I. Landasan Teori
Rumput laut jenis Eucheuma cottonii memiliki kandungan kappa- karaginan yang tinggi yaitu sekitar 61,52, karenanya Eucheuma cottonii dapat
diolah menjadi Semirefine Carrageenan SRC. Menurut Anggadiredja, dkk 2002, produksi SRC dapat dilakukan melalui perlakuan alkali dalam kondisi
panas yang disebut dengan proses Alkali Treated Carrageenophyte ATC. Asupan ion K
+
pada proses ekstraksi kappa-karaginan dapat diperoleh dari larutan alkali seperti KOH.
Dian 2007 menjelaskan bahwa tepung semirefine carrageenan merupakan hidrokoloid yang memiliki sifat dapat membentuk gel, stabil, serta
dapat dimakan. Sifat-sifat yang dimiliki semirefine carrageenan ini potensial untuk diolah menjadi edible film.
Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang melapisi suatu bahan pangan, layak dikonsumsi dapat terdegradasi oleh alam dan berfungsi sebagai
barrier terhadap transfer massa, misalnya: kelembaban, oksigen, lipid, cahaya, dan zat terlarut, atau sebagai carrier bahan makan dan bahan tambahan, serta untuk
meningkatkan penanganan makanan Krochta dan De Mulder Johnston, 1997. Kappa-karaginan yang terkandung dalam SRC merupakan fraksi yang
mampu membentuk gel dalam air dan bersifat reversible. Kemampuan pembentukan gel pada kappa-karaginan karena mengandung gugus 3,6-
anhidrogalaktosa. Proses pemanasan akan mengakibatkan polimer kappa- karaginan dalam larutan menjadi random coil acak. Bila suhu diturunkan, maka
polimer akan membentuk struktur double helix pilinan ganda dan apabila
penurunan suhu terus dilanjutkan polimer-polimer ini akan terikat silang secara kuat dan dengan makin bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang
bertanggung jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat Thomas 1992. Edible film yang dibuat dari hidrokoloid seperti golongan karbohidrat dan
protein memiliki sifat-sifat mekanis yang baik, namun tidak efisien sebagai penahan uap air karena bersifat hidrofil. Menurut Estiasih 2006, Penggunaan
plasticizer yang tepat akan memberikan tahanan yang selektif terhadap transmisi uap air dan gas dari produk.
Plasticizer seperti sorbitol dapat memberikan sifat fleksibilitas dan elastisitas terhadap rantai polimer dari edible film, sorbitol larut dalam tiap-tiap
rantai polimer sehingga akan mempermudah gerakan molekul polimer, serta dapat mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler sehingga dapat
mengurangi kerapuhan, selain itu sorbitol mampu merangsang terbentuknya film yang lebih kompak dan padat sehingga resistensi terhadap migrasi uap air makin
baik Sulaiman, 1996. Penelitian penggunaan rumput laut telah dilakukan pada pembuatan edible
film dari komposit karagenan, tepung tapioka dan lilin lebah, adapun perlakuan terbaiknya yaitu konsentrasi karagenan sebesar 2, tepung tapioka 0,3 dan lilin
lebah 0,3 Darmawan, 2006. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ali 2010 tentang pelapisan melon menggunakan edible film dari pati ubi kayu dengan
penambahan sorbitol sebagai zat pemlastis. Konsentrasi pati ubi kayu 4 dan sorbitol 5 menghasilkan mutu edible film yang baik untuk pelapisan buah.
Sedangkan penelitian mengenai pengolahan Eucheuma cottonii menjadi tepung
ATC Alkali Treated Carrageenophyt dengan jenis dan konsentrasi larutan alkali yang berbeda telah dilakukan oleh Dian 2007, perlakuan terbaik dengan cara
perebusan didalam larutan KOH 10.
I. Hipotesis