Pergundikan di barak Berlanjutnya pernyaian sebagai sebuah necessary evil

32

2.2. Pergundikan di barak

Menurut Tineke Hellwig, pergundikan di barak merupakan bagian dari realitas sehari-hari. Serdadu merupakan komponen komunitas Eropa terbesar dalam pemukiman Belanda di Indonesia. 60 Hingga 1895 kalangan militer membentuk separuh atau lebih dari keseluruhan kaum laki-laki berkebangsaan Eropa di Hindia Belanda. Sekitar 1850-an, Gubernur Jenderal Duymaer van Twist mengajukan keberatannya terhadap pergundikan di barak. Hal ini dieksplisitkan dengan meniadakan kenaikan pangkat bagi para tentara yang memelihara nyai. Kendati demikian, hingga 1870-an, pemerintah Hindia Belanda masih “menyatakan persetujuan bagi perkawinan di bawah syarat-syarat yang sangat terbatas.” 61 Konsekuensinya jelas: serdadu yang tidak bisa memenuhi kebutuhan seksualnya dalam institusi perkawinan harus mencari cara lain. Alternatifnya, hidup dengan gundik atau mengunjungi rumah pelacuran. Antara tahun 1888 hingga 1911 persentase tentara yang tinggal bersama gundik tetap yakni 22 persen. 62 Sama halnya dengan di perkebunan, pernyaian di barak memberikan sejumlah keuntungan. Tentara akan menjauhi pelacuran dan ini berarti mengurangi faktor risiko terjangkit penyakit menular seksual. Oleh karena itu, pergundikan dianggap mendukung stabilnya semangat tempur para tentara. Selain itu, diyakini bahwa dengan adanya anak dan istri di dekatnya, disiplin dan ketertiban akan menghilang dari barak. Serdadu yang lajang juga tidak perlu digaji tinggi dan tidak membutuhkan berbagai tunjangan. Karena berbagai alasan ini, tak heran apabila para pejabat teras militer mendukung pergundikan dan 60 Taylor, The Social World of Batavia, 8. 61 Hellwig, Adjustment and Discontent, 36. 62 Hellwig, Adjustment and Discontent, 37. 33 menentang perkawinan sah. Demikianlah, perubahan ekonomi dan sosial secara kurun waktu sekitar peralihan abad mengubah cara hidup di Hindia. Standar moral ganda terhadap pergundikan pun diberlakukan: pergundikan diterima dan dipraktikkan sebagai kejahatan yang niscaya necessary evil. Bagi sebagian orang, pergundikan dipandang sejajar dengan prostitusi sama-sama relasi tidak sah secara hukum dan non-marital dengan hanya sedikit perbedaan di antara keduanya. 63

3. Tentangan terhadap pergundikan