60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015, bertempat di SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan subyek penelitian kelas X A yang berjumlah 32
siswa. Obyek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus pertama dan siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Untuk mengetahui motivasi awal,
siswa diberikan kuisioner mengenai motivasi siswa dalam belajar biologi sebelumnya yaitu pada pertemuan pertama siklus I, sedangkan untuk mengetahui
motivasi akhir siswa terhadap model pembelajaran, siswa diberikan kuisioner pada pertemuan terakhir siklus II. Pada setiap akhir siklus dilakukan post-test untuk
mengetahui hasil belajar dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
B. Hasil Penelitian
1. Siklus 1
Siklus I di mulai pada tanggal 14 Mei 2015 sebanyak 3 kali pertemuan. Materi pokok pertemuan pertama yaitu mengenai pengertian ekologi sebagai
ilmu, pertemuan kedua mengenai komponen penyusun ekosistem, dan pertemuan ketiga mengenai interaksi antar komponen ekosistem. Tahapan
pelaksanaan pertemuan pertama adalah apersepsi yaitu siswa mengerjakan pre-
test selama 15 menit dan mengisi kuisioner motivasi awal selama 10 menit, penyampaian masalah yang akan dipelajari, melakukan pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing, mengerjakan LKS dan presentasi di depan kelas oleh setiap kelompok.
a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan di bantu oleh
teman sejawat. Observasi pertama dilakukan untuk menentukan target subyek penelitian dengan bertanya kepada guru mata pelajaran biologi yaitu
pada materi Ekosistem. Dari hasil observasi didapatkan nilai rata-rata ulangan harian biologi pada materi Ekosistem terendah terdapat pada kelas
X A yaitu 66,3 dari 32 orang siswa dengan nilai terendah 60,00 dan nilai tertinggi 85,00. Berdasarkan ulangan harian biologi yang dilakukan pada
materi ekosistem terdapat 37,5 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditentukan, yaitu 12 orang siswa. Sementara 62,5 siswa
memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 20 orang siswa. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas apabila ketercapaian KKM
minimal 76 . Setelah peneliti bertanya kepada guru mata pelajaran, peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama
proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan mereka
sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Hasil observasi didapatkan hanya sebanyak 55 siswa yang mendengarkan saat guru menerangkan pelajaran,
25 siswa yang mencatat hal-hal penting saat pelajaran, dan 15 siswa yang bertanya mengenai materi yang disampaikan guru.
Gambar 4.1 Observasi guru mengajar dan kondisi kelas
Setelah selesai melakukan observasi, peneliti mempersiapkan semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
Perangkat pembelajaran ini berupa proposal yang mencakup silabus, RPP, LKS, kuisioner, lembar observasi, kertas dan bola mainan yang akan
digunakan untuk pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Fungsi dari kertas dan bola mainan ini adalah untuk membuat pertanyaan yang akan
dilemparkan ke kelompok lain. Setelah semuanya selesai dipersiapkan peneliti memulai penelitian pada tanggal 14 Mei 2015.
b. Pelaksanaan
Pada siklus I dilakukan tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 14, 15, dan 21 Mei 2015 yang diikuti oleh 32 siswa kelas X A. Pada
pertemuan pertama sebelum memulai proses pembelajaran, terlebih dahulu siswa melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa
mengenai materi pokok Ekosistem. Hasil pre-test dapat dilihat pada tabel
berikut ini. Tabel 4.1 Hasil Pre-test Siswa
No Hasil Belajar
Nilai
1 Nilai Rata-rata
52,18 2
Nilai Tertinggi 70
3 Nilai Terendah
20 Setelah siswa mengerjakan pre-test, peneliti membagikan kuisioner
motivasi awal kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran biologi sebelumnya. Berikut merupakan tabel data
hasil kuisioner motivasi awal siswa.
