Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

(1)

SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK,

SLEMAN, YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM HORMON MANUSIA

Natalia Setitit

Universitas Sanata Dharma 2015

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, dapat diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 3 memiliki kemampuan pemahaman dan motivasi yang rendah dalam mata pelajaran Biologi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia dengan penerapan model pembelajaran tipe snowball throwing.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam II siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Cara pengumpulan data diperoleh dari hasil posttest, lembar observasi, lembar kuisioner dan wawancara.

Hasil Belajar yang diperoleh pada siklus I, siswa yang mencapai KKM sebesar 73,52% dengan nilai rata-rata kelas adalah 73. Sedangkan pada siklus II, siswa yang mencapai KKM sebesar 85,29% dengan nilai rata-rata kelas adalah 79. Sedangkan untuk motivasi siswa dapat diketahui dari hasil observasi yang diisi oleh observer dan kuisioner yang diisi oleh siswa. Untuk persentase motivasi siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 94%. Hasil penelitian yang diperoleh sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diinginkan dengan persentase untuk motivasi minimal tinggi sebesar 75% dan persentase untuk hasil belajar sebesar 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Motivasi, Hasil Belajar, Sistem Hormon, Snowball Throwing, Pembelajaran kooperatif.


(2)

SNOWBALL THROWING METHOD TO IMPROVE MOTIVATION AND LEARNING OUTCOMES IN XI IPA 3 CLASS OF SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA IN HUMAN HORMONE SYSTEM

SUBJECT Natalia Setitit Sanata Dharma University

2015

The result of observation and interview with the teachers of Biology class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta it’s known that the class XI IPA 3 have the capability of understanding and low motivation in Biology. This research aims to determine the increase motivation and learning outcomes of students of class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta in human hormone system subject with the application of learning models of type snowball throwing.

This research is a Classroom Action Research, which includes planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of three meetings. System of data collection obtained from the results of the posttest, observation sheets, questionnaires and interview.

Study results obtained in the first cycle , students who achieve KKM amounted to 73.52 % with an average value of 73. While on the second cycle, students who achieve KKM amounted to 85.29 % with an average grade is 79. As for the motivation of students can be seen from the observation that filled by observer and questionnaires filled out by students. The percentage of student motivation in the first cycle and the second cycle of 94 %. The resultobtained are reaching the target indicators of the success desired with minimal motivation high percentage to 75% and the percentage for learning outcomes by 70 % .

Based on research that has been done can be concluded that the application of cooperative learning with snowball throwing method can improve motivation and student learning outcomes.

Keywords : Motivation, Learning Outcomes, Hormone system, Snowball Throwing, Cooperative learning.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

PADA MATERI SISTEM HORMON MANUSIA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Natalia Setitit NIM : 111434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

PADA MATERI SISTEM HORMON MANUSIA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Natalia Setitit NIM : 111434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus Bunda Maria

Papa Hendrikus Setitit, Mama Gergonia Hungan dan Victorina Mayabubun Yang Selalu Mencintai, Mendukung dan Mendoakan

Aku. Karya Ini Ku Persembahkan Sebagai Tanggung Jawab Sebagai Seorang Anak Yang Selalu Ingin Membuat Kalian Bangga

dan Bahagia.

Keempat Adik Ku Tercinta Yohana Meyke Setitit, Yohanes Berti Setitit, Maria Angelina Setitit dan Wilhelmus Mario Setitit, Yang

Selalu Mencintai, Mendukung, dan Mendoakanku, Serta Selalu Menjadikan Aku Sebagai Panutan dalam Keluarga.

Semua Keluargaku Yang Selalu Mendukung dan Mendoakan Aku Almamater Tercinta Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(8)

v

Apakah Saya Gagal atau Sukses

Semua Itu adalah Hasil Perbuatan Saya Sendiri Bukanlah Hasil

Perbuatan Orang Lain

Saya Yang Menjadi Pendorong dan Kekuatan Bagi Diri Sendiri. -Elaine Maxwell-

Therefore I Tell You, Whatever You Ask For In Prayer, Believe That You Have Received It and It Will Be Yours

Apa Saja Yang Kamu Minta dan Doakan, Percayalah Bahwa Kamu Telah Menerimanya, Maka Hal Itu Akan Diberikan Kepadamu

-MARK 11:24-

Jangan Mencari Ketakutanmu Melainkan Carilah Harapan dan Mimpimu. Jangan Berpikir Tentang Putus Asa, Tapi Tentang Potensimu Yang Belum Terpenuhi. Perhatikan Dirimu Bukan dengan Apa Yang Telah Kamu Coba dan Gagal, Tapi Dengan Apa Yang Masih

Mungkin Bagimu Untuk Melakukan Sesuatu. -Paus Yohanes XXIII-


(9)

(10)

(11)

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM HORMON

MANUSIA Natalia Setitit

Universitas Sanata Dharma 2015

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, dapat diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 3 memiliki kemampuan pemahaman dan motivasi yang rendah dalam mata pelajaran Biologi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia dengan penerapan model pembelajaran tipe snowball throwing.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam II siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Cara pengumpulan data diperoleh dari hasil posttest, lembar observasi, lembar kuisioner dan wawancara.

Hasil Belajar yang diperoleh pada siklus I, siswa yang mencapai KKM sebesar 73,52% dengan nilai rata-rata kelas adalah 73. Sedangkan pada siklus II, siswa yang mencapai KKM sebesar 85,29% dengan nilai rata-rata kelas adalah 79. Sedangkan untuk motivasi siswa dapat diketahui dari hasil observasi yang diisi oleh observer dan kuisioner yang diisi oleh siswa. Untuk persentase motivasi siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 94%. Hasil penelitian yang diperoleh sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diinginkan dengan persentase untuk motivasi minimal tinggi sebesar 75% dan persentase untuk hasil belajar sebesar 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Motivasi, Hasil Belajar, Sistem Hormon, Snowball Throwing, Pembelajaran kooperatif.


(12)

ix

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING WITH SNOWBALL THROWING METHOD TO IMPROVE MOTIVATION AND

LEARNING OUTCOMES IN XI IPA 3 CLASS OF SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA IN HUMAN HORMONE SYSTEM

SUBJECT Natalia Setitit Sanata Dharma University

2015

The result of observation and interview with the teachers of Biology class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta it’s known that the class XI IPA 3 have the capability of understanding and low motivation in Biology. This research aims to determine the increase motivation and learning outcomes of students of class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta in human hormone system subject with the application of learning models of type snowball throwing.

