Pembelajaran Kooperatif TINJAUAN PUSTAKA

fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif Suprijono,2009. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sugihartono 2007, yaitu : a. Faktor Internal : faktor jasmaniah fisik fungsi alat indera, fungsi anggota badan, dan kondisi lingkungan fisik lainnya, dan faktor psikologis psikis intelegensi, perhatian, minat, motivasi, bakat, serta kepribadian siswa. b. Faktor Eksternal : faktor lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat dan lingkungan non sosial lingkungan alam dan lingkungan instrumental seperti kurikulum.

D. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual. Model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Agar kelompok kohesif kompak-partisipatif, tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang , siswa heterogen kemampuan, gender, karakter, ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa b. Menyajikan informasi c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja e. Evaluasi f. Memberikan penghargaan 1. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie 2006 adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. a Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : 1 saling ketergantungan mencapai tujuan 2 saling ketergantungan menyelesaikan tugas 3 saling ketergantungan bahan atau sumber 4 saling ketergantungan peran 5 saling ketergantungan hadiah. b Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya. c Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. d Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi interpersonal relationship tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa. 2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Berikut perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional : Kelompok Belajar Kooperatif : a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. b. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. c. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. d. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. e. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. f. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. g. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. h. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi yang saling menghargai. Kelompok Belajar Tradisional : a. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. b. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ di atas keberhasilan temannya yang dianggap ‘pemborong’. c. Kelompok belajar biasanya homogen. d. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. e. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung. f. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. g. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. 3. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah : a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

1 7 106

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN SNOWBALL DRILLING PADA SUB MATERI TURUNAN DI SMA NEGERI 11 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP DI SMA NEGERI 5 MEDAN.

0 2 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PEMBELAJARAN IPA MATERI PROSES DAUR AIR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 34

Penerapan pembelajaran kooperatif teknik picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMS Negeri 10 Yogyakarta pada materi animalia.

0 2 188

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

1 4 270

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI Haryani.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8