Tabel 4.2 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa Kriteria
Hasil Jumlah Siswa
Persentase
Sangat Tinggi 81-100
Tinggi 61-80
19 59,37
Sedang 41-60
13 40,62
Rendah 21-40
Sangat Rendah 0-20
Setelah selesai mengerjakan pre-test dan mengisi lembar kuisioner motivasi awal, siswa melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Berikut merupakan kegiatan yang dilakukan pada pertemuan I yaitu.
a. Pembagian Kelompok
Langkah awal adalah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa. Memotivasi siswa adalah dengan cara
menanyakan kepada
siswa tentang
materi pelajaran
dan membangkitkan siswa untuk belajar. Kemudian peneliti membagi
siswa menjadi 8 kelompok. Pada siklus I pertemuan pertama ini, pembagian kelompok dihitung secara acak oleh siswa. Setelah itu
siswa yang mendapatkan kelompok dengan nomor yang sama berkumpul menjadi satu kelompok. Peneliti kemudian menjelaskan
secara singkat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan dan meminta setiap kelompok menunjuk temannya untuk menjadi ketua
kelompok. Setelah masing-masing kelompok memiliki ketua, maka ketua setiap masing-masing kelompok maju ke depan kelas untuk
diberitahu oleh peneliti materi pokok apa yang akan dijadikan pertanyaan.
Gambar 4.2 Setiap ketua kelompok diberikan materi pokok
b. Diskusi Kelompok
Peneliti kemudian memberikan Lembar Kerja Siswa LKS dan kertas kepada setiap kelompok. Kertas yang diberikan berfungsi untuk
menuliskan pertanyaan yang akan dibuat oleh kelompok tersebut. Setiap kelompok diminta untuk membuat pertanyaan sebanyak 2 soal
beserta jawabannya. Pertanyaan beserta jawabannya dituliskan di Lembar Kerja Siswa LKS dan pertanyaan juga dituliskan di kertas
yang akan dilemparkan untuk kelompok lain. Setelah kelompok selesai membuat pertanyaan beserta jawabannya, peneliti mengecek setiap
pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing kelompok. Mengecek pertanyaan bertujuan untuk melihat apakah pertanyaan yang dibuat
oleh setiap kelompok sudah benar dan menunjukkan tingkat soal yang sedang sampai sulit atau tidak.
Langkah awal adalah peneliti terlebih dahulu melemparkan bola mainan yang berisi pertanyaan kepada salah satu kelompok, kemudian
anggota kelompok menjawab pertanyaan tersebut. Setelah itu kelompok tersebut bergantian untuk melemparkan pertanyaan yang
telah dibuat kepada kelompok lain, jika setiap kelompok dapat menjawab pertanyaan yang telah dilemparkan oleh kelompok lain,
maka kelompok tersebut mendapatkan poin.
Gambar 4.3 Siswa membuat Gambar 4.4 Siswa melemparkan
pertanyaan beserta jawaban pertanyaan ke kelompok lain
Gambar 4.5 Siswa berdiskusi bersama kelompoknya
c. Presentasi Setiap Kelompok
Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, kemudian kelompok lain memperhatikan dan memberikan
tanggapan kepada kelompok tersebut. Pada saat diskusi berlangsung, peneliti berperan sebagai moderator yang memimpin jalannya proses
diskusi kelas.
Gambar 4.6 Siswa bersama kelompok mempresentasikan hasil diskusi
d. Presentasi Kelas
Peneliti kemudian memberikan presentasi, yaitu menjelaskan materi yang telah digunakan selama kegiatan diskusi dan
mengklarifikasi materi pokok yang belum jelas. e.
Mengerjakan Post-test Setelah selesai melaksanakan diskusi kelas, siswa diminta untuk
kembali ke tempat duduknya masing-masing kemudian diminta untuk mengerjakan soal post-test Siklus I. Siswa diminta untuk mengerjakan
soal post-test secara individu tanpa mencontek jawaban dari teman lain.