This research is a Classroom Action Research, which includes planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of three meetings. System of data collection obtained from the results of the posttest, observation sheets, questionnaires and interview.

Study results obtained in the first cycle , students who achieve KKM amounted to 73.52 % with an average value of 73. While on the second cycle, students who achieve KKM amounted to 85.29 % with an average grade is 79. As for the motivation of students can be seen from the observation that filled by observer and questionnaires filled out by students. The percentage of student motivation in the first cycle and the second cycle of 94 %. The resultobtained are reaching the target indicators of the success desired with minimal motivation high percentage to 75% and the percentage for learning outcomes by 70 % .

Based on research that has been done can be concluded that the application of cooperative learning with snowball throwing method can improve motivation and student learning outcomes.

Keywords : Motivation, Learning Outcomes, Hormone system, Snowball Throwing, Cooperative learning.


(13)

x

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat, rahmat, perlindungan, penyertaan dan bimbingan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyususnan

skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3

SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Pada Materi Sistem Hormon Manusia”.

Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, di program studi pendidikan biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari keterlibatan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andi Rudhito, S.Pd., selaku ketua jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Bapak Drs. Antonius Tri Priyantoro, M.For, Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama menempuh studi di universitas sanata dharma.

3. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan, masukan, saran dan arahan dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang dengan tulus dan segenap hati membagikan ilmu dan pengalaman yang mereka miliki kepada penulis saat perkuliahan.

5. Para Karyawan dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Drs. Maskur, selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. 7. Bapak Drs. Agus Sartono, selaku guru bidang studi Biologi yang telah banyak


(14)

xi

telah membantu penulis ketika melaksanakan penelitian sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

9. Siswa-siswi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta selaku subyek dalam penelitian ini, yang telah membantu dan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.

10.Ketiga orang tua tercinta, Papa Hendrikus Setitit, Mama Gergonia Hungan dan Victorina Mayabubun dan yang selalu mendoakan, memberi cinta dan kasih sayang yang sangat berlimpah kepada penulis, memberi nasehat, selalu menyemangati penulis, dan memberikan dukungan baik secara moral dan finansial kepada penulis selama menempuh perkuliahan maupun dalam menyelesaikan skripsi.

11.Keempat adik tercinta, Yohana Meyke Setitit, Yohanes Berti Setitit, Maria Angelina Setitit dan Wilhelmus Mario Setitit yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.

12.Tua Pastor Tercinta Celcus Mayabubun atas Doa dan Dukungan secara moril maupun Finansial selama penyelesaian skripsi.

13.Sepupu tersayang Martinus Setitit dan Philipus Basten Inuhan atas Doa, dukungan, nasehat, canda-tawa, semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

14.Seluruh keluarga besar setitit, mayabubun, hungan, kirwelakubun, welikin dan selitubun yang telah mendoakan dan mendukung penulis baik secara moral maupun finansial.

15.Sahabat-sahabat tercinta Maria Benigna, Fara Deni dan Ditya Intan Kusuma, yang telah mendoakan, membantu, mengarahkan, memberikan motivasi, kritik, saran, canda-tawa, kegilaan, kebersamaan, menyemangati serta mendukung penulis selama menempuh studi maupun penelitian dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Teman-teman Virion 11: Henny Anggita Taru, Sisilia Kadek Mita dan Maria Antonia yang telah membantu serta mendukung penulis selama penelitian skripsi. 17.Teman-teman tersayang Laskar Intan : Ni Kadek Yunika Hadiningsih, Elyn

Prameswari, Pradnya Dirga P.T, Nella Rusliman dan Mbak Wahyu yang telah mendukung, membantu, memberi semangat, canda-tawa, kegilaan, kritik dan sarannya.


(15)

(16)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR BAGAN DAN GRAFIK ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran... 10

B. Prinsip-prinsip Belajar ... ... 11

C. Prinsip-prinsip Mengajar... 13

D. Motivasi Belajar ... 15

E. Hasil Belajar ... 18


(17)

xiv

H. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Hormon pada Manusia

dengan Snowoball Throwing ... 33

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

J. Kerangka Berpikir Penelitiam ... 36

K. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Rancangan Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 52

G. Indikator Keberhasilan ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 60

B. Hasil Penelitian ... 64

C. Analisis Data ... ... 75

D. Pembahasan ... ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 92


(18)

(19)

xvi

Tabel 3.1. : Kisi-kisi Penskoran Kuisioner ... 54

Tabel 3.2. : Kisi-kisi Item Kuisioner ... 55

Tabel 3.3. : Kisi-kisi Penskoran Observasi ... 55

Tabel 3.4. : Kisi-kisi Item Observasi ... ... . 56

Tabel 3.5. : Kategori Motivasi Siswa ... ... . 57

Tabel 3.6. : Indikator Keberhasilan ... 59

Tabel 4.1. : Hasil Nilai Pretest ... ... . 65

Tabel 4.2. : Hasil Nilai Posstest Siklus I dan Siklus II ... 77

Tabel 4.3. : Hasil Wawancara ... 79


(20)

xvii

Bagan 2.1. ... 37 Grafik 4.1. ... 75


(21)

xviii

Gambar 4.1. : Siswa Berdiskusi Mengerjakan LKS ... 66 Gambar 4.2. : Siswa Mengerjakan Post-test ... 69


