Hasil rata-rata kadar air pada edible film dari tepung semirefine carrageenan dengan perlakuan konsentrasi sorbitol dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai rata-rata kadar air edible film berdasarkan perlakuan konsentrasi sorbitol.
Perlakuan Konsentrasi Sorbitol
Rata-rata Kadar Air
Notasi DMRT 5
3 5
7 5,021
5,552 7,054
7,886 a
a ab
b -
1,666 1,742
1,791
Keterangan: Nilai rata-rata dengan notasi yang berbeda menyatakan adanya perbedaan yang nyata p
≤0,05. Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar air edible film dari tepung semirefine
carrageenan akan semakin meningkat seiring dengan tingginya konsentrasi sorbitol. Hal ini disebabkan karena kadungan kadar air pada bahan baku awal
memang sudah tinggi. Menurut Fennema 1996, sorbitol bersifat mudah larut dalam air, meningkatkan viskositas air, dapat berfungsi sebagai humektan dan
menurunkan Aw suatu bahan.
2. Ketebalan
Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi tepung semirefine carrageenan dan konsentrasi sorbitol
terdapat interaksi yang nyata p ≤0,05 terhadap ketebalan edible film. Demikian
juga masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap ketebalan edible film dari tepung semirefine carrageenan. Hasil rata-rata ketebalan edible film
semirefine carrageenan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rerata ketebalan edible film dari tepung semirefine carrageenan dengan perlakuan konsentrasi tepung dan konsentrasi sorbitol.
Perlakuan Tepung SRC
Sorbitol Rerata
Ketebalan mm
Notasi DMRT 5
1,5 1,5
1,5 1,5
2 2
2 2
2,5 2,5
2,5 2,5
3 5
7 3
5 7
3 5
7
,006 ,016
,043
,052 ,019
,038 ,053
,075 ,026
,044
,056 ,07
9
a b
d e
bc d
e f
c de
e f
-
0,00725 0,00803
0,00815 0,00758
0,00793
0,00817 0,00821
0,00779
0,00810 0,00819
0,00822
Keterangan: Nilai rata-rata dengan notasi yang berbeda menyatakan adanya perbedaan yang nyata p
≤0,05. Berdasarkan Tabel 5. terlihat bahwa ketebalan edible film dari semirefine
carrageenan tertinggi yaitu 0,079 mm didapatkan pada perlakuan konsentrasi tepung 2,5 dan konsentrasi sorbitol 7 sedangkan ketebalan terendah yaitu
0,006 mm diperoleh dari perlakuan konsentrasi tepung 1,5 dan konsentrasi sorbitol 0.
Adapun grafik hubungan antara konsentrasi tepung dan konsentrasi sorbitol terhadap ketebalan edible film dari semirefine carrageenan ditunjukkan
pada Gambar 11.
y = 1,0907x - 0,0021 R
2
= 0,9105 y = 0,786x + 0,0168
R
2
= 0,982 y = 0,7336x + 0,0237
R
2
= 0,971
0,00 0,02
0,04 0,06
0,08 0,10
1 2
3 4
5 6
7
Penambahan Sorbitol K
e te
ba la
n m m
1,5 semirefine carrageenan 2 semirefine carrageenan
2,5 semirefine carrageenan
Gambar 11. Hubungan antara konsentrasi tepung SRC dan konsentrasi sorbitol terhadap ketebalan edible film tepung semirefine
carrageenan.
Gambar 11. menunjukkan semakin tinggi konsentrasi tepung SRC dan konsentrasi sorbitol maka ketebalan edible film semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena SRC merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air dan bersifat reversible. Kemampuan pembentukan gel pada SRC karena
mengandung gugus 3,6-anhidrogalaktosa. Proses pemanasan akan mengakibatkan polimer SRC dalam larutan menjadi random coil acak. Bila suhu diturunkan,
maka polimer akan membentuk struktur double helix pilinan ganda dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara
kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat Thomas 1992.
Menurut Guilbert dan Biquet 1990, sorbitol stabil pada panas tinggi sehingga mampu menunjang pembentukan polimer matriks film, dan dengan
semakin banyak polimer penyusun edible film yang terlarut, maka akan meningkatkan ketebalan edible film tersebut.
3. Kekuatan Peregangan Tensile strenght