Gambar 4.7 Siswa mengerjakan Post-test Siklus I
c. Observasi
Pada tahap observasi, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama kegiatan pembelajaran siklus I. Kegiatan observasi ini dibantu
oleh teman sejawat dan hasil observasi ditulis dilembar observasi siswa. Observasi dilakukan pada setiap kelompok siswa sehingga observer
bertugas untuk mengamati setiap kelompok siswa di kelas. Di dalam satu kelas terdapat 8 kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Pada lembar
observasi dilakukan dalam setiap anggota kelompok siswa. Pada lembar observasi terdapat 20 aspek kategori dalam ranah afektif kemudian skor
yang harus diisi oleh observer dalam rentang 1, 2, 3, 4, 5. Skala tersebut diisi sesuai dengan pernyataan di lembar observasi. Berdasarkan skala
tersebut didapatkan skor maksimal 100. Pada siklus I terdapat 2 lembar observasi untuk dua kali pertemuan. Untuk melihat hasil observasi setiap
kelompok, terlebih dahulu harus dirata-rata in antara lembar observasi
pertemuan 1 dan pertemuan 2. Berikut merupakan hasil observasi kelompok aspek afektif siswa pada siklus I.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus I No
Nama Kelompok
Pertemuan I Pertemuan II
Rata-rata Kategori
1 Kelompok 1
76 73
74,5 Tinggi
2 Kelompok 2
72 67
69,5 Tinggi
3 Kelompok 3
74 75
74,5 Tinggi
4 Kelompok 4
66 70
68 Tinggi
5 Kelompok 5
71 74
72,5 Tinggi
6 Kelompok 6
67 71
69 Tinggi
7 Kelompok 7
73 70
71,5 Tinggi
8 Kelompok 8
69 72
70,5 Tinggi
Persentase Kelompok Kategori Tinggi
8 8
100 = 100
d. Evaluasi
Pada pertemuan ketiga, peneliti mengadakan evaluasi berupa post- test. Siklus I yaitu untuk mengetahui pemahaman dan peningkatan hasil
belajar pada siklus I dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Post-test I diadakan pada hari Kamis tanggal 21 Mei
2015 selama 30 menit di ruang kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta.
Tabel 4.4 Hasil Post-test Siklus I No
Hasil Belajar Nilai
1 Nilai Rata-rata
78,75 2
Nilai Tertinggi 95,00
3 Nilai Terendah
55,00 4
Jumlah Siswa yang mendapat nilai ≥ 76
19 5
Jumlah Siswa yang mendapat nilai 76 13
6 Persentase Ketuntasan
59,37 7
Persentase Ketidaktuntasan 40,62
Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa nilai rata-rata siswa adalah 78,75, nilai tertinggi 95,00, nilai terendah 55,00, jumlah siswa yang mencapai
KKM adalah 19 orang, sedangkan yang tidak mencapai KKM adalah 13 orang, persentase siswa yang tuntas adalah 59,37 sedangkan persentase
yang belum tuntas adalah 40,62. e.
Refleksi Proses pembelajaran pada siklus I telah berjalan dengan baik, hal
ini dapat dilihat pada hasil observasi yang menunjukkan 100 ranah afektif siswa dikategorikan tinggi. Sedangkan hasil tes evaluasi atau post-
test pada siklus I ini memperoleh nilai rata-rata 78,75 dan presentase siswa yang tuntas atau mencapai KKM sebanyak 59,37. Sehingga dapat dilihat
indikator dalam ranah kognitif telah melebihi target, dimana nilai rata-rata yang ditargetkan adalah 76. Namun persentase siswa yang tuntas atau
mencapai KKM belum mencapai target yang diinginkan, karena persentase siswa yang ditargetkan adalah 75. Oleh karena itu, peneliti
melaksanakan siklus II yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta.
2. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran dari siklus I, yaitu dengan cara mempersiapkan kembali instrumen
pembelajaran yang akan digunakan. Peneliti menambah beberapa buku
referensi dan juga memberikan handout pembelajaran yang diharapkan dapat membantu mempermudah siswa dalam proses belajar kelompok.
b. Pelaksanaan
Pada siklus II dilakukan tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 22, 28, dan 29 Mei 2015. Pada tanggal 22 Mei 2015 mempelajari tentang
rantai makanan dan jaring-jaring makanan sedangkan pada tanggal 29 Mei 2015 mempelajari tentang piramida ekologi. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan pada siklus II kurang lebih sama dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I, hanya pada saat melakukan pembelajaran tipe Snowball
Throwing, peneliti terlebih dahulu telah membagikan kelompok siswa. Kelompok siswa dibagi berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang
dilihat dari hasil Post-test siklus I. Dalam satu kelas terdapat 10 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 3 dan 4 orang. Setelah siswa berkumpul
dalam kelompoknya, hal yang sama pada siklus I yaitu memilih salah satu temannya untuk menjadi ketua kelompok. Kemudian ketua kelompok
maju ke depan kelas untuk diberikan materi oleh peneliti, yang akan digunakan untuk pembelajaran tipe Snowball Throwing.
Peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa LKS dan kertas pada setiap kelompok, kemudian peneliti meminta siswa untuk membuat
pertanyaan sebanyak 2 soal beserta jawabannya. Siswa membuat pertanyaan pada kertas yang akan dilemparkan untuk kelompok lain.
Langkah awal adalah peneliti terlebih dahulu melemparkan bola mainan yang berisi pertanyaan kepada salah satu kelompok. Setelah itu, kelompok
tersebut menjawab pertanyaan yang didapat. Jika kelompok tersebut dapat menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh kelompok lain, maka
kelompok tersebut akan mendapatkan point. Kemudian kelompok tersebut bergantian melemparkan pertanyaan yang telah dibuat untuk kelompok
lain, begitu seterusnya. Setelah melalukan pembelajaran tipe Snowball Throwing, peneliti meminta siswa untuk berdiskusi mengerjakan Lembar
Kerja Siswa LKS yang telah dibagikan.
Gambar 4.8 Siswa membuat Gambar 4.9 Siswa melempar bola
pertanyaan beserta jawabannya mainan yang berisi pertanyaan
Gambar 4.10 Siswa berdiskusi menjawab pertanyaan yang telah dilemparkan oleh kelompok lain
Kemudian pada pertemuan selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan kelompok yang tidak
presentasi mendengarkan dan menanggapi hasil presentasi. Setelah presentasi berakhir, peneliti meminta siswa untuk membuat kesimpulan
dan merefleksikan hasil belajarnya, kemudian peneliti meriview serta mengklarifikasi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Gambar 4.11 Siswa Gambar 4.12 Peneliti menjelaskan
mempresentasikan hasil diskusi materi pembelajaran
Pada pertemuan terakhir, siswa mengerjakan post-test Siklus I. Setelah siswa selesai mengerjakan post-test, peneliti membagikan
kuisioner motivasi akhir kepada siswa. kuisioner motivasi akhir ini bertujuan untuk mengetahui motivasi siswa dalam belajar menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Berikut merupakan hasil dari pengisian kuisioner motivasi akhir siswa.
Tabel 4.5 Data Kuisioner Motivasi Akhir Siswa Kriteria
Hasil Jumlah Siswa
Persentase
Sangat Tinggi 81-100
Tinggi 61-80
26 81,25
Sedang 41-60
6 18,75
Rendah 21-40
Sangat Rendah 0-20
c. Observasi
Pada tahap observasi pada siklus II kurang lebih sama dengan siklus I, yaitu dilakukan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan
oleh siswa selama proses pembelajaran. Peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk menjadi observer yang bertugas untuk mengobservasi
kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran pada siklus II. Hasil observasi ditulis di lembar observasi siswa dan
observasi dilakukan pada setiap kelompok siswa. Pada siklus II ini dilakukan 2 kali pengamatan observasi sama dengan siklus I, kemudian
hasil observasi akan dirata-rata atau dibagi dengan 2 sebanyak jumlah pengamatan. Berikut merupakan hasil observasi kelompok siswa pada
siklus II.