(22)

xix

Lampiran 1 : Silabus Pembelajaran ... 98 Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 100 Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 113 Lampiran 4 : Handout Materi ... 120 Lampiran 5 : LKS Siklus I ... 129 Lampiran 6 : LKS Siklus II ... 134 Lampiran 7 : Kunci Jawaban LKS Siklus I ... 138 Lampiran 8 : Kunci Jawaban LKS Siklus II ... 143 Lampiran 9 : Kisi-kisi Soal Pre-test dan Pendoman Skoring ... 147 Lampiran 10 : Soal Pre-test beserta Kunci Jawaban... 150 Lampiran 11 : Kisi-kisi Soal Post-test dan Pendoman Skoring Siklus I ... 157 Lampiran 12 : Kisi-kisi Soal Post-test dan Pendoman Skoring Siklus II... 160 Lampiran 13 : Soal Post-test Siklus I beserta Kunci Jawaban ... 163 Lampiran 14 : Soal Post-test Siklus II beserta Kunci Jawaban... 171 Lampiran 15 : Kuisioner Motivasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 178 Lampiran 16 : Kisi-kisi dan Lembar Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ... 180 Lampiran 17 : Pedoman Wawancara ... 182 Lampiran 18 : Scan Soal Snowball Throwing Siklus I ... 183 Lampiran 19 : Scan Soal Snowball Throwing Siklus II ... 186 Lampiran 20 : Daftar Nilai Posstest Siklus I dan II ... 190 Lampiran 21 : Daftar Hasil Motivasi Siswa Siklus I dan II ... 191 Lampiran 22 : Hasil Wawancara Siswa ... 193 Lampiran 23 : Scan Posstest Siklus I dan II ... 195 Lampiran 24 : Scan Kusioner... 228 Lampiran 25 : Scan Observasi ... 240 Lampiran 26 : Scan Surat Izin Penelitian dari Universitas ... 246 Lampiran 27 : Scan Surat Izin Penelitian Bapeda ... 247 Lampiran 28 : Scan Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 248


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di era modern ini telah menyentuh pada semua aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang pendidikan. Pemerintah dewasa ini khususnya Departemen Pendidikan Pendidikan Nasional berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi (Arikunto, 2006).

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesa dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia antara lain peningkatan mutu pendidik dan peserta didik, perbaikan kurikulum dan peningkatan sarana dan prasarana (Hamalik, 2005).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menggunakan pembelajaran aktif dimana siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa menggunakan kemampuannya untuk mempelajari berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dari hal tersebut


(24)

siswa dituntut untuk mendengar, melihat, menyampaikan ide / pendapat dan mendiskusikannya dengan orang lain, sehingga dapat memecahkan masalah sendiri dan melaksanakan tugas berdasarkan pada pengetahuan yang telah mereka miliki. Secara tidak langsung siswa dapat mencapai optimalisasi perkembangannya baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Wiraatmaja, 2008).

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran (Wenno, 2008). Dalam pelaksanaannya, diperlukan strategi pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Pembelajaran secara konvensional dewasa ini dinilai tidak efisien untuk meningkatkan hasil belajar. Walaupun tidak secara menyeluruh dihapuskan, namun akan lebih baik jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran terbaru yang inovatif. Selain untuk membuat siswa menjadi lebih bergairah untuk belajar, siswa juga dipacu untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan dapat memecahkan masalah dengan memberi solusi atau ide-ide yang cemerlang. Dengan demikian, siswa dapat mengapresiasikan kompetensi yang dimiliki.

Saat ini para ilmuan dan praktisi pendidikan semakin gencar untuk memproklamirkan strategi dan model-model pembelajaran yang dianggap dapat mendongkrak hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri adalah model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Selain itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa hasil belajar Biologi, tidak


(25)

jarang ditemukan adanya keluhan dari guru karena siswa sulit untuk memahami materi pelajaran yang disajikan secara utuh oleh guru. Hal itu ditinjau berdasarkan hasil belajar siswa pada 1 tahun terakhir dalam materi sistem koordinasi manusia. Di kelas XI IPA 3 pada standar kompetensi tertentu, guru menemui kesulitan dalam membentuk konsep pikir dan wawasan siswa, misalnya pada materi sistem koordinasi manusia. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru, ia mengatakan bahwa untuk materi sistem hormon manusia memang sulit karena materi tersebut banyak istilah ilmiah yang sulit untuk dipahami, materinya cukup banyak sehingga siswa sulit untuk mengerti atau memahami materi tersebut selain itu siswa juga kurang suka dengan materi biologi karena bersifat hafalan. Hasil belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 76 pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dalam materi sistem regulasi atau koordinasi berjumlah 12 orang siswa dari 34 orang siswa dengan rata-rata nilai 56,73. Sedangkan ketuntasan belajar yang diperoleh yaitu sebesar 30,57%.

Rendahnya hasil belajar siswa-siswi kelas XI IPA 3 pada semester genap disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: pada saat proses belajar mengajar metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru Biologi hanyalah metode konvensional yaitu ceramah sehingga siswa merasa jenuh, diskusi kurang menarik karena bersifat teoritis, faktor keterlibatan siswa yang belum optimal disebabkan karena terbatasnya waktu kegiatan pembelajaran. Selain itu juga karena kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran biologi di kelas.


(26)

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsic, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita (Uno, 2007).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru masih menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan mencatat. Oleh karena itu penggunaan model dan strategi pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa, model pembelajaran kooperatif cocok untuk siswa-siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana siswa pada model pengajaran ini para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama satu dan lainnya dalam mempelajari materi pelajaran sehingga suasana kelas lebih aktif. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat bebagai tipe yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas.

Salah satu tipe pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa adalah snowball throwing. Snowball throwing merupakan suatu inovasi baru dalam tipe pembelajaran yang penggunaannya dilandasi dari hasil belajar dan motivasi siswa yang tidak meningkat pada saat menggunakan tipe-tipe pembelajaran sebelumnya. Penggunaan snowball throwing dikarenakan tingkat kesulitan pada materi sistem koordinasi manusia terutama pada submateri sistem hormon cukup tinggi sehingga dalam


(27)

memahami materi dibutuhkan kerjasama antar siswa untuk saling mendukung satu sama lain.

Keterkaitan materi dengan model pembelajaran snowball throwing

adalah materi sistem hormon merupakan materi yang tidak dapat dilihat secara kasat mata proses terjadinya. Snowball throwing merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih mengaktifkan siswa dalam membentuk pola pikir secara mandiri. Dalam pembelajaran, kerjasama antara siswa dapat dibentuk dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan membentuk kelompok-kelompok belajar dan setiap siswa bertanggung jawab akan pemahaman dirinya sendiri dan teman dalam satu kelompoknya. Iklim kelas yang terbentuk pada saat proses pembelajaran juga akan mendukung siswa agar lebih termotivasi untuk belajar karena mereka berada pada lingkungan kompetisi positif dan dituntut untuk menjadi yang terbaik serta memberikan yang terbaik untuk kelompoknya. Hal ini ditinjau dari terbentuknya interaksi antar siswa yang semakin meningkat dengan adanya model pembelajaran. Interaksi siswa dengan guru juga akan meningkat, karena guru bertindak sebagai wasit yang akan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan saat proses pembelajaran. Sehingga materi yang memiliki kesulitan yang cukup tinggi dapat dipahami oleh siswa dengan mudah dalam diskusi kelompok.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Soetomo (1993) yang menjelaskan bahwa pembelajaran dengan diskusi dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuan masing-masing termasuk


(28)

kemampuan mengemukakan ide-ide baru, membantu siswa untuk dapat menilai dirinya sendiri, teman-temannya dan juga melalui diskusi siswa dapat dilatih untuk menghargai pendapat teman.

