Afektif Hasil belajar siswa dalam aspek afektif dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer. Observer bertugas untuk mengisi data dilembar observasi kelompok siswa. Anggota kelompok siswa dalam siklus I dan siklus II berbeda, pada siklus II anggota kelompok siswa telah dibagi oleh peneliti berdasarkan kemampuan akedemik siswa yang dilihat dari hasil post-test siklus I. Sehingga data hasil observasi kelompok siklus I akan dibandingkan dengan data hasil observasi kelompok pada siklus II. Data yang dihasilkan akan dihitung dalam bentuk data kuantitatif. Berikut merupakan hasil perhitungan dan pengelompokkan kategori dalam ranah afektif. Tabel 4.10 Persentase Aspek Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II No Kategori Siklus I Siklus II 1 Tinggi 100 100 2 Sedang 3 Rendah Berdasarkan data perhitungan observasi di atas, hasil belajar dalam aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu rata-ratanya dari 71,25 menjadi 79,1. Ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah afektif pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hasil belajar siswa dalam aspek afektif pada siklus I dan siklus II adalah 100, ini memperlihatkan bahwa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dikategorikan baik.

D. Pembahasan

1. Motivasi Belajar Motivasi menurut Hamalik 2006 adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan. Motivasi sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Prayitno 2006 menyatakan bahwa di dalam proses belajar, siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar sebenarnya. Secara langsung dapat disimpulkan bahwa siswa yang termotivasi secara instrinsik aktivitasnya akan lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya Daryanto dan Muljo,2012. Motivasi belajar ini dilihat dari lembar kuisioner yang telah diisi oleh siswa. Lembar kuisioner diberikan dua kali yaitu kuisioner motivasi awal yang diberikan sebelum pembelajaran siklus I dan kuisioner motivasi akhir yang diberikan diakhir pembelajaran siklus II. Kuisioner motivasi awal siswa diberikan untuk melihat dan mengukur motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi sebelumnya dan kuisioner motivasi akhir siswa diberikan untuk melihat dan mengukur motivasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Dari data perhitungan menunjukkan bahwa motivasi awal siswa terhadap mata pelajaran biologi adalah 59,37 tinggi dan 40,62 sedang. Sedangkan untuk motivasi akhir siswa terhadap pembelajaran Tipe Snowball Throwing menunjukkan bahwa 81,25 tinggi dan 18,75 sedang. Data kuisioner dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Akhir Siswa Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar awal siswa belum mencapai indikator yang diinginkan, kemudian pada motivasi akhir siswa mengalami peningkatan dan mencapai indikator yang diinginkan. Terjadi peningkatan motivasi tinggi dari 59,4 pada siklus I menjadi 81,25 pada siklus II. Peningkatan persentase motivasi ini menunjukkan bahwa siswa semakin termotivasi belajar dengan menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Selain dari data lembar kuisioner, hasil yang memperlihatkan bahwa siswa termotivasi dengan pembelajaran Tipe Snowball Throwing adalah pada saat berdiskusi kelompok. Pada saat melakukan pembelajaran Tipe Snowball Throwing, siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat, baik itu dalam membuat pertanyaan, melemparkan pertanyaan, maupun menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh kelompok lain. Sehingga pada saat menjawab pertanyaan di LKS, siswa dengan segera dapat mengerjakannya karena masih mengingat materi yang masuk ke dalam pembelajaran Tipe Snowball Throwing. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Motivasi Awal Motivasi Akhir Tinggi Sedang Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran dan membantu siswa untuk dapat lebih mengingat pelajaran yang sudah dipelajari karena semua terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran. Seperti yang telah dijelaskan oleh Asrori 2010, bahwa Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif active learning yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran peneliti di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Rachmad 2009, pembelajaran Tipe Snowball Throwing ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola dan menyampaikan pesan tersebut kepada kelompok lain. Sedangkan menurut Aris 2014, pembelajaran dengan Tipe Snowball Throwing menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata constructivism, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri inquiry, pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalau bermula dari bertanya questioning dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam pembelajaran Tipe Snowball Throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut. Pembelajaran Tipe Snowball Throwing ini memiliki banyak kelebihan sehingga membuat siswa termotivasi dengan pembelajaran tersebut, diantaranya adalah suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola mainan kepada kelompok lain, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan dan diberikan pada kelompok lain, membuat siswa menjadi lebih siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain seperti apa, selain itu siswa juga menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. 2. Hasil Belajar a. Aspek Kognitif Berdasarkan data kognitif pada tabel 4.9 maka perkembangan kognitif siswa pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam grafik berikut ini. Gambar 4.16 Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II Berdasarkan grafik 4.16 Hasil post-test siklus I dan post-test siklus II mengalami peningkatan. Dari semula rata-ratanya adalah 78,75 menjadi 82,5 sehingga meningkat 3,75. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 59,37 menjadi 100, sehingga meningkat sebanyak 40,63 pada siklus II, pada siklus II ini tidak ada satupun siswa yang tidak tuntas. Pada siklus I, hasil post-test siswa mencapai rata-rata kelas yaitu 78,75. Dari hasil yang diperoleh dalam siklus I tersebut dapat dikatakan sudah mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti, dimana indikator yang ingin dicapai adalah 76 poin untuk rata-rata kelas. Namun untuk rata- rata persentase siswa yang mencapai nilai KKM adalah 59,37 , dari hasil tersebut dikatakan belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti. Karena indikator yang ingin dicapai untuk ketuntasan siswa dalam mencapai nilai KKM adalah 75. Ini memperlihatkan bahwa persentasi Rat a-rat a KKM Tunt as 20 40 60 80 100 Siklus I Siklus II Rat a- rat a KKM Tunt as 78,75 59,37 82,5 100 siswa yang tuntas pada siklus I belum berhasil mencapai target yang ditentukan, sehingga peneliti memperbaiki pembelajaran pada siklus II untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian siklus II nilai rata-rata post-test siswa adalah 82,5 dan ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM adalah 100. Penelitian pada siklus II ini dapat dikatakan berhasil karena hasil post-test pada siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diinginkan. Hasil kognitif siswa pada siklus II mengalami peningkatan, ini dapat dibuktikan pada nilai rata-rata kelas maupun dari persentase siswa yang mencapai KKM. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa juga dipengaruhi oleh suasana pembelajaran yang lebih kondusif dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi di siklus I, yaitu dengan cara membagi kelompok secara rata berdasarkan hasil kognitif siswa siklus I. Sehingga dalam siklus II, kelompok belajar siswa menjadi rata antara siswa yang memiliki hasil belajar tinggi dengan siswa yang memiliki hasil belajar rendah, dengan demikian dalam kelompok belajar di siklus II semua siswa dalam kelompok akan terlibat aktif dan siswa yang tidak tahu akan menjadi tahu. Selain itu, ada beberapa hal yang memperlihatkan bahwa siswa menyukai pembelajaran Tipe Snowball Throwing tersebut, yaitu pada saat diakhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk berefleksi. Pada saat refleksi tersebut, peneliti bertanya kepada beberapa siswa yang memiliki hasil belajar rendah, sedang, dan tinggi. Peneliti bertanya tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Untuk siswa yang memiliki hasil belajar rendah dan dibawah rata-rata mengemukakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing membuat mereka lebih aktif dan lebih mengingat tentang materi yang diajarkan. Dari pernyataan yang mereka kemukakan dan dari data yang ada membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran Tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran Snowball Throwing ini disebabkan oleh karena siswa yang dapat membuat pertanyaan sendiri, sehingga di sini siswa dapat berpikir secara kreatif. Selain itu, karena alat yang digunakan selama pembelajaran sangat menarik, sehingga membuat siswa juga tidak bosan dalam melakukan proses pembelajaran b. Aspek Afektif Berdasarkan hasil analisis hasil observasi kelompok selama proses pembelajaran berlangsung, persentase dalam aspek afektif siswa pada siklus I maupun siklus II adalah 100, ini dapat dikategorikan tinggi. Jadi sejak siklus I sampai dengan siklus II, siswa memiliki sikap yang baik dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan persentase aspek afektif siklus I dan siklus II. Gambar 4.17 Persentase Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II Dapat dilihat bahwa hasil analisis perhitungan rata-rata aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami penigkatan dari 71,25 menjadi 79,1. Hal ini membuktikan bahwa hasil belajar afektif siswa dikategorikan baik. Hasil afektif siswa dari siklus I sudah dikategorikan baik, hal ini ditunjukkan pada saat siswa bersama dengan kelompok sangat antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran menggunakan Snowball Throwing. Pada saat pembelajaran, siswa terlihat sangat aktif dan serius, ini juga disebabkan oleh karena pembelajaran Snowball Throwing yang menyenangkan dan membuat semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil peningkatan rata-rata observasi pada aspek afektif, menunjukkan bahwa pembelajaran Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aspek afektif siswa dalam pembelajaran. Dengan ikut serta 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II melemparkan pertanyaan, membuat mereka tidak kaku dan monoton. Karena proses pembelajaran tersebut seperti bermain sambil belajar sehingga tidak membuat siswa merasa bosan dengan pembelajaran. Ada beberapa masalah yang timbul pada proses pembelajaran siklus I, diantaranya adalah siswa yang terlalu aktif untuk bertanya sehingga membuat suasana kelas menjadi sangat ribut dan waktu melebihi yang ditargetkan. Oleh sebab itu, pada proses pembelajaran siklus II permasalahan tersebut diperbaiki yaitu dengan cara peneliti lebih tegas dalam mengkondisikan suasana kelas. Di siklus II peneliti juga telah membagi kelompok siswa secara bervariasi dalam kemampuan berpikir yang dilihat dari hasil post-test siklus I, maka dari itu proses pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan baik. Sehingga siswa memiliki sikap afektif yang baik pada saat pembelajaran berlangsung. 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat dilihat bahwa motivasi siswa yang diketahui dari kuisioner yang diisi oleh siswa terjadi peningkatan persentase motivasi dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 59,37 menjadi 81,25. Persentase motivasi siswa yang termasuk ke dalam tinggi ini sudah mencapai target yang dibuat oleh peneliti yaitu sebesar 70. Hasil belajar aspek kognitif siklus I untuk rata-rata adalah 78,75 meningkat pada siklus II yaitu 82,5. Sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 59,37 meningkat pada siklus II menjadi 100. Hasil belajar siswa aspek afektif pada siklus I maupun siklus II adalah 100 tinggi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap materi Ekosistem. Peneliti menyarankan kepada para Guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing ini terhadap materi Ekosistem dan dalam pembelajaran biologi dengan memperhatikan beberapa hal agar dalam pelaksanaannya target dapat tercapai.

Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

1 7 106

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN SNOWBALL DRILLING PADA SUB MATERI TURUNAN DI SMA NEGERI 11 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP DI SMA NEGERI 5 MEDAN.

0 2 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PEMBELAJARAN IPA MATERI PROSES DAUR AIR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 34

Penerapan pembelajaran kooperatif teknik picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMS Negeri 10 Yogyakarta pada materi animalia.

0 2 188

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

1 4 270

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI Haryani.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8