Tabel 4.6 Hasil Observasi Kelompok Siswa Aspek Afektif Siklus II No
Nama Kelompok
Pertemuan I Pertemuan II
Rata-rata Kategori
1 Kelompok 1
83 78
80,5 Tinggi
2 Kelompok 2
81 76
78,5 Tinggi
3 Kelompok 3
87 74
80,5 Tinggi
4 Kelompok 4
79 82
80,5 Tinggi
5 Kelompok 5
82 77
79,5 Tinggi
6 Kelompok 6
81 79
80 Tinggi
7 Kelompok 7
74 78
76 Tinggi
8 Kelompok 8
80 81
80,5 Tinggi
9 Kelompok 9
86 74
80 Tinggi
10 Kelompok 10 70
80 75
Tinggi
Persentase Kelompok Kategori Tinggi
10 10
100 = 100
d. Evaluasi
Pada tahap ini, peneliti mengadakan evaluasi berupa post-test siklus II yang di lakukan pada pertemuan terakhir siklus II. Post-test siklus
ke II dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar kognitif siswa terhadap materi ekosistem, selain itu juga untuk mengetahui ketercapaian
indikator yang telah ditentukan. Hasil post-test II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil Post-test Siklus II No
Hasil Belajar Nilai
1 Nilai Rata-rata
82,5 2
Nilai Tertinggi 95,00
3 Nilai Terendah
80 4
Jumlah Siswa yang mendapat nilai ≥ 76
32 5
Jumlah Siswa yang mendapat nilai 76 6
Persentase Ketuntasan 100
7 Persentase Ketidaktuntasan
e. Refleksi
Pada siklus II ini peneliti sudah melaksanakan upaya-upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Hasil belajar kognitif
siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan melebihi target yang ditentukan yaitu mencapai persentase ketuntasan 100. Pada ranah afektif
dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer juga mengalami peningkatan. Pembagian kelompok yang dilakukan oleh peneliti ternyata
memberikan dampak positif yang cukup besar untuk siswa. Sedangkan untuk hasil kuisioner yang diisi oleh siswa kelas X A, motivasi siswa
termasuk dalam kategori tinggi dan sedang.
C. Analisis Data
1. Motivasi Belajar Siswa
a. Motivasi Belajar Awal
Kuisioner motivasi awal siswa diberikan dengan tujuan untuk melihat motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran biologi. Kuisioner
motivasi awal ini terdiri dari 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif, dengan kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
rendah. Dari data yang diperoleh, hasil kuisioner motivasi awal adalah
59,37 siswa yang memiliki motivasi tinggi dan 40,62 siswa yang memiliki motivasi sedang. Hasil kuisioner motivasi awal siswa dapat
dilihat dalam grafik berikut.
Gambar 4.13 Grafik Persentase Motivasi Awal Siswa
b. Motivasi Belajar Akhir
Kuisioner motivasi akhir siswa diberikan dengan tujuan untuk melihat
motivasi siswa
terhadap pembelajaran
biologi dengan
menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Data kuisioner motivasi akhir siswa menunjukkan bahwa motivasi siswa terhadap
pembelajaran biologi menggunakan Tipe Snowball Throwing adalah 81,25 siswa memiliki motivasi yang tinggi dan 18,75 siswa memiliki
motivasi sedang. Hasil kuisioner motivasi akhir siswa dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
10 20
30 40
50 60
Sedang Tinggi
Tinggi Sedang
Gambar 4.14 Grafik Persentase Motivasi Akhir Siswa 2.
Hasil Belajar
a. Hasil Belajar Aspek Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dari hasil post-test siklus I dan post-test siklus II. Berikut merupakan tabel perbandingan post-test
siklus I dan post-test siklus II.
Tabel 4.9 Perbandingan Post-test Siklus I dan Siklus II No
Hasil Belajar Post-test I
Post-test II
1 Nilai Rata-rata
78,75 82,5
2 Nilai Terendah
55,00 80
3 Nilai Tertinggi
95,00 95
4 Jumlah Siswa yang mendapat nilai
≤ 76 13
5 Jumlah Siswa yang mendapat nilai 76
19 32
6 Persentase Ketidaktuntasan
40,62 7
Persentase Ketuntasan 59,37
100
Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa di post-test II lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata post-test I. Nilai rata-rata
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Sedang Tinggi
Tinggi Sedang
dari post-test I ke post-test II mengalami peningkatan yaitu dari 78,75 menjadi 82,5. Pada siklus I, terdapat 2 orang yang memperoleh nilai
tertinggi yaitu 95, namun kedua siswa tersebut mengalami penurunan dalam post-test II yaitu dari 95 menjadi 80 dan 85. Hal ini dapat terjadi karena
siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal-soal ataupun kurang mempersiapkan belajar. Sedangkan nilai terendah siswa pada post-tes I
mengalami peningkatan dalam post-test II yaitu dari 55 menjadi 85. Jumlah siswa yang mencapai KKM juga mengalami peningkatan dari 19 orang
siswa 59,37 menjadi 32 orang siswa 100. Sehingga membuat persentase siswa yang belum tuntas menurun drastis dari 40,62 menjadi
0. b.