Proses belajar mengajar pada SMA Negeri 1 Depok, Yogyakarta, saat ini telah mengalami perubahan dan menunjukkan apresiasi yang baik terhadap kualitas belajar di kelas. Namun, pihak sekolah terus berusaha untuk mengoptimalisasi seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah, misalnya dengan transformasi secara kontinyu terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dalam perannya sebagai pengajar selain memperhatikan pencapaian kriteria ketuntasan minimal sebagai salah satu syarat akademik, juga memprioritaskan kebutuhan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu untuk menerapkan model pembelajaran snowball throwing pada materi sistem hormon manusia. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep terhadap materi yang telah ada sebagai pengetahuan dasar

mereka. Dengan demikian, permasalahan ini diangkat dengan judul “

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada Materi Sistem Hormon Manusia”.


(29)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia”?

C. Batasan Masalah

Batasan Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar dari segi kognitif dan motivasi. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang dapat dilihat dari hasil test. Sedangkan motivasi adalah melihat dorongan dari dalam diri siswa untuk berusaha menguasai materi dan keseriusan dalam pembelajaran serta dalam mengikuti permainan ditunjukan dengan hasil observasi dan angket.

2. Materi Pokok

Materi pokok yang akan dikenai tindakan adalah Sistem Hormon pada : a. Standar Kompetensi (SK)

3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/ penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.


(30)

b. Kompetensi Dasar (KD)

3.6. Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin dan penginderaan).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi Sistem Hormon Manusia dengan penerapan model pembelajaran Tipe Snowball throwing.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Agar dapat meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan aspek motivasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Biologi pada umumnya, khususnya materi Sistem Hormon.

2. Bagi guru

Agar dapat memahami berbagai masalah yang terkait dengan proses belajar mengajar, bagaimana mengkaji dan mencari solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan sebagai bahan masukan bagi guru dalam memperbaiki serta meningkatkan hasil belajar


(31)

dan penguasaan konsep dengan model pembelajaran tipe snowball throwing.

3. Bagi Sekolah

Referensi bagi sekolah untuk menentukan kebijakan dalam penerapan model pembelajaran dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekolah.

4. Bagi Peneliti

Menambah ilmu dan keterampilan peneliti sebagai calon guru dalam menindaklanjuti permasalahan dalam pembelajaran dan menemukan solusinya. Setelah melakukan penelitian tindakan kelas peneliti dapat mengembangkan potensi dan mengasah profesionalisme sebagai guru.


(32)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Rosyada, 2004). Sukmadinata (2004) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dan berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Slavin, 2012).

Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pemahaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi


(33)

terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Slavin, 2012).

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini terlihat jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Subiyanto, 1998).

B. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2006). Situasi dan kondisi dari lingkungan yang berbeda dan berkolaborasi dengan siswa secara individual, mengharuskan guru untuk menyusun prinsip-prinsip belajar.

Menurut Slameto (2006), terdapat 4 prinsip belajar yaitu :

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar. Prasyarat tersebut antara lain: (1) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan berpartisipasi


(34)

aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional (2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional (3) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif (4) belajar perlu interaksi siswa dengan lingkungannya.

2. Sesuai hakikat belajar. Prinsipnya bahwa (1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannnya (2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery (3) belajar adalah proses kontinyuitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan.

3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari mengandung pengertian bahwa : (1) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya (2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

4. Syarat keberhasilan belajar bahwa : (1) belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang (2) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.


(35)

C. Prinsip-prinsip Mengajar

Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Guru harus berhadapan dengan siswa yang memerlukan bimbingan, dan pembinaan untuk menuju kedewasaan, dan diharapkan kelak menjadi manusia dewasa yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri, berpribadi, dan bermoral.

Ada dua pendapat tentang prinsip-prinsip mengajar yang dikemukakan disini (Slameto, 2006). Pendapat yang pertama, menyimpulkan sepuluh prinsip seperti berikut; (1) perhatian, (2) aktivitas, (3) apersepsi, (4) peragaan, (5) repetisi, (6) korelasi, (7) konsentrasi, (8) sosialisasi, (9) individualisasi, dan (10) evaluasi. Pendapat yang kedua oleh Mursel dalam Slameto (2006), disimpulkan enam prinsip, yaitu (1) konteks, (2) fokus, (3) sosilisasi, (4) individulisasi, (5) sekuense dan (6) evaluasi.

Prinsip-prinsip mengajar tersebut di atas kemudian dirumuskan secara umum, yang harus dijadikan pegangan guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar menurut Uno (2006) adalah sebagai berikut:

1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior, yang dapat diketahui diantaranya dengan melakukan pre-test.

2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi


(36)

kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.

3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan intelegensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya, jika tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pengajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan.

5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, siswa termotivasi untuk belajar, dan agar mudah diketahui maka harus dirumuskan secara khusus.

6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli psikologi berpendapat belajar itu harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu (a) dari sederhana kepada yang kompleks, (b) dari konkrit kepada yang abstrak, (c) dari umum/general kepada yang kompleks, (d) dari yang sudah diketahui/fakta kepada yang tidak diketahui (konsep


(37)

yang bersifat abstrak), (e) dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi atau sebaliknya, (f) sering menggunakan reinforcement

(penguatan).

D. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan, dan motivasi. Motive sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak (Echols, dkk, 2005). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryobroto, 2005). Secara serupa Winkel (2008) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winkel, 2008).

Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi sangat sedikit yang


(38)

tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardy, 1975).

Secara garis besar, motiasi dapat dibedakan menjadi dua (2) yaitu motivasi intrinsik dan motivassi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa ada ransangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu.