Hasil Belajar Aspek Afektif Hasil belajar siswa dalam aspek afektif dapat dilihat dari hasil
observasi yang dilakukan oleh observer. Observer bertugas untuk mengisi data dilembar observasi kelompok siswa. Anggota kelompok siswa dalam
siklus I dan siklus II berbeda, pada siklus II anggota kelompok siswa telah dibagi oleh peneliti berdasarkan kemampuan akedemik siswa yang dilihat
dari hasil post-test siklus I. Sehingga data hasil observasi kelompok siklus I akan dibandingkan dengan data hasil observasi kelompok pada siklus II.
Data yang dihasilkan akan dihitung dalam bentuk data kuantitatif. Berikut merupakan hasil perhitungan dan pengelompokkan kategori dalam ranah
afektif.
Tabel 4.10 Persentase Aspek Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II No
Kategori Siklus I
Siklus II
1 Tinggi
100 100
2 Sedang
3 Rendah
Berdasarkan data perhitungan observasi di atas, hasil belajar dalam aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, yaitu rata-ratanya dari
71,25 menjadi 79,1. Ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa dalam ranah afektif pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hasil belajar siswa
dalam aspek afektif pada siklus I dan siklus II adalah 100, ini memperlihatkan bahwa sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dikategorikan baik.
D. Pembahasan
1. Motivasi Belajar
Motivasi menurut Hamalik 2006 adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan.
Motivasi sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Prayitno 2006 menyatakan bahwa di dalam proses belajar, siswa
yang termotivasi secara instrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin
mencapai tujuan belajar sebenarnya. Secara langsung dapat disimpulkan bahwa siswa yang termotivasi secara instrinsik aktivitasnya akan lebih baik bila
dibandingkan dengan siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. Sedangkan
motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga kondisi yang
demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat
pertama di kelasnya Daryanto dan Muljo,2012. Motivasi belajar ini dilihat dari lembar kuisioner yang telah diisi oleh
siswa. Lembar kuisioner diberikan dua kali yaitu kuisioner motivasi awal yang diberikan sebelum pembelajaran siklus I dan kuisioner motivasi akhir yang
diberikan diakhir pembelajaran siklus II. Kuisioner motivasi awal siswa diberikan untuk melihat dan mengukur motivasi belajar siswa terhadap mata
pelajaran biologi sebelumnya dan kuisioner motivasi akhir siswa diberikan untuk melihat dan mengukur motivasi belajar siswa dengan menggunakan
pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Dari data perhitungan menunjukkan bahwa motivasi awal siswa terhadap mata pelajaran biologi adalah 59,37
tinggi dan 40,62 sedang. Sedangkan untuk motivasi akhir siswa terhadap pembelajaran Tipe Snowball Throwing menunjukkan bahwa 81,25 tinggi dan
18,75 sedang. Data kuisioner dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Akhir Siswa
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar awal
siswa belum mencapai indikator yang diinginkan, kemudian pada motivasi akhir siswa mengalami peningkatan dan mencapai indikator yang diinginkan.
Terjadi peningkatan motivasi tinggi dari 59,4 pada siklus I menjadi 81,25 pada siklus II. Peningkatan persentase motivasi ini menunjukkan bahwa siswa
semakin termotivasi belajar dengan menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing.
Selain dari data lembar kuisioner, hasil yang memperlihatkan bahwa siswa termotivasi dengan pembelajaran Tipe Snowball Throwing adalah pada saat
berdiskusi kelompok. Pada saat melakukan pembelajaran Tipe Snowball Throwing, siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat, baik itu dalam
membuat pertanyaan, melemparkan pertanyaan, maupun menjawab pertanyaan yang dilemparkan oleh kelompok lain. Sehingga pada saat menjawab
pertanyaan di LKS, siswa dengan segera dapat mengerjakannya karena masih mengingat materi yang masuk ke dalam pembelajaran Tipe Snowball Throwing.