Motivasi belajar secara intrinsik memandang bahwa segala tindakan manusia termasuk belajar karena terdapat tanggungjawab internal pada diri manusia itu. Manusia termasuk makhluk yang baik : tinggi tanggungjawabnya, suka bekerja termasuk belajar, selalu ingin berprestasi. Berarti dalam diri manusia sebenarnya terdapat dorongan-dorongan yang kuat untuk belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik perlu diberikan tak lain karena seorang senantiasa berada dalam keadaan menetap. Bisa terjadi, seorang yang mempunyai motivasi belajar intrinsik yang demikian tinggi tiba-tiba melemah. Supaya melemahnya motivasi intrinsik ini tidak sampai berada pada tingkatan yang sangat rendah, perlu dikontrol dengan menggunakan motivasi ekstrinsik (Surya, 2008).

Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau hasil belajar. Pembelajar yang tinggi motivasi, umumnya baik dalam perolehan hasi belajar. Sebaliknya, Pembelajar yang rendah motivasinya rendah pula perolehan hasil belajarnya (Sudirman, 2011).

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku.


(39)

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 2009) .

Indikator motivasi belajar menurut Uno (2007) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

Suprijono (2009) mengungkapkan motivasi berhubungan erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi: 1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong

atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

3. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan-kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan


(40)

pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan belajar tersebut.

Pada hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan yang muncul dari dalam diri siswa maupun dari orang lain yang bisa membuat siswa untuk berusaha mendapat pencapaian yang lebih dari sebelumnya, perubahan itu tercermin dari perubahan tingkah laku siswa. Dengan memberikan dorongan kepada siswa maka akan menumbuhkan kepercayaan diri, semangat, dan bisa membuat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan terkontrol. Motivasi merupakan hal penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan (Surya, 2004).

E. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah belajar. Menurut Mudjiono dan Dimyati (2009) proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif. Selanjutnya menurut Sudjana (2009), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya. Pada dasarnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar menyangkut bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan seorang murid dalam mempelajari materi pelajaran dalam hal ini adalah prestasi belajar dalam mata


(41)

pelajaran yang diperoleh dari skor test materi pelajaran. Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dapat digunakan aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

1. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

2. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan


(42)

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

3. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran


(43)

menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. 5. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya


(44)

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa.

6. Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.


(45)

Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga serta nilai berdasarkan kriteria tertentu.

Adapun kegunaan hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa dalam menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi lebih penting lagi adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa untuk lebih giat belajar baik secara individu maupun kelompok.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tiga (3) hasil belajar yaitu:

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian

3. Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2009).

Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi bersifat psikomotorik (Dahar, 2011). Sejalan dengan pendapat Gagne dengan Benjamin S. Blomm berpendapat bahwa pengelompokan tujuan pendidikan harus mengacu pada tiga hal ; 1) ranah proses berfikir (cognitive), 2) ranah nilai atau sikap

(affective), dan 3) ranah ketrampilan (psychomotor). Setiap kontek hasil belajar dan evaluasi tiga ranah tersebut yang harus menjadi sasaran, dalam hal ini untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi pelajaran, aplikasi dan penerapan peserta didik terkait materi yang dipelajari (Sudijono, 2010).


(46)

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing ranah tersebut : 1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu 1) pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2) pemahaman (comphrehension) 3) aplikasi atau penerapan (application) 4) analisis (analysis) 5) sintesis (synthesis) 6) evaluasi atau penilaian

(evaluation) (Sudjana, 2009). 2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau perilaku, ciri-ciri dari hasil belajar afektif akan tampak dalam perilaku peserta didik. Ranah afektif oleh Krathwohl dalam Sudijono (2011) dibagi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu : 1) penerimaan 2) jawaban atau reaksi 3) penilaian 4) organisasi dan 5) internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Simpson dalam Sudjana (2009) menyatakan bahwa ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak individu. Ada enam (6) aspek ranah psikomotoris, yakni 1) gerakan refleks, 2) ketrampilan gerak dasar, 3) kemampuan perceptual, 4) keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan ketrampilan kompleks, 6) gerakan ekspresif dan interpretative.


(47)

Ketiga ranah tersebut menjadi objek hasil belajar. Dalam tujuan pembelajaran ketiga ranah tersebut harus ada dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Ranah kognitif yang biasanya menjadi konsentrasi utama karena berkaitan dengan kemampuan siswa, namun kemampuan

softskill lain yang selalu diupayakan perkembangannya adalah kemampuan afektif. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, jika siswa sudah memahami materi yang diajarkan yang kemudian tampak dalam kecenderungan berperilaku sesuai dengan ranah kognitif dan afektif maka akan muncul kemampuan motoriknya.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan (Gagne, 1988). Menurut Gagne, ada lima (5) kategori hasil belajar yaitu:

1. Keterampilan intelektual, dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu, sedangkan belajar konsep yaitu kesanggupan menerangkan obyek yang sama menjadi satu kelompok tertentu.

2. Informasi verbal, pada umumnya berlangsung melalui informasi yang diinginkan seperti membaca, mengarang dan lain-lain.

3. Strategi kognitif, tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan masalah.

4. Sikap merupakan kesanggupan dan kesediaan untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.


(48)

5. Keterampilan motorik, banyak berhubungan dengan kesanggupan menggerakkan anggota badan, seperti memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Hasil belajar setiap siswa dapat diukur melalui penelitian oleh gurunya, yaitu melalui penilaian proses ataupun penilaian akhir (test).

Menurut Ratumanan (2006) test adalah suatu alat prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan tepat.

Selain itu juga test hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan utnuk mengukur kemajuan belajar.

Test hasil belajar (achievement test) juga memiliki pengertian sebagai test yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru, penilaian dapat dilaksanakan setelah proses belajar mengajar. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu misalnya penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester atau sering disebut penilaian sumatif.


(49)

F. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil (biasanya dua hingga lima orang) yang bisa diikuti semua orang didalam tugas yang jelas (Slavin, 2005).

Slavin (2008) mengemukakan , “In cooperative learning methods, student work together in four member team to master material initially

presented by the teacher.” Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Sugandi, 2004).

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok (Solihatin dan Rahardjo, 2007).


(50)

Menurut Slavin (2008) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

G. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing


(51)

melempar bola salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Mohib (2010),

snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.