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Motivasi Awal Motivasi Akhir
Tinggi Sedang
Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran dan membantu siswa untuk
dapat lebih mengingat pelajaran yang sudah dipelajari karena semua terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran.
Seperti yang telah dijelaskan oleh Asrori 2010, bahwa Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif active learning
yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran peneliti di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan
selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Rachmad 2009, pembelajaran Tipe Snowball Throwing ini melatih siswa untuk lebih
tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola dan menyampaikan pesan tersebut kepada kelompok lain. Sedangkan menurut Aris 2014,
pembelajaran dengan Tipe Snowball Throwing menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata constructivism, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri inquiry, pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalau
bermula dari bertanya questioning dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam pembelajaran Tipe Snowball Throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.
Pembelajaran Tipe Snowball Throwing ini memiliki banyak kelebihan sehingga membuat siswa termotivasi dengan pembelajaran tersebut, diantaranya
adalah suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola mainan kepada kelompok lain, siswa mendapat
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat pertanyaan dan diberikan pada kelompok lain,
membuat siswa menjadi lebih siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu pertanyaan yang dibuat oleh kelompok lain seperti apa, selain itu
siswa juga menjadi terlibat aktif dalam pembelajaran. 2.
Hasil Belajar a.
Aspek Kognitif Berdasarkan data kognitif pada tabel 4.9 maka perkembangan kognitif
siswa pada siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam grafik berikut ini.
Gambar 4.16 Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik 4.16 Hasil post-test siklus I dan post-test siklus II mengalami peningkatan. Dari semula rata-ratanya adalah 78,75 menjadi
82,5 sehingga meningkat 3,75. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 59,37 menjadi 100, sehingga meningkat sebanyak 40,63
pada siklus II, pada siklus II ini tidak ada satupun siswa yang tidak tuntas. Pada siklus I, hasil post-test siswa mencapai rata-rata kelas yaitu
78,75. Dari hasil yang diperoleh dalam siklus I tersebut dapat dikatakan sudah mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti, dimana indikator
yang ingin dicapai adalah 76 poin untuk rata-rata kelas. Namun untuk rata- rata persentase siswa yang mencapai nilai KKM adalah 59,37 , dari hasil
tersebut dikatakan belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh peneliti. Karena indikator yang ingin dicapai untuk ketuntasan siswa dalam
mencapai nilai KKM adalah 75. Ini memperlihatkan bahwa persentasi
Rat a-rat a KKM Tunt as
20 40
60 80
100
Siklus I Siklus II
Rat a- rat a
KKM Tunt as
78,75 59,37
82,5 100
siswa yang tuntas pada siklus I belum berhasil mencapai target yang ditentukan, sehingga peneliti memperbaiki pembelajaran pada siklus II
untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian siklus II nilai rata-rata post-test siswa adalah 82,5 dan
ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM adalah 100. Penelitian pada siklus II ini dapat dikatakan berhasil karena hasil post-test pada siklus II
mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang diinginkan. Hasil kognitif siswa pada siklus II mengalami peningkatan, ini dapat dibuktikan
pada nilai rata-rata kelas maupun dari persentase siswa yang mencapai KKM. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa juga dipengaruhi oleh
suasana pembelajaran yang lebih kondusif dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, peneliti memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi di
siklus I, yaitu dengan cara membagi kelompok secara rata berdasarkan hasil kognitif siswa siklus I.
Sehingga dalam siklus II, kelompok belajar siswa menjadi rata antara siswa yang memiliki hasil belajar tinggi dengan siswa
yang memiliki hasil belajar rendah, dengan demikian dalam kelompok belajar di siklus II semua siswa dalam kelompok akan terlibat aktif dan
siswa yang tidak tahu akan menjadi tahu. Selain itu, ada beberapa hal yang memperlihatkan bahwa siswa
menyukai pembelajaran Tipe Snowball Throwing tersebut, yaitu pada saat diakhir pembelajaran peneliti meminta siswa untuk berefleksi. Pada saat
refleksi tersebut, peneliti bertanya kepada beberapa siswa yang memiliki hasil belajar rendah, sedang, dan tinggi. Peneliti bertanya tentang bagaimana
tanggapan siswa terhadap pembelajaran Tipe Snowball Throwing. Untuk siswa yang memiliki hasil belajar rendah dan dibawah rata-rata
mengemukakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Tipe Snowball Throwing membuat mereka lebih aktif dan lebih mengingat tentang materi
yang diajarkan. Dari pernyataan yang mereka kemukakan dan dari data yang ada membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran Tipe Snowball
Throwing dalam pembelajaran berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan peningkatan hasil belajar siswa
melalui pembelajaran Snowball Throwing ini disebabkan oleh karena siswa yang dapat membuat pertanyaan sendiri, sehingga di sini siswa dapat
berpikir secara kreatif. Selain itu, karena alat yang digunakan selama pembelajaran sangat menarik, sehingga membuat siswa juga tidak bosan
dalam melakukan proses pembelajaran b.
Aspek Afektif Berdasarkan hasil analisis hasil observasi kelompok selama proses
pembelajaran berlangsung, persentase dalam aspek afektif siswa pada siklus I maupun siklus II adalah 100, ini dapat dikategorikan tinggi. Jadi
sejak siklus I sampai dengan siklus II, siswa memiliki sikap yang baik dalam proses pembelajaran. Berikut merupakan persentase aspek afektif
siklus I dan siklus II.
Gambar 4.17 Persentase Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II
Dapat dilihat bahwa hasil analisis perhitungan rata-rata aspek afektif dari siklus I ke siklus II mengalami penigkatan dari 71,25 menjadi
79,1. Hal ini membuktikan bahwa hasil belajar afektif siswa dikategorikan baik. Hasil afektif siswa dari siklus I sudah dikategorikan baik, hal ini
ditunjukkan pada saat siswa bersama dengan kelompok sangat antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran menggunakan Snowball
Throwing. Pada saat pembelajaran, siswa terlihat sangat aktif dan serius, ini juga disebabkan oleh karena pembelajaran Snowball Throwing yang
menyenangkan dan membuat semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil peningkatan rata-rata observasi pada aspek afektif, menunjukkan bahwa pembelajaran Tipe Snowball Throwing dapat
meningkatkan aspek afektif siswa dalam pembelajaran. Dengan ikut serta
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Siklus I Siklus II
Siklus I Siklus II
melemparkan pertanyaan, membuat mereka tidak kaku dan monoton. Karena proses pembelajaran tersebut seperti bermain sambil belajar
sehingga tidak membuat siswa merasa bosan dengan pembelajaran. Ada beberapa masalah yang timbul pada proses pembelajaran
siklus I, diantaranya adalah siswa yang terlalu aktif untuk bertanya sehingga membuat suasana kelas menjadi sangat ribut dan waktu melebihi
yang ditargetkan. Oleh sebab itu, pada proses pembelajaran siklus II permasalahan tersebut diperbaiki yaitu dengan cara peneliti lebih tegas
dalam mengkondisikan suasana kelas. Di siklus II peneliti juga telah membagi kelompok siswa secara bervariasi dalam kemampuan berpikir
yang dilihat dari hasil post-test siklus I, maka dari itu proses pembelajaran pada siklus II dapat berjalan dengan baik. Sehingga siswa memiliki sikap
afektif yang baik pada saat pembelajaran berlangsung.
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 11 Yogyakarta dapat dilihat bahwa motivasi siswa yang diketahui dari kuisioner yang diisi oleh
siswa terjadi peningkatan persentase motivasi dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 59,37 menjadi 81,25. Persentase motivasi siswa yang termasuk ke
dalam tinggi ini sudah mencapai target yang dibuat oleh peneliti yaitu sebesar 70. Hasil belajar aspek kognitif siklus I untuk rata-rata adalah 78,75 meningkat
pada siklus II yaitu 82,5. Sedangkan persentase jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus I yaitu 59,37 meningkat pada siklus II menjadi 100. Hasil
belajar siswa aspek afektif pada siklus I maupun siklus II adalah 100 tinggi. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa terhadap materi Ekosistem. Peneliti menyarankan kepada para Guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing ini
terhadap materi Ekosistem dan dalam pembelajaran biologi dengan
memperhatikan beberapa hal agar dalam pelaksanaannya target dapat tercapai.