Menurut Widodo (2009) “Model Pembelajaran snowball throwing

disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Pembelajaran dengan model snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain: (1) pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), (2) pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), (3) pengetahuan yang dimiliki

seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning). Dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran snowball throwing strategi memperoleh dan pendalaman


(52)

pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada model ini kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan. Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya saling sharing pengetahuan dan pengalaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.

Salah satu permasalahan serius yang sering terjadi dalam proses belajar adalah perasaan ragu pada diri siswa untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Guru sering mengalami kesulitan dalam menangani masalah ini. Tapi, melalui penerapan model pembelajaran snowball throwing ini, siswa dapat menyampaikan pertanyaan atau permasalahannya dalam bentuk tertulis yang nantinya akan didiskusikan bersama. Dengan demikian, siswa dapat mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya dalam memahami materi pelajaran. Manfaat lain yang dapat diperoleh dengan menerapkan metode snowball throwing yaitu guru dapat melatih kesiapan siswa dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah (Shoimin, 2014).


(53)

1. Langkah – Langkah pembelajaran menggunakan Snowball Thowing

Langkah-langkah model Snowball Throwing menurut Suprijono (2009) Adalah:

a. Penyampaian materi oleh guru.

b. Pembentukan kelompok, pemanggilan ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi.

c. Penjelasan materi dari ketua kelompok kepada anggota kelompok. d. Pemberian lembar kertas kerja kepada siswa untuk menuliskan

pertanyaan mengenai materi.

e. Pembuatan kertas berisi pertanyaan menjadi bola dan pelemparan bola kertas dari satu siswa ke siswa lain.

f. Siswa mendapat bola kertas, menjawab pertanyaan dalam kertas secara bergantian.

g. Evaluasi. h. Penutup.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran snowball throwing dalam Safitri (2011) sebagai berikut :

a. Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing

1) Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.


(54)

2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.

7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

9) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing

1) Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif. 2) Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain.


(55)

H. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Hormon Pada Manusia dengan Snowball throwing

Materi sistem hormon merupakan salah satu materi yang diajarkan di bangku SMA kelas XI. Materi sistem hormon manusia bertujuan agar siswa mampu menjelaskan tentang pengertian, struktur, fungsi, sistem kerja, macam-macam kelenjar endokrin, keterkaitan sistem hormon dan saraf serta kelainan dan/ penyakit pada sistem hormon. Adanya tujuan tersebut menunjukkan karakteristik materi sistem hormon manusia yang terdiri dari konsep-konsep abstrak dengan adanya keterkaitan struktur dan fungsi. Konsep-konsep ini dikatakan abstrak karena tidak dapat dilihat atau diamati secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Konsep abstrak antara lain mekanisme kerja hormon dan keterkaitan antara sistem hormon dan saraf.

Keadaan karakteristik materi sistem hormon manusia demikian dapat menyebabkan kesulitan untuk memahami konsep dan merasa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing diharapkan dapat membantu siswa memahami materi dan menumbuhkan motivasi siswa. Hal ini dicapai melalui kerja kelompok-kelompok belajar dengan cara berdiskusi dan keberhasilan siswa akan diukur berdasarkan skor kelompok-kelompok belajar pada saat menjawab pertanyaan yang digunakan dalam metode snowball throwing. Dalam kegiatan snowball throwing masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap pemahaman dirinya sendiri dan teman dalam satu kelompok dan


(56)

keberhasilan timnya dalam menjawab pertanyaan pada saat bermain snowball throwing.

I. Hasil Penelitian yang relevan

1. Endarwati (2011) dalam penelitiannya dengan judul “upaya peningkatan motivasi dan keaktifan berkomunikasi siswa dengan strategi snowball throwing pada pembelajaran Biologi di Kelas X3 SMAN 1 Sukoharjo” menemukan bahwa ada peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran Biologi Kelas X3 SMAN 1 Sukoharjo.

2. Sukantari (2014) dalam penelitiannya dengan judul “penerapan model pembelajaran jigsaw disertai snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4

Surakarta pada materi termokimia” menemukan bahwa ada peningkatan

motivasi dan prestasi belajar. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I diperoleh motivasi siswa sebesar 56% dan pada siklus II meningkat menjadi 78%. Sedangkan untuk ketuntasan prestasi belajar yang diperoleh pada siklus I sebesar 34,37% dengan nilai rata-rata 64 dan pada siklus II ketuntasan prestasi belajar meningkat menjadi 84,37% dengan nilai rata-rata 80. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia pada siklus II lebih besar dari siklus I.


(57)

3. Rusman (2012) dalam penelitiannya dengan judul “pemanfaatan model

snowball throwing untuk meningkatkan keaktifan belajar ipa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 22 Purworejo” menemukan bahwa ada pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan mengunakan model pembelajaran snowball throwing. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 65,31 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 50,00% sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 70,93 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 71,86%. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball throwing hasil belajar IPA silkus II lebih besar dari siklus I.

4. Marza (2013) dalam penelitiannya dengan judul “pengaruh penerapan model pembelajaran snowball throwing terhadap kecakapan komunikasi dan hasil belajar siswa SMPNegeri 45 palembang pada kompetensi dasar sistem gerak pada manusia” menemukan bahwa ada pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar Biologi pada materi sistem gerak manusia dengan mengunakan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 26,40 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 59,82% sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 79,66 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 72,5%. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball throwing hasil belajar Biologi silkus II lebih besar dari siklus I.


(58)

J. Kerangka Berpikir Penelitian

Pokok pikiran yang mendasari penelitian ini dalam pembelajaran materi sistem hormon adalah : (1) bagaimana cara terbaik yang ditempuh agar kompetensi materi sistem hormon dapat dicapai (2) bagaimana cara tepat untuk mengetahui bahwa kompetensi materi sistem hormon telah berhasil? Untuk meraih apa yang diinginkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus memiliki kesiapan perencanaan dalam KBM. Sehingga kondisi pendidikan sekarang sangatlah berkembang dengan adanya berbagai cara atau metode yang diterapkan untuk meraih kualitas akhir serta tipe penilaian yang baik dalam KBM.

Salah satu model yang baik digunakan untuk keberhasilan kegiatan belajar, tentunya dengan materi yang sesuai adalah model pembelajaran

snowball throwing. Model pembelajaran snowball throwing dapat diterapkan dengan materi sistem hormon karena model pembelajaran ini pada dasarnya sangat baik digunakan untuk konsep mata pelajaran yang membutuhkan cara berpikir cepat dan membimbing siswa untuk bagaimana bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas yang diberikan, sehingga diharapkan adanya motivasi siswa dalam belajar yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, sehingga ke depannya diharapkan adanya peningkatan kualitas pendidikan.


(59)

Bagan 2.1. Alur Pikir Penelitian Hasil Belajar dan Motivasi

Siswa Rendah

Model Pembelajaran kurang bervariasi

Sarana media pembelajaran kurang memadai

Dibutuhkan Model Pembelajaran yang Tepat

Tipe Pembelajaran

Metode

Proses

Menyenangkan Tidak Menyenangkan

Snowball Throwing

Kerjasama, Percaya Diri, Persaingan Sehat

Hasil Belajar dan Motivasi Meningkat


(60)

K. Hipotesis Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

pada materi sistem hormon dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta.


(61)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode kooperatif tipe

snowball throwing.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis Dan Mc Taggart ini merupakan pengembangan dari Kurt Lewin yang menjadi dasar bagi penelitian tindakan dalam bentuk lain. Model Kurt Lewin hampir sama dengan model Kemmis dan Mc. Taggart karena sama-sama dalam satu siklus yang terdiri dari empat komponen yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta di Jln. Catur Tunggal, Depok, Sleman, DI. Yogyakarta.


(62)

2. Subyek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 34 siswa.

3. Obyek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa nilai kognitif dan motivasi siswa terkait dengan permasalahan yang ditemukan.

4. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian tindakan kelas ini dimulai pada awal bulan Maret

– awal bulan April 2015, yang meliputi observasi, perencanaan, tindakan hingga refleksi.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : Model pembelajaran snowball throwing 2. Variabel Terikat : Motivasi dan hasil belajar siswa pada

materi Sistem Hormon.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model dari Kemmis dan Mc Tanggart. Penelitian dilakukan dalam dua (2) siklus, pada masing-masing siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.


(63)

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, mengingat keterbatasan waktu dalam pelaksanaan penelitian ini. Siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan sedangkan siklus II dilakukan juga dalam 3 kali pertemuan. Maka berikut ini merupakan tahapan masing-masing siklusnya :

1. Rancangan Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan (Planning)

1) Peneliti mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran biologi di sekolah dan menetapkan menggunakan metode snowball throwing.

2) Peneliti menentukan materi pokok pada kompetensi dasar yang bermasalah.

3) Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario pembelajaran dengan metode snowball throwing

4) Peneliti menentukan tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian berdasarkan observasi yang dilakukan pada awal penelitian.

5) Membuat instrumen penelitian untuk mengetahui pengaruh digunakannya metode snowball throwing dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pedoman penilaian test, angket atau kuisioner serta lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan snowball throwing dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung


(64)

pada siklus I dan II. Sedangkan angket atau kuisioner diberikan pada akhir siklus I dan II.

6) Mempersiapkan LKS dan media pembelajaran yaitu powerpoint

yang akan digunakan dalam membantu penyampaian materi pembelajaran

7) Menyampaikan media dan instrumen yang digunakan kepada guru bidang studi biologi.

b. Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan.

2) Skenario pelaksanaan penerapan snowball throwing adalah sebagai berikut:

a) Guru membuka proses belajar mengajar. b) Mengecek kesiapan siswa mengikuti pelajaran

c) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan motivasi siswa dengan memberikan apersepsi pada siswa.

d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai. e) Guru memberikan pre-test kepada siswa.

f) Guru menyampaikan bahwa materi yang akan dipelajari adalah tentang pengertian, struktur dan fungsi hormon pada sistem hormon manusia.


(65)

g) Guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada materi hormon ini adalah model pembelajaran

snowball throwing.

h) Guru Membagi siswa ke dalam 8 tim yang masing-masing beranggotakan 4-5 siswa.

i) Di dalam kelompok siswa mengerjakan LKS, berdiskusi, mencari dan menggali informasi materi sistem hormon yang berkaitan dengan sistem koordnasi serta saling membantu satu dengan yang lainnya dalam memahami materi.

j) Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

k) Presentasi kelas berupa diskusi kelas oleh guru dengan materi difokuskan pada penerapan snowball throwing, siswa dihimbau untuk serius dan fokus memperhatikan pelajaran sehingga saat mengerjakan LKS bisa menjawab dengan benar dan berdiskusi dengan lancar.

l) Memulai tahap-tahap metode snowball throwing:  Siswa dibagi dalam kelompok

 Guru memanggil masing-masing ketua kelompok dan menyampaikan materi/ topik pembelajaran.

 Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian memberitahu tentang topik materi yang disampaikan oleh guru kepada teman-teman sekelompoknya.


(66)

 Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kerja, untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut topik materi yang sudah diberitahu oleh ketua kelompok dan membuat kunci jawabnya.

 Kemudian diberi tanda pemain yang satu dipasang di dada

ketua kelompok, sedang yang satu dimasukkan dalam “ bola”.

 Kelompok yang bertanda sama berdampingan (Misalnya : Kelompok Kuning) dan kelompok yang yang bertanda beda (Misalnya : Kelompok Pink) menempatkan diri dihadapannya.

 Permainan dimulai dengan guru melempar “bola” pada salah satu kelompok.

 Kelompok yang mendapat lemparan menjawab pertanyaan  Bila jawabannya benar maka:

- Tanda dari guru disematkan di dada siswa

- Kelompok memilih salah satu soal yang dibuat untuk

dimasukkan dalam ”bola”, dan dilemparkan pada

kelompok yang bertanda berbeda

 Bila kelompok belum bisa menjawab/ belum sempurna,

maka “bola” beserta isi yang diterima dilemparkan pada kelompok lain yang bertanda sama.


(67)

 Selanjutnya secara bergantian ketua kelompok

melemparkan “bola” pada salah satu wakil kelompok yang

bertanda berbeda yang tandanya masih 1 macam.

 Soal yang dilempar harus berbeda satu sama lain, sehingga setiap kelompok perlu merumuskan beberapa soal.

 Penilaian dilakukan dengan cara kelompok mana yang sudah memiliki 2 tanda yang berbeda warnanya.

m) Guru memberikan kesimpulan

n) Evaluasi pembelajaran dengan test tertulis, test tertulis dilakukan dalam bentuk soal plihan ganda dan soal uraian singkat. Test tertulis berfungsi untuk mengukur kemampuan hasil belajar kognitif siswa. Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada pertemuan ke II akhir dari siklus I.

o) Guru mengajak siswa untuk merefleksikan hasil belajarnya. p) Guru menutup kegiatan proses belajar mengajar.

c. Observasi (Observing)

Dalam model Kemmis & Mc Taggart tindakan dan observasi dilakukan secara bersamaan. Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer sejawat pada saat pembelajaran guna memantau proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran materi sistem hormon dengan


(68)

penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Hal-hal yang diobservasi meliputi :

1) Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar. 2) Keaktifan siswa saat proses belajar mengajar.

3) Ketertarikan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

Dalam tindakan ini peneliti berperan sebagai partisipan aktif. Peneliti berperan secara aktif dalam proses pembelajaran sebagai observer, peneliti mencatat kondisi proses pembelajaran, hambatan dan/ atau masalah yang muncul. Observasi tidak hanya dilakukan oleh peneliti saja namun juga dibantu oleh observer sejawat lainnya. Penelitian menggunakan observasi terstruktur yaitu melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan catatan lapangan untuk memperoleh data secara obyektif, yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama penelitian tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan setelah selesai tahap observasi. Refleksi dilakukan dengan tujuan meninjau kembali proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, menemukan kelebihan dan kekurangannya sehingga dapat diperbaiki dan ditingkatkan di siklus II. Refleksi


(69)

dilakukan oleh peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Guru sebagai pelaku tindakan dapat memberikan saran dan masukkan dalam penerapan metode dan pelaksanaan proses pembelajaran, sedangkan peneliti bisa menyimpulkan dari hasil analisis observasi. 2. Rancangan Penelitian Siklus 2

a. Perencanaan (Planning)

1) RPP dan Silabus yang sudah dibuat diperbaiki berdasarkan dari refleksi siklus I

2) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa dan soal-soal test.

3) Mempersiapkan media pembelajaran presentasi powerpoint yang akan digunakan dalam membantu penyampaian materi pembelajaran. 4) Memberikan media pembelajaran dan LKS kepada guru pelaksanaan

tindakan.

b. Tindakan (Acting)

Pada pelaksanaan tindakan tahap pada siklus II secara keseluruhan hampir sama dengan tindakan siklus I , yang membedakan adalah materi pelajaran. Materi pelajaran pada siklus I adalah pengertian, struktur dan fungsi hormon dalam sistem hormon pada manusia. Materi pelajaran dalam siklus II adalah Kelainan atau gangguan pada hormon yang berkaitan dengan sistem koordinasi. Personil kelompok siswa siklus I dan siklus II berbeda agar semua siswa dalam kelas dapat bekerjasama dengan baik dengan semangat dan


(70)

saling memberi motivasi. Pemilihan kelompok pada siklus II berdasarkan hasil post-test pada siklus I.

c. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I. Observer melakukan pengamatan proses pembelajaran dan kegiatan diskusi, memberikan penilaian berdasarkan pada lembar observasi. Pada observasi siklus II observer juga mengamati tentang kondisi atau suasana belajar pada proses pembelajaran, keaktifan siswa saat proses belajar mengajar, ketertarikan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan motivasi belajar siswa pada saat proses belajar mengajar.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi dilakukan setelah selesai tahap observasi dilakukan sebagai evaluasi atas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan dengan tujuan meninjau kembali apa yang sudah dilakukan terkait dengan berhasil atau tidaknya tindakan pada siklus II dan siklus I dan mengidentifikasi ketercapaian target penelitian berdasarkan hasil tindakan yang diperoleh. Refleksi dilakukan oleh peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Refleksi dilakukan dengan mengolah data hasil observasi siklus II dan menganalisisnya sehingga diketahui keberhasilan penerapan metode


(71)

serta kelemahannya. Guru sebagai pelaku tindakan dapat memberikan saran dan masukkan dalam penerapan metode dan pelaksanaan proses pembelajaran, sedangkan peneliti bisa menyimpulkan dari hasil analisis observasi. Diharapkan pada siklus II ini, target capaian yang ditetapkan dalam indikator penelitian sudah tercapai.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penilaian yang dilakukan pada seluruh siklus guna melihat keberhasilan penerapan metode dan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengukur peningkatan motivasi siswa menggunakan angket/ kuisioner respon siswa, penilaian dari lembar observasi dan untuk mengukur hasil belajar kognitif menggunakan post-test. Selain itu dilakukan wawancara agar memperoleh informasi secara langsung kepada siswa terkait proses pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua macam, yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran digunakan untuk menunjang proses pembelajaran sedang instrumen pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian.


(72)

1. Instrumen Pembelajaran

a. Silabus kelas XI pada K.D 3.6. (Lampiran 1)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dan siklus II. (Lampiran 2 dan 3)

c. Lembar Kerja Siswa (LKS). (Lampiran 5)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen test yang berupa test kemampuan kompetensi siswa, dan instrumen non test yang berupa lembar observasi, angket/kuisioner yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap materi sistem hormon.

a. Instrumen Test

Instrumen test digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa (kognitif). Instrumen test berupa test tertulis dengan model soal pilihan ganda (PG) dengan jumlah soal 15 butir dan uraian dengan jumlah soal 5 butir. Test diberikan pada pertemuan pertama sebagai pre-test dan pada akhir pertemuan setiap siklus sebagai post-test.

Pre-test merupakan test yang diberikan kepada siswa sebelum proses belajar dimulai. Test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dari materi yang akan dipelajari. Soal pre-test berupa pilihan ganda (PG) dan uraian singkat.


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 26


(5)

Lampiran 27


(6)

Lampiran 28


Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PEMBELAJARAN IPA MATERI PROSES DAUR AIR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 34

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta pada materi sistem reproduksi manusia.

2 21 232

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri 1 Prambanan Sleman pada materi sistem imun.

0 1 280

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem.

1 6 289

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI Haryani.

0 0 5

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 TALAMAU Listia Ariska

0 1 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI

0